BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografi Dan Demografi DAS Cidanau
DAS Cidanau seluas 22.620 hektar merupakan salah satu DAS di wilayah Provinsi Banten. Kondisi geografis DAS Cidanau berbentuk topografi yang
didominasi oleh pegunungan di sebelah Utara dan Barat dan dataran rendah di belahan Selatan dan Timur. Kawasan DAS Cidanau mencakup 38 desa 33 desa
berada di lima kecamatan di Kabupaten Serang dan lima desa di wilayah Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang. Sungai Cidanau merupakan sungai utama
DAS Cidanau yang menampung aliran air dari sekitar 17 batang anak sungai besar dan kecil misal Cikalumpang, Cisaat, Cisawarna, Cibojong, Cikondang dan
Cicangkedan yang bermuara di Selat Sunda.
104
Kelerengan DAS Cidanau dibedakan atas lima klasifikasi, dataran dengan kelerengan 0 - 8 derajat sekitar 39,36 persen, landai 8 - 5 derajat mencapai 15,16
persen, agak curam 15–26 derajat mencapai 19,19 persen, curam 25 - 40 derajat sekitar 14,63 persen dan sangat curam 40 derajat sekitar 11,66 persen. Tata guna
tanah di kawasan DAS Cidanau meliputi lahan sawah 30 persen, agroforestry 27 persen, kebun campuran 16 persen, rawa 9 persen, ladang 9 persen, hutan 7
persen dan pemukiman 2 persen .
105
Jumlah penduduk di wilayah DAS Cidanau sebanyak 133.213 jiwa terdiri dari 66.872 jiwa laki-laki dan 66.341 jiwa perempuan. Berdasarkan klasifikasi struktur
umurnya dibedakan tiga golongan, yaitu usia anak-anak 0 - 15 tahun berjumlah 52.770 jiwa 39,61 persen, usia produktif 16 - 60 tahun sebanyak 74.259 jiwa
55,74 persen dan sisanya berusia lanjut sebanyak 6.184 jiwa 4,60 persen.
4.2. Kondisi Geografis Dan Demografis Lokasi Penelitian
Secara geografis desalokasi penelitian dijelaskan sebagai berikut. Desa Citasuk sebagian wilayahnya daratan rendah dan tanah tadah hujan, sebagian besar
104
Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Cidanau, Bappeda Kabupaten Serang – Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah BRLKT, DAS Citarum-
Ciliwung, 1999.
105
Potensi dan Masalah DAS Cidanau. Forum Komunikasi DAS Cidanau FKDC, 2005.
aktivitas ekonomi penduduk untuk memenuhi kebutuhan pokoknya menanam padi, palawija dan berdagang. Hal Ini berbeda dengan kondisi geografis Desa Cibojong
terbagi atas dua bagian, bagian bawah geografinya didominasi daratan rendah, lahan sawah dan bagian atas terdiri dari lereng perbukitan yang digunakan penduduk untuk
pertanian lahan kering. Kondisi geografi dan topografi Desa Citaman memiliki kategori desa hutan
dan sebagian besar aktivitas penduduknya adalah berladang, menanam tanaman perkebunan dan agroforestry. Lokasi desa Citaman terletak di bagian Selatan kaki
Gunung Pangarang pada ketinggian sekitar 350 meter dari permukaan laut, sedangkan Wilayah Desa Citasuk dan Desa Cibojong sekitar 300-325 meter dari
permukaan laut. Wilayah Desa penelitian dengan desa-desa sekitarnya dihubungkan oleh area perkebunan rakyat, perkampungan, sungai, dan batas alam lainnya.
Bagi penduduk, kondisi topografi dan geografi bukan hanya sebagai sarana mencari nafkah tetapi juga tempat tinggal sekaligus sarana membangun relasi sosial
dan kultural dengan lingkungannya. Ikatan sosial kultural penduduk dengan lingkungannya terlihat dari kelembagaan lokal tata kelola sumberdaya agraria yang
hidup pada desa tersebut. Perkampungan Desa Citaman membentang dari Utara ke Selatan. Pusat pemerintahan Desa berada di bagian Utara dan bawah wilayah desa,
sementara sebagian besar penduduk bermukim di bagian selatan dan atas desa. Area perkebunan rakyat penduduk Desa Citaman berada di sekitar kampung terpencar
mengikuti pola penyebaran penduduk. Perkampungan wilayah Desa Citaman dikelilingi oleh kebun penduduk.
Ini berbeda dengan perkampungan desa Citasuk, dikelilingi batas alam sungai, rawa dan sawah dan batas buatan jalangang. Landscape bentang darat
perkampungan Desa Citasuk membentang dari Barat ke Timur, dengan pusat pemerintahan berada di tengahnya. Bentang darat perkampungan wilayah Desa
Cibojong dari Utara ke Selatan. Pusat Pemerintahan Desa berada di bagian Selatan, sedangkan sebagian besar penduduk bermukim di bagian Utara desa. Bila diletakkan
dalam pembagian wilayah menurut Geertz,
106
Desa Citaman dan Cibojong
106
Geertz membedakan wilayah Indonesia atas Indonesia “dalam” dan Indonesia “luar”. Indonesia dalam mencakup Jawa, Madura dan Bali, Indonesia luar meliputi wilayah yang tidak termasuk
wilayah Indonesia dalam. Wilayah Indonesia dalam dan luar, dibedakan atas dasar perbedaan ekologi yang berdampak pada sistem pertanian. Di wilayah Indonesia “dalam” tanah subur, beririgasi teknis
merupakan desa yang berada di wilayah Indonesia ”dalam”, tetapi memiliki karakteristik topografi wilayah Indonesia luar. Sedangkan kondisi geografi Desa
Citasuk merupakan perpaduan Indonesia ”dalam” dan wilayah Indonesia ”luar”. Landscape
perkampungan masing-masing desa, tampaknya berimplikasi pada intensitas interaksi sosial dan pertukaran informasi masyarakatnya inward looking
atau outward looking. Pembagian wilayah desa atas dan bawah, ternyata bukan hanya secara fisik tetapi berkaitan dengan perbedaan akses dan posisi politik.
Pertukaran informasi antar penduduk Desa Citaman dan Cibojong cenderung inward looking
; kohesivitas, kerukunan dan kebersamaannya lebih kuat dibandingkan yang berlangsung di Desa Citasuk yang bersifat outward looking.
Sebaran pemukiman penduduk yang terpilah atas dan bawah pada Desa Citaman dan Cibojong ternyata ada kaitannya dengan hubungan sosial super
ordinate-sub ordinate .
107
Di mana pemegang kekuasaan ruling class dan pusat pemerintahannya pada kedua desa dikuasai oleh penduduk yang bermukim di bagian
bawah desa. Kondisi ini tidak terjadi di desa Citasuk, pemukiman penduduknya tidak terbentuk atas dan bawah, melainkan menyebar pada sejumlah kampung.
Struktur sosial dan politiknya didasarkan tingkat penguasaan dan pemilikan aset ekonomi tanah, bentuk rumah, tingkat penghasilan, kendaraan bermotor dan
peralatan rumah tangga dan jenis pekerjaan. Struktur fisik wilayah desa dengan variasinya juga berpengaruh terhadap
aktivitas pertanian, demografi dan ekonomi penduduk. Pengaruh kondisi geografi desa terhadap demografi, antara lain terlihat dari perbedaan kepadatan, sebaran dan
struktur penduduk desa. Pada desa di mana struktur fisiknya sebagian besar berlereng dan berbukit, kepadatan penduduknya lebih rendah dibandingkan desa yang struktur
fisiknya sebagian besar dari dataran. Struktur penduduk pada ketiga desa disajikan pada Tabel 3.
lahan basah dan intensif; sedangkan di wilayah Indonesia “luar” kurang intensif dan pertanian lahan kering. Lihat Clifford Geertz, 1983. Involusi Pertanian. Jakarta: Bhratara. Tipologi Indonesia dalam
dan Indonesia luar yang dikemukakan Geertz dewasa ini mengalami perubahan, sentra padi dan pertanian intensif bukan hanya ada di Jawa, Madura dan Bali tetapi juga tersebar di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi.
107
Penduduk bagian atas Desa Citaman menyebut penduduk bagian bawah dan di pusat pemerintahan desa sebagai urang landeuh, sedangkan penduduk bagian bawah menyebut penduduk bagian atas
sebagai urang tonggoh atau “urang gunung”urang kebon. Sebutan urang landeuh dan urang tongoh yang digunakan oleh warga tidak merupakan identitas budaya tetapi menggambarkan dinamika
interaksi komunitas. Diolah dari umber primer.
Tabel 3. Struktur Penduduk Desa Citaman, Citasuk dan Cibojong Menurut Kelompok Usia
No Nama Desa
Citaman Kelompok Umur
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase Laki-laki
Perempuan 1
0 - 6 tahun 124
141 265
16,99 2
7 - 15 tahun 181
193 374
23,97 3
16 - 18 tahun 167
176 343
21,99 4
19 - 55 tahun 239
222 461
29,55 5
56 tahun 58
59 117
7,50 Jumlah
769 791
1.560 100,00
No Nama Desa
Cibojong Kelompok Umur
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase Laki-laki
Perempuan 1
0 - 6 tahun 323
321 644
15,47 2
7 - 15 tahun 424
439 863
20,73 3
16 - 18 tahun 496
487 983
23,61 4
19 - 55 tahun 522
515 1037
24,90 5
56 tahun 319
318 637
15,29 Jumlah
2.084 2.080
4.164 100,00
No Nama Desa
Citasuk Kelompok Umur
Jenis Kelamin Jumlah
Persentase Laki-laki
Perempuan 0 - 6 tahun
461 527
988 14,57
7 - 15 tahun 634
689 1.323
19,49 16 - 18 tahun
744 796
1.540 22,69
19 - 55 tahun 912
1058 1.970
29,03 56 tahun
458 506
964 14,22
Jumlah 3.209
3.576 6.785
100,00
Sumber Diolah dari Monografi Desa Citaman, Citasuk dan Cibojong tahun 2008
Dari Tabel 3 diketahui bahwa struktur penduduk ketiga didominasi oleh kelompok umur 19 - 55 tahun, masing-masing mencapai 29,55 persen, 29,03 persen
dan 24,90 persen. Kelompok umur selanjutnya yang dominan adalah penduduk berumur 16 - 18 tahun, desa Citaman: 21,99 persen, desa Citasuk: 22,69 persen dan
desa Cibojong sebesar 23,61 persen. Pada masyarakat pedesaan penduduk dalam kelompok umur 16 - 18 tahun termasuk kategori usia produktif, masuk dunia kerja
dan banyak telah melangsungkan pernikahan. Bila kelompok umur 16 - 18 tahun dihitung sebagai kelompok umur
produktif, maka kelompok umur produktif di desa Citaman sebesar 51,54 persen, desa Citasuk mencapai 51,72 persen dan desa Cibojong 48.51 persen. Jika kelompok
umur produktif dihitung dari 16 - 55 tahun dibandingkan dengan kelompok umur belum produktif 0 - 15 tahun dan kelompok umur kurang produktif 55 tahun,
maka perbandingan komposisinya di tiga desa penelitian adalah: Desa Citaman 54 persen, 40,96 persen, 7,5 persen; Desa Citasuk 51,72 persen, 34,06 persen, 14,22
persen dan Desa Cibojong 48.51 persen 36,20 persen dan 15,29 persen . Data itu menunjukkan beban kelompok usia produktif paling besar terdapat
di desa Cibojong, mereka harus menanggung kelompok usia tidak produktif dan kurang produktif sebesar 51,49 persen. Tingginya beban penduduk usia produktif di
desa Cibojong disebabkan tingginya persentase kelompok usia kurang produktif. Beban penduduk kelompok usia produktif yang relatif kecil terdapat di desa Citaman,
karena kelompok usia produktif secara nyata masuk dan terlibat dalam berbagai mata pencaharian dan pekerjaan baik di dalam desa maupun di luar desa.
4.3. Struktur Mata Pencaharian