69
5.3. Pemusatan Aktifitas Wilayah Pengembangan Peternakan Sapi Potong
Nilai Location Quotient LQ untuk sapi potong di Kabupaten Cianjur ditunjukkan pada Lampiran 9.
Data yang digunakan merupakan rataan data time series populasi ternak 2007 sampai 2011. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
bias data. Menurut Hendayana 2003, bias data dalam penghitungan LQ dapat dikurangi dengan dipakainya data series minimal 5 tahun. Hasil perhitungan LQ
menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan Agrabinta 3,13, Leles 2,70, Cikalongkulon 1,74, Gekbrong 1,53, dan Cidaun 1,26 memiliki nilai LQ1.
Pemusatan aktifitas komoditas sapi potong terjadi di Kecamatan Agrabinta yang memiliki nilai LQ tertinggi 3,13.
Wilayah dengan nilai LQ1 Gambar 29 untuk sapi potong menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan basis pertumbuhan ekonomi untuk komoditas
sapi potong. Kecamatan Agrabinta merupakan wilayah sentra sapi potong di Cianjur bagian selatan yang kemudian berkembang ke Kecamatan Leles dan
Cidaun. Wilayah Cianjur bagian selatan merupakan kantong-kantong produksi ternak sapi potong dengan tujuan utama penambahan jumlah ternak melalui
kelahiran. Kecamatan-kecamatan Agrabinta, Leles dan Cidaun merupakan wilayah-wilayah pembibitan sapi potong dengan produksi utama adalah sapi
bakalan. Produk tersebut didistribusikan ke kecamatan lain di dalam kabupaten hingga ke luar kecamatan-kecamatan di Kabupaten Cianjur.
.
Gambar 30 Peta pemusatan aktifitas komoditi sapi potong di Kabupaten Cianjur Kecamatan
Gekbrong dan
Cikalongkulon merupakan
wilayah pengembangan sapi potong di wilayah Cianjur bagian utara dengan produk yang
dihasilkan adalah sapi siap potong. Wilayah Cianjur bagian utara adalah wilayah yang didukung oleh infrastruktur jalan yang memadai, sehingga kondisi ini
mempercepat lalu lintasmutasi ternak antar wilayah. Pertumbuhan wilayah ini
70
terjadi karena jalur niaga sapi yang kontinyu sehingga masyarakat memilih usaha penggemukan sapi potong yang relatif cepat.
5.4. Strategi dan Arahan Pengembangan Peternakan Sapi Potong
Perumusan arahan pengembangan sapi potong di Kabupaten Cianjur terkait didalamnya dengan pencapaian swasembada daging sapi nasional. Dalam hal ini
rumusan dicapai dengan melakukan analisis terhadap faktor strategi internal dan eksternal dengan mengumpulkan faktor-faktor terkait melalui analisis AHP
Lampiran 10 dan SWOT atau yang dikenal dengan analisis A’WOT. Proses
perumusan A’WOT melalui tahapan identifikasi, pengumpulan data, analisis, dan
pengambilan keputusan Rangkuti 2009.
5.4.1. Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan data yang sekaligus melakukan pengklasifikasian terhadap faktor-faktor yang berperan dalam
pengembangan sapi
potong di
Kabupaten Cianjur
Lampiran 11.
Pengklasifikasian dilakukan untuk membedakan faktor strategi internal dan eksternal. Hasil identifikasi faktor strategi tersebut diuraikan sebagai berikut :
A. Faktor Strategi Internal
a. Kekuatan
1. Ketersediaan hijauan makanan ternak
2. Ketersediaan lahan yang sesuai untuk pertumbuhan ternak
3. Teknologi Inseminasi Buatan IB yang menunjang peningkatan mutu
bibit ternak 4.
Keterampilan peternak dan pengalaman beternak 5.
Tenaga kerja yang selalu tersedia
b. Kelemahan
1. Infrastruktur yang kurang memadai
2. Kurangnya dukungan permodalan bagi peternak dengan skala usaha kecil
3. Ketersediaan konsentrat terkendala dengan mahalnya bahan baku
4. Pengolahan dan pengelolaan limbah ternak belum optimal
5. Skala usaha kecil sehingga pendapatan peternak tidak optimal
B. Faktor Strategi Eksternal
a. Peluang
1. Wilayah pemasaran yang dekat dengan kota-kota besar untuk pemasaran
produk 2.
Dukungan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan peternak dengan melakukan berbagai pelatihan dan penguatan modal
3. Semakin meningkatnya pelayanan Inseminasi Buatan IB yang
berpengaruh kepada perbaikan mutu bibit ternak 4.
Kecenderungan kenaikan harga daging sapi dari tahun ke tahun sehingga motivasi beternak tetap tinggi
5. Meningkatnya permintaan sapi bakalan.
71
b. Ancaman
1. Persaingan harga dengan daging sapi impor
2. Terjadinya konversi lahan yang digunakan menjadi lahan terbangun
3. Lemahnya kontrol terhadap penyebaran penyakit akibat mutasi ternak
yang cukup tinggi 4.
Harga konsentrat semakin meningkat karena sebagian bahan baku pembuatan konsentrat masih impor
5. Sistem rantai tata niaga sapi yang cenderung tertutup sehingga cenderung
terjadinya monopoli harga.
5.4.2. Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Setelah dilakukan identifikasi dan evaluasi terhadap faktor startegi internal dan eksternal maka dilakukan penyusunan matriks Internal Strategic Factor
Analysis Summary IFAS dan External Strategic Factor Analysis Summary EFAS untuk mengetahui tingkat kepentingan yang ditunjukkan oleh bobot faktor
dan pengaruh yang ditunjukkan dengan rating nilai faktor-faktor internal dan eksternal terhadap pengembangan sapi potong di Kabupaten Cianjur. Nilai bobot
dan rating pengaruh merupakan nilai rataan dari pengumpulan data.
A. Analisis Faktor Strategi Internal
Hasil penyusunan matriks IFAS pada Tabel 33 diperoleh kekuatan yang dapat dimaksimalkan dan kelemahan yang perlu diminimalkan pada
pengembangan sapi potong di Kabupaten Cianjur. Faktor yang memiliki kepentingan paling tinggi adalah penerapan teknologi IB 0,139 diikuti oleh
ketersediaan hijauan makanan ternak, ketersediaan lahan, ketersediaan tenaga kerja dan keterampilan peternak yang memiliki nilai kepentingan yang terendah
0,060.
Tabel 33 IFAS pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Cianjur
Faktor-faktor strategi internal Bobot
Pengaruh rating
Skor Kekuatan :
a. Ketersediaan hijauan makanan ternak
0,137 4
0,547 b.
Ketersediaan lahan yang sesuai 0,118
4 0,471
c. Teknologi IB
0,139 4
0,556 d.
Keterampilan peternak 0,060
3 0,181
e. Tenaga kerja
0,088 3
0,263 Faktor-faktor strategi internal
Bobot Pengaruh
rating Skor
Kelemahan : a.
Infrastruktur yang kurang memadai 0,111
3 0,334
b. Permodalan
0,082 3
0,246 c.
Ketersediaan konsentrat 0,087
2 0,173
d. Pengolahan limbah ternak
0,080 2
0,160 e.
Skala usaha 0,099
2 0,198
Jumlah 1,000
3,128
Penggunaan teknologi IB dalam pengembangan sapi potong di Kabupaten Cianjur dipandang penting karena menyangkut perbaikan kualitas mutu bibit