Analytical Hierarchy Process AHP

29 yang tertera pada Tabel 7. Analisis ini menghasilkan 4 empat set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu : a. Strategi SO, strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. b. Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul. c. Strategi WO, strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT, strategi ini didasari pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

D. Arahan Pengembangan Peternakan Sapi Potong

Arahan pengembangan peternakan di Kabupaten Cianjur dibuat berbasis sumber daya lahan yang meliputi kesesuaian fisik lingkungan, kesesuaian hijauan, ketersediaan daya dukung lahan untuk budidaya ternak dan hijauan makanan ternak sebagai pakannya serta wilayah merupakan basis pemusatan aktifitas. Adapun pertimbangan dalam penyusunan arahan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kriteria penyusunan arahan pengembangan peternakan di Kabupaten Cianjur Aspek Pertimbangan 1. Kesesuaian fisik lingkungan Sesuai secara fisik lingkungan untuk peternakan sapi potong yang digembalakan dan dikandangkan 2. Ketersediaan lahan Lahan tersedia merupakan lahan yang diperuntukkkan sebagai kawasan budidaya sesuai dengan pola ruang yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Cianjur 3. Kesesuaian tempat tumbuh hijauan makanan ternak Memiliki kesesuaian lahan tempat tumbuh hijauan makanan ternak dengan kelas kesesuaian lahan S1 dan S2 untuk 4 empat jenis hijauan makanan ternak yang dianalisis yaitu rumput Gajah, Setaria sp, leguminosa dan rumput alam yang tumbuh di padang penggembalaan pastura 4. Status daya dukung hijauan Memiliki status daya dukung hijauan yang memadai kriteria Aman untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak untuk menghindari over capacity 5. Pemusatan aktifitas ekonomi Prioritas berada di kecamatan yang merupakan basis peternakan sapi potong guna menyokong kecamatan lainnya. 6. Infrastruktur Adanya jaringan jalan, listrik serta teknologi yang mendukung kegiatan peternakan sapi potong 7. Ketersediaan SDM Tersedia peternak yang terampil dalam budidaya sapi potong Penilaian prioritas arahan pengembangan peternakan sapi potong lebih mempertimbangkan tingkat daya dukung lahan dalam menyediakan hijauan sebagai pakan ternak Tabel 8. Lahan dengan kelas kesesuaian S1 dan S2 untuk hijauan makanan ternak merupakan lahan prioritas untuk pengembangan ternak. Adapun pertimbangan pemilihan jenis hijauan didasarkan pada kandungan nutrisi pakannya. Semakin banyak ternak mendapat asupan beragam hijauan maka semakin lengkap kandungan nutrisi dalam pakannya. Menurut Ginting 2011, kapasitas suatu lingkungan dalam menyediakan pakan ditentukan oleh keragaman, kuantitas dan ketersediaan hijauan sepanjang tahun. Dalam hal ini, prioritas 30 pengembangan peternakan sapi potong mengutamakan keragaman dan ketersediaan hijauan yang terdapat dalam suatu wilayah sehingga kualitas nutrisi pakan dapat terpenuhi optimal. Ketersediaan hijauan diutamakan memanfaatkan potensi rumput alam sebagai sumberdaya alam lokal untuk meminimalkan biaya pakan. Rumput alam atau rumput lapang yang merupakan rumput lokal yang tumbuh alami di padang penggembalaan pastura dan menjadi gulma di lahan- lahan pertanian. Kandungan nutrisi rumput alam sebagai pakan ternak sangat bervariasi tergantung jenis, umur, musim dan tempat tumbuhnya. Keterbatasan kandungan nutrisi dalam rumput alam dapat disubstitusi dengan penyediaan rumput unggul rumput Gajah dan Setaria sp. Dalam arahan pengembangan sapi potong di Kabupaten Cianjur rumput alam digunakan dalam penentuan prioritas. Rumput gajah merupakan salah satu jenis rumput unggul yang dibudidayakan dan disukai ternak sapi maka dengan dasar pertimbangan inilah rumput Gajah digunakan pada penentuan prioritas. Rumput Setaria sp. juga merupakan salah satu jenis rumput unggul budidaya namun rumput Setaria sp. memiliki kandungan oksalat yang cukup tinggi. Kandungan oksalat yang cukup tinggi dalam Setaria sp. dapat menyebabkan keracunan pada ternak Iriani 1999 sehingga pemberian dalam ransum pakan hijauan dibatasi. Leguminosa merupakan pakan hijauan tambahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas ransum hijauan sapi potong yang dipelihara hanya dengan pemberian pakan rumput alam dan limbah pertanian saja. Penggunaan leguminosa dalam ransum pakan sapi potong untuk meningkatkan nilai protein kasar pakan ternak Aryogi et al. 1999. Penggunaan leguminosa dapat digantikan oleh konsentrat. Kapasitas tampung wilayah merupakan parameter penting dalam perencanaan pengembangan wilayah peternakan. Untuk itu, wilayah yang dijadikan prioritas arahan mutlak harus memiliki daya dukung lahan dengan status aman pakan. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah mampu menyediakan hijauan makanan ternak yang memadai guna kelangsungan hidup ternak yang berada di wilayahnya. Wilayah yang menjadi prioritas pengembangan utama adalah wilayah basis pemusatan ekonomi sapi potong. Wilayah tersebut diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan bagi wilayah di sekitarnya. Selain itu pula wilayah pengembangan sapi potong harus memiliki infrastruktur yang menunjang kegiatan budidaya sapi potong dan pemasarannya diantaranya akses jalan, pos-pos pelayanan Inseminasi Buatan IB, tenaga inseminator dan petugas kesehatan hewan. Pengembangan peternakan sapi potong perlu didukung oleh peternak yang handal memelihara ternak. Ketersediaan peternak handal di wilayah pengembangan menjadi prioritas guna mencapai produksi pertambahan bobot badan ternak optimal dan meningkatkan produktivitas induk sapi potong. Analisis spasial dilakukan untuk mengetahui sebaran arahan pengembangan peternakan untuk sapi potong yang digembalakan dan dikandangkan di Kabupaten Cianjur dengan menggunakan software SIG. Operasi SIG dilakukan dengan add field dan query pada atribut peta.