Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal

30 pengembangan peternakan sapi potong mengutamakan keragaman dan ketersediaan hijauan yang terdapat dalam suatu wilayah sehingga kualitas nutrisi pakan dapat terpenuhi optimal. Ketersediaan hijauan diutamakan memanfaatkan potensi rumput alam sebagai sumberdaya alam lokal untuk meminimalkan biaya pakan. Rumput alam atau rumput lapang yang merupakan rumput lokal yang tumbuh alami di padang penggembalaan pastura dan menjadi gulma di lahan- lahan pertanian. Kandungan nutrisi rumput alam sebagai pakan ternak sangat bervariasi tergantung jenis, umur, musim dan tempat tumbuhnya. Keterbatasan kandungan nutrisi dalam rumput alam dapat disubstitusi dengan penyediaan rumput unggul rumput Gajah dan Setaria sp. Dalam arahan pengembangan sapi potong di Kabupaten Cianjur rumput alam digunakan dalam penentuan prioritas. Rumput gajah merupakan salah satu jenis rumput unggul yang dibudidayakan dan disukai ternak sapi maka dengan dasar pertimbangan inilah rumput Gajah digunakan pada penentuan prioritas. Rumput Setaria sp. juga merupakan salah satu jenis rumput unggul budidaya namun rumput Setaria sp. memiliki kandungan oksalat yang cukup tinggi. Kandungan oksalat yang cukup tinggi dalam Setaria sp. dapat menyebabkan keracunan pada ternak Iriani 1999 sehingga pemberian dalam ransum pakan hijauan dibatasi. Leguminosa merupakan pakan hijauan tambahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas ransum hijauan sapi potong yang dipelihara hanya dengan pemberian pakan rumput alam dan limbah pertanian saja. Penggunaan leguminosa dalam ransum pakan sapi potong untuk meningkatkan nilai protein kasar pakan ternak Aryogi et al. 1999. Penggunaan leguminosa dapat digantikan oleh konsentrat. Kapasitas tampung wilayah merupakan parameter penting dalam perencanaan pengembangan wilayah peternakan. Untuk itu, wilayah yang dijadikan prioritas arahan mutlak harus memiliki daya dukung lahan dengan status aman pakan. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah mampu menyediakan hijauan makanan ternak yang memadai guna kelangsungan hidup ternak yang berada di wilayahnya. Wilayah yang menjadi prioritas pengembangan utama adalah wilayah basis pemusatan ekonomi sapi potong. Wilayah tersebut diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan bagi wilayah di sekitarnya. Selain itu pula wilayah pengembangan sapi potong harus memiliki infrastruktur yang menunjang kegiatan budidaya sapi potong dan pemasarannya diantaranya akses jalan, pos-pos pelayanan Inseminasi Buatan IB, tenaga inseminator dan petugas kesehatan hewan. Pengembangan peternakan sapi potong perlu didukung oleh peternak yang handal memelihara ternak. Ketersediaan peternak handal di wilayah pengembangan menjadi prioritas guna mencapai produksi pertambahan bobot badan ternak optimal dan meningkatkan produktivitas induk sapi potong. Analisis spasial dilakukan untuk mengetahui sebaran arahan pengembangan peternakan untuk sapi potong yang digembalakan dan dikandangkan di Kabupaten Cianjur dengan menggunakan software SIG. Operasi SIG dilakukan dengan add field dan query pada atribut peta. 31 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIANJUR

4.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah propinsi Jawa Barat, berada pada posisi 6 o 21’ – 7 o 25’ Lintang Selatan dan 106 o 42’ – 107 o 25’ Bujur Timur. Berdasarkan kondisi geografis, Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam 3 tiga wilayah yang meliputi Cianjur bagian utara, Cianjur bagian tengah dan Cianjur bagian selatan. Wilayah Cianjur bagian utara meliputi Kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Ciranjang, Karangtengah, Cianjur, Warungkondang, Cugenang, Pacet, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku, Sukaresmi, Gekbrong, Cipanas dan Haurwangi. Kecamatan-kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Cianjur bagian tengah terdiri dari Kecamatan Tanggeung, Pagelaran, Kadupandak, Takokak, Sukanagara, Campaka, Campakamulya dan Pasirkuda. Wilayah Cianjur bagian selatan meliputi Kecamatan Agrabinta, Leles, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cibinong, Cikadu dan Cijati Gambar 11. Gambar 11 Peta pembagian wilayah berdasarkan kondisi geografis di Kabupaten Cianjur Karakteristik topografi wilayah Kabupaten Cianjur cukup bervariasi terdiri atas daerah dataran sampai dengan daerah perbukitan berelief kasar. Kemiringan lereng bervariasi mulai dari 0 sampai dengan lebih dari 40 Gambar 12. 32 Gambar 12 Peta kelas kemiringan lereng di Kabupaten Cianjur Wilayah Kabupaten Cianjur didominasi oleh wilayah yang memiliki kemiringan lereng antara 3 sampai dengan 15. Daerah tersebut merupakan dataran landai sampai bergelombang. Wilayah Kabupaten Cianjur dengan kemiringan lereng lebih dari 40 merupakan luasan yang terkecil pada tiga wilayah pengembangan di Kabupaten Cianjur. Gambar 12 menunjukkan sebaran kemiringan wilayah dataran sampai dengan perbukitan kecil terdistribusi di seluruh Kabupaten Cianjur. Variasi ketinggian tempat berkisar antara 0 sampai lebih dari 1.000 m dpl yang ditunjukkan pada Gambar 13. Wilayah Cianjur bagian utara dan selatan memiliki variasi ketinggian yang beragam mulai dari 0 sampai dengan lebih dari 1.000 m dpl sedangkan wilayah Cianjur bagian tengah didominasi oleh wilayah perbukitan dan pegunungan yang memiliki ketinggian 500 sampai dengan lebih dari 1.000 m dpl. Kisaran rataan temperatur udara suhu tahunan di Kabupaten Cianjur disajikan pada Gambar 14. Sebaran wilayah dengan kisaran suhu 20-25 o C hampir merata mulai dari wilayah Cianjur bagian utara sampai Cianjur bagian selatan. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2.000 sampai dengan 4.500 mmthn. Secara spasial variasi curah hujan ditunjukkan pada Gambar 15. Bagian luasan wilayah di Kabupaten Cianjur sebesar 39,01 dari total luasan memiliki curah hujan rataan per tahun sebesar 2.500 – 3.000 mmtahun. Sebagian kecil wilayah 2,64 dari total luasan wilayah Kabupaten Cianjur memiliki curah hujan diatas 4.000 mmtahun Gambar 16. 33 Gambar 13 Peta variasi ketinggian tempat di Kabupaten Cianjur Gambar 14 Peta kisaran rataan temperatur udara tahunan di Kabupaten Cianjur