36
eksternal  yaitu    introduksi  pemasukan  sapi  potong  dari  daerah  luar  Kabupaten Cianjur. Dari total populasi ternak sapi potong yang berada di Kabupaten Cianjur,
jumlah populasi sapi potong sebanyak 88,02  berada di wilayah Cianjur bagian selatan,  populasi sapi potong di wilayah Cianjur bagian tengah 8,33 dan sisanya
3,65 berada di wilayah Cianjur bagian utara.
Sistem  pemeliharaan  ternak  sapi  potong  di  Kabupaten  Cianjur  terdiri  dari sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Menurut Khamsiansyah
2011,  pada  sistem  pemeliharaan  ekstensif  gembala,  sapi  dipelihara  dan dilepaskan di  padang penggembalaan sepanjang hari mulai  dari pagi  hingga sore
hari. Sistem pemeliharaan semi intensif antara gembala dan kandang, pada pagi hari  sapi  digembalakan  di  areal  penggembalaan  dan  dikandangkan  di  kala  hujan
atau  menjelang  malam  hari.  Pada  pemeliharaan  sistem  intensif  kandang,  sapi hampir  sepanjang  hari  berada  dalam  kandang,  kebutuhan  pakan,  minuman  dan
lainnya  disediakan  dalam  kandang.  Sistem  pemeliharaan  sapi  potong  secara ekstensif  umumnya  dilakukan  di  wilayah  Cianjur  bagian  selatan.  Adapun  sistem
semi  intensif  dilakukan  di  sebagian  wilayah  Cianjur  bagian  selatan  dan  tengah. Sistem  pemeliharaan  sapi  potong  intensif  dilakukan  sebagian  kecil  wilayah
Cianjur bagian tengah dan umumnya dilakukan di wilayah Cianjur bagian utara.
Pemeliharaan ternak dengan pola penggembalaan umumnya dilakukan oleh peternak di wilayah Cianjur bagian selatan. Ternak-ternak sapi potong digembala
di  lahan-lahan  penggembalaan  dan  perkebunan  kelapa.  Sapi  potong  dibiarkan  di alam terbuka sepanjang hari tanpa dikandangkan. Hal ini umum terjadi di wilayah
kecamatan Agrabinta dan Cidaun. Pemilik ternak cukup memberi tanda khas atau ear tag pada sapi miliknya masing-masing untuk memudahkan identifikasi ternak,
kontrol terhadap penyakit, dan inseminasi buatan. Wilayah Cianjur bagian selatan merupakan  sentra  pembibitan  ternak  dan  dikenal  sebagai  penghasil  sapi  potong
bakalan  yang  berkualitas.  Animo  peternak  di  wilayah  Cianjur  bagian  selatan adalah memproduksi pedet anak sapi untuk dijual sebagai sapi bakalan sehingga
teknologi  Inseminasi  Buatan  IB  berkembang  dengan  baik  karena  peternak sangat memperhatikan calving interval jarak kelahiran.
Tabel 11  Jumlah Rumah Tangga Peternak  di Kabupaten Cianjur
No. Jenis Ternak
Jumlah RTP Persentase
1. Sapi Potong
6.607 3,52
2. Sapi Perah
413 0,22
3. Kerbau
6.476 3,45
4. Kambing
12.449 6,64
5. Domba
37.719 20,10
6. Ayam Ras Pedaging
248 0,13
7. Ayam Ras Petelur
74 0,04
8. Ayam Buras
19.891 63,90
9. Itik
3.749 2,00
Sumber: BPS 2012
Data  dari  BPS  2012  untuk  komposisi  Rumah  Tangga  Peternak  RTP berdasarkan  ternak  yang  dipeliharanya  ditunjukkan  pada  Tabel  12.  Jumlah  RTP
menunjukkan  jumlah  masyarakat  yang  memelihara  ternak  dan  dapat  menjadi indikator  untuk  melihat  animo  masyarakat  untuk  memelihara  ternak  pada  jenis
ternak dengan nilai ekonomis tertentu. Tabel 11 menunjukkan jumlah RTP untuk
37
sapi  potong  yang  berada  di  urutan  keempat  setelah  ayam  buras,  domba,  dan kambing.
Peternak  di  wilayah  Cianjur  bagian  utara  umumnya  memilih  sistem pemeliharaan  ternak  sapi  potong  yang  dikandangkan  dengan  alasan  keamanan,
keterbatasan lahan penggembalaan, dan tujuan pemeliharaan untuk menghasilkan ternak  dengan  pertambahan  bobot  badan  yang  optimal.  Adanya  tujuan  produksi
ini  maka  peternak  di  wilayah  Cianjur  bagian  utara  lebih  memilih  membeli  sapi bakalan untuk digemukkan daripada membibitkan ternak sendiri.
Adapun  peternak  di  wilayah  Cianjur  bagian  tengah  menggunakan  pola pemeliharaan  yang  semi  intensif.  Umumnya  pola  pemeliharaan  semi  intensif
dilakukan oleh peternak yang berada di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan wilayah  Cianjur  bagian  selatan.  Di  wilayah  ini,  pada  siang  hari  ternak
digembalakan dan pada sore hari ternak dikandangkan. Tujuan pemeliharaan juga beragam,  sebagian  peternak  memilih  ternaknya  untuk  dibibitkan  dan  sebagian
peternak lainnya memilih untuk menggemukan ternak sapi potong peliharaannya
4.4. Kondisi Umum Hijauan Makanan Ternak
Hijauan  makanan  ternak  merupakan  pakan  utama  bagi  ternak  sapi  potong yang  merupakan  hewan  herbivora  dan  memamah  biak.  Hijauan  makanan  ternak
dapat berupa hijauan segar maupun hijauan kering. Ketersediaan hijauan makanan ternak  di  Kabupaten  Cianjur  berasal  dari  kebun  rumput,  rumput  lapang
penggembalaan,  tegalan,  kebunladang  dan  hutan  dan  limbah  pertanian  jerami dan  sisa  palawija.  Kebun  rumput  menyediakan  jenis  rumput  yang  dibudidaya,
yaitu  pennisetum  purpereum  rumput  gajah.  Rumput  lapang  merupakan  rumput yang tersedia di alam yang umumnya terdapat di padang penggembalaan, tegalan,
kebunladang dan hutan.
Tabel 12  Ketersediaan tanaman padi dan palawija tahun 2011
No. Jenis Tanaman
Luas Tanam ha
Luas Panen ha
Produksi ton
Rata-rata Produksi tonha
A. Padi
Padi sawah 138.042
130.081 787.244
6,05 Padi gogo
19.708 14.832
52.531 3,54
B. Palawija
Jagung 10.089
7.744 40.012
5,17 Kedelai
9.121 8.514
12.678 1,49
Kacang tanah 11.735
9.448 11.515
1,22 Kacang hijau
518 385
385 1,00
Ubi Kayu 7.592
6.584 140.074
21,27 Ubi Jalar
1.430 1.594
18.100 11,36
Sumber : BPS 2012
Limbah  pertanian  merupakan  produk  sisa  pertanian  yang  tidak  diperlukan untuk  konsumsi  manusia  dan  dapat  dimanfaatkan  untuk  integrasi  pertanian
dengan  ternak.  Tabel  12  menunjukkan  ketersediaan  tanaman  padi  dan  palawija yang berpotensi menghasilkan limbah pertanian sebagai hijauan makanan ternak.
Adanya  limbah  pertanian  dapat  menambah  daya  dukung  ketersediaan  hijauan
38
makanan ternak sapi potong di Kabupaten Cianjur.  Pada Tabel 12 tampak bahwa luas  panen  terbesar  didominasi  oleh  padi  sawah  dengan  rata-rata  produksi  6,05
tonha,  sedangkan  ubi  kayu  memiliki  rata-rata  produksi  terbesar  sebesar  21,27 tonha.  Limbah  pertanian  berupa  jerami  yang  dihasilkan  dari  padi-padian
merupakan  sumber  hijauan  alami  yang  dapat  bersubstitusi  dengan  rumput  alam sedangkan limbah yang berasal dari tanaman palawija merupakan sumber hijauan
leguminosa yang dibutuhkan ternak sapi potong.
4.5. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Cianjur
Peran  sektoral  suatu  wilayah  dapat  dilihat  dari  perolehan  nilai  Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB merupakan gambaran aktifitas ekonomi
seluruh  barang  dan  jasa  masyarakat  suatu  wilayah.  Informasi  ini  penting  untuk mengetahui berapa besar kemampuan sumberdaya yang terdapat di suatu wilayah.
Tabel  13  menyajikan  PDRB  atas  dasar  harga  berlaku  tahun  2008-2010  di Kabupaten Cianjur. PDRB di Kabupaten Cianjur didominasi oleh sektor pertanian
sebesar 40,61 dan perdagangan sebesar 26,53 sedangkan sektor pertambangan merupakan sektor yang memberikan PDRB terkecil yaitu sebesar 0,14 dari total
PDRB Kabupaten Cianjur.
Tabel 13  Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku tahun 2010 dengan Harga Konstan tahun 2000
No. Sektor
PDRB 1.
Pertanian 40,61
2. Pertambangan
0,14 3.
Industri Pengolahan 3,45
4. Listrik dan Air
1,13 5.
Konstruksi 3,67
6. Perdagangan
26,53 7.
Pengangkutan 10,38
8. Keuangan
0,48 9.
Jasa-jasa 13,60
Sumber: Bappeda Kab. Cianjur 2011
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Penilaian Kesesuaian Fisik Lingkungan untuk Pengembangan
Peternakan Sapi Potong 5.1.1.
Identifikasi Penggunaan Lahan Eksisting yang Memungkinkan untuk Pengembangan Sapi Potong
Pengembangan sapi potong pada suatu wilayah banyak terkait dengan pola pemeliharaan  dan  sistem  pemberian  pakan.  Pemenuhan  pakan  berupa  hijauan
didapatkan dari rumput dan limbah pertanian. Oleh karena itu, lahan sebagai basis tempat  budidaya  ternak  dan  tumbuh  hijauan  makanan  ternak  harus  dioptimalkan
39
untuk  mengefisienkan  produksi.  Untuk  itu  perlu  dilakukan  identifikasi  terhadap penggunaan  lahan  eksisting  di  Kabupaten  Cianjur  untuk  pengembangan  sapi
potong.
Berdasarkan analisis peta penggunaan lahan digital dari Bappeda Kabupaten Cianjur  2011,  dapat  diketahui  bahwa  penggunaan  lahan  di  Kabupaten  Cianjur
didominasi oleh ladangtegalan, sawah, dan kebun seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14. Lahan terbangun terdiri dari permukiman dan gedung.
Tabel 14  Penggunaan dan tutupan lahan di Kabupaten Cianjur Penggunaan lahan
Luas ha Persentase
Badan air 4.335,49
1,20 Belukarsemak
59.500,63 16,45
Hutan 49.484,02
13,68 Kebun
67.869,71 18,77
Ladangtegalan 68.989,22
19,08 Lahan terbangun
42.649,69 11,79
Sawah 68.656,86
18,98 Tanah terbuka
161,54 0,04
Jumlah ha 361.647,15
100,00
Luas merupakan penghitungan luas dari peta digital
Penggunaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan sapi potong adalah lahan-lahan yang diusahakan dalam bidang pertanian kebun, ladangtegalan, dan
sawah  dan  lahan  yang  berpotensi  sebagai  penyedia  hijauan  makanan  ternak belukarsemak  dan  hutan.  Penggunaan  lahan  eksisting  yang  saat  ini  digunakan
untuk  tempat  pemeliharaan  sapi  potong  adalah  kebun,  ladangtegalan  dan belukarsemak.  Lahan-lahan  tersebut  beserta  hutan  dan  sawah  merupakan  lahan
yang  berpotensi  menjadi  penyedia  hijauan  makanan  ternak.  Hutan  dan  sawah merupakan  lahan  yang  berpotensi  menyediakan  hijauan  sebagai  pakan  ternak.
Terbatasnya  lahan  untuk  penanaman  hijauan  unggul  rumput  gajah  dan  Setaria sp. menjadikan hutan sebagai penyedia rumput alam yang potensial. Begitu pula
dengan  sawah  yang  menyumbang  jerami  padi  sebagai  limbah  pertanian  yang dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pakan ternak.
Di  daerah  penelitian,  jenis  penggunaan  lahan  yang  potensial  untuk pengembangan  sapi  potong  di  tempat  budidaya  kebun,  ladangtegalan  dan
belukarsemak,  sawah,  dan  hutan  adalah  seluas  314.500,44  ha  86,96.  Jenis penggunaan  lahan  eksisting  yang  digunakan  untuk  pemeliharaan  sapi  potong
berupa  kebun,  ladangtegalan  dan  belukarsemak  adalah  seluas  196.359,56  ha 54,30  sedangkan  sawah  dan  hutan  yang  berpotensi  sebagai  penyedia  hijauan
makanan  ternak  seluas  118.141  ha  32,67.  Penggunaan  lahan  yang  dinilai untuk  analisis  fisik  lingkungan  ternak  sapi  potong,  kesesuaian  hijauan  makanan
ternak,  dan  ketersediaan  lahan  untuk  pengembangan  peternakan  adalah  lahan eksisting yang digunakan untuk budidaya sapi potong 196.359,56 ha 54,30.
Lahan-lahan  yang  berupa  badan  air,  lahan  terbangun,  dan  tanah  terbuka merupakan lahan  yang penggunaannya tidak potensial untuk  pengembangan sapi
potong.  Lahan  yang  tidak  potensial  untuk  pengembangan  sapi  potong  memiliki total luasan 47.146,72 ha 13,04. Lahan-lahan yang tidak potensial, sawah dan