Kesesuaian Lingkungan Fisik Sapi Potong yang Dikandangkan

22 Potensi hijauan alami kg= {pkarang x 0,53 x 2 + teg. + huma + lad + kebun + l.bera x 2,875 + penggem x 0,75 + Hryt x 0,6 + lain x 0,75 + Lkld x 10 + Lkrt x 2} x 0,5 ............................................................................ 2 pkarang: pekarangan; teg: tegalan, huma; lad: ladang, kebun; L.bera: lahan bera, penggembalaan; Hryt: hutan rakyat, lain-lain; Lkld: luas tanaman kelapa dalam; Lkrt: luas tanaman karet; angka-angka dalam rumus merupakan asumsi potensi hijauan yang dihasilkan per hektar luasan penggunaan lahan Hasil perhitungan produksi bahan kering selanjutnya digunakan untuk mendapatkan daya dukung pakan hijauan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut Haryanto et al. 2002 : Untuk mengetahui tingkat keamanan pakan ternak pada suatu wilayah untuk mendukung kehidupan ternak yang berada di atasnya diperlukan suatu indikator yang disebut Indeks Daya Dukung Ternak IDD. IDD ternak dihitung untuk mengetahui status nilai daya dukung suatu wilayah dengan persamaan menurut Ashari et al. 1996 dalam Juarini et al. 2007 sebagai berikut: atau : Berdasarkan nilai IDD diperoleh standar kriteria seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Nilai IDD menunjukkan tingkat keamanan hijauan makanan ternak pada suatu wilayah. Tabel 4 Kriteria Status Daya Dukung Hijauan Berdasarkan Indeks Daya Dukung No. Indeks Daya Dukung IDD Kriteria 1. ≤ 1 Sangat kritis 2. 1 - 1,5 Kritis 3. 1,5 - 2 Rawan 4. 2 Aman Sumber : Ashari et al. 1996 dalam Juarini et al. 2007 Masing-masing nilai IDD tersebut mempunyai makna sebagai berikut: - Nilai ≤1: a ternak tidak mempunyai pilihan dalam memanfaatkan sumber yang tersedia; b terjadi pengurasan sumberdaya dalam agro-ekosistemnya; c tidak ada hijauan alami maupun limbah yang kembali melakukan siklus haranya. Produksi Bahan Kering Kg Jumlah Pop Ternak ST x Kebutuhan BK Sapi Dewasa KgST IDD Hijauan = Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak ST Jumlah Populasi Ternak ST IDD Hijauan = Produksi Bahan Kering Hijauan Kg Daya Dukung ST Kebutuhan Pakan Minimum BK Sapi Dewasa KgST = 23 - Nilai 1–1,5: ternak telah mempunyai pilihan untuk memanfaatkan sumberdaya tetapi belum terpenuhi aspek konservasi. - Nilai 1,5- 2: pengembangan bahan organik ke alam pas-pasan. - Nilai 2: ketersediaan sumberdaya pakan secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efisien. Untuk mengetahui sebaran daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Cianjur dilakukan analisis secara spasial menggunakan software SIG. Analisis dilakukan pada satuan wilayah administrasi kecamatan Gambar 8. Nilai IDD yang telah dianalisis ditambahkan pada atribut peta administrasi sehingga dihasilkan peta sebaran daya dukung hijauan makanan ternak. Selanjutnya dilakukan overlay dengan peta kesesuaian hijauan makanan ternak untuk menghasilkan peta kesesuaian dan daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Cianjur. Gambar 8 Alur pembuatan peta kesesuaian dan daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Cianjur

3.5.3. Analisis Pemusatan Aktifitas Usaha Peternakan

Pemusatan aktifitas usaha peternakan dinilai dengan menggunakan analisis Location Quotient LQ. Metode LQ merupakan teknis analisis untuk mengidentifikasi konsentrasi ekonomi secara relatif terhadap referensi lokasi yang lebih luas. Analisis ini lebih ringkas disebut dengan analisis basis ekonomi. Analisis ini secara umum digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatanbasis aktifitas. Persamaan yang digunakan sebagai berikut Panuju dan Rustiadi 2012 : dimana, X ij : Nilai ekonomi komoditas sapi potong ke-j pada kecamatan ke-i; X i .: Jumlah nilai ekonomi seluruh komoditas peternakan di kecamatan ke-i; X .j : Jumlah nilai ekonomi komoditas sapi potong ke-j di seluruh kecamatan; X .. : Jumlah nilai ekonomi seluruh komoditas peternakan di seluruh wilayah. LQ ij X .j X .. X ij X i. = Peta KHMT Hasil Analisis Indeks Daya Dukung Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak Ashari et al. 1996 dalam Juarini et al. 2007 Peta Sebaran Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak Peta Administrasi Kab. Cianjur Peta PL untuk peternakan Peta Kesesuaian dan Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak KD2HMT 24 Analisis LQ digunakan untuk mengetahui pemusatan aktifitas ekonomi wilayah kecamatan yang merupakan basis peternakan sapi potong terhadap aktifitas ekonomi lainnya di wilayah Kabupaten Cianjur. Dalam hal ini, wilayah di Kabupaten Cianjur dianalisis untuk mengetahui wilayah kecamatan yang menjadi pendorong pertumbuhan wilayah di sekitarnya. Interpretasi nilai LQ1 adalah terjadi konsentrasi pemusatan aktifitas komoditas sapi potong dalam suatu wilayah dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya dalam wilayah tersebut. Nilai LQ=1 berarti aktifitas ekonomi komoditas sapi potong dalam wilayah setara dengan aktifitas ekonomi komoditas ternak lainnya, dan nilai LQ1 menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi komoditas sapi potong dalam wilayah lebih kecil proporsinya dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya.

3.5.4. Analisis Penyusunan Arahan dan Strategi Pengembangan Ternak

Sapi Potong di Kabupaten Cianjur Arahan pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Cianjur dilakukan dengan membuat kriteria berdasarkan pandangan praktisi peternakan dan pemegang kebijakan di Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP yang diperkuat dengan teknik Strenght, Weakness, Opportunities, and Threats SWOT. AHP digunakan untuk mengetahui bobot kepentingan terkait strategi dan arahan pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Cianjur. Informasi yang diperoleh selanjutnya digunakan dalam analisis SWOT. Tehnik yang mengkombinasikan AHP dan SWOT lebih dikenal dengan analisis A’WOT adalah suatu penggunaan struktur hirarki untuk proses perencanaan strategis berdasarkan studi SWOT, serta adanya penggunaan teknik kuantitatif untuk memperkirakan nilai efisiensi strategi ideal untuk masing-masing strategi yang diusulkan Osuna dan Aranda 2007.

A. Analytical Hierarchy Process AHP

Metode AHP dikembangkan oleh Saaty 1993 yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. AHP sangat berguna dari beberapa faktor atau alternatif yang ada dan akan diterapkan. Analisis menggunakan AHP dilakukan melalui beberapa proses yaitu : 1. Identifikasi pokok permasalahan, tujuan yang ingin dicapai, kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan pilihan alternatif-alternatif 2. Penyusunan hierarki yang saling berkaitan, tersusun dari puncak atau sasaran utama turun ke sub-sub tujuan 3. Penyusunan matriks setiap kriteria dan alternatif dilakukan melalui perbandingan berpasangan, yaitu perbandingan setiap elemen sistem dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hierarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kuantitatif. Skala penilaian digunakan untuk mengkuantifikasikan pendapat kualitatif sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka kualitatif. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kualitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.