Metodologi dan Kerangka Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi dan Kerangka Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman mengenai interaksi kelembagaan lokal dengan supra lokal dalam tata kelola sumberdaya agraria di hulu DAS dengan menggunakan metodologi kritis. 96 Penggunaan metodologi kritis didasarkan pertimbangan, posisi tineliti yang termarginalkan dan rendahnya perhatian dan apresiasi dari pihak agensi terhadap kelembagaan lokal, meskipun kondusif untuk konservasi tanah dan air kawasan hulu DAS. Penggunaan metodologi kritis, dimaksudkan agar dapat membongkar dimensi struktur pengetahuan dan kekuasaan yang mengalienasi komunitas dan mendorong kesadaran kolektif collective conscious-ness tineliti untuk melakukan perubahan dan perbaikan terhadap posisi sosial dan ekonominya yang termarginalkan. Sejalan dengan metodologi kritis, maka penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan interaksi komunitas lokal dengan kekuatan supralokal, tetapi juga menganalisis dampak negatifnya terhadap kehidupan sosial ekonomi tineliti. Merujuk pada Cavallaro 2004 proses penelitian ini sebagai riset transformatif, karena melakukan kritik sosial terhadap politik tata sumberdaya agraria yang berlangsung di wilayah kajian. Secara metodologis hubungan peneliti-tineliti dalam penelitian ini bersifat transaksional, dalam arti terjalin interaksi dan dialog, ealitas dan temuan diletakkan dalam kerangka pemikiran dunia peneliti dan teneliti. 97 Perspektif dan pendekatan emik lebih menonjol daripada etik. 98 96 Secara ontologi, teori kritis memaknai realitas dibentuk oleh sejarah sosial, politik dan ekonomi. Epistimologi teori kritis memaknai hubungan peneliti-tineliti bersifat transaksional, termediasi nilai dan aksiologinya memandang ilmu tidak bebas nilai, etika dan pilihan moral menentukan pilihan penelitian. Dalam istilah Habermas, ilmu terkait dengan kepentingan, kepentingan berada dibalik dan memandu setiap sistem pengetahuan dan tugas ilmuan adalah mengungkapnya. Pilihan pada paradigma kritis diyakini dapat memotret penetrasi supralokal terhadap kelembagaan lokal secara terang benderang. Lihat Akhyar, Lubis, 2004. Paradigma Baru dan Persoalan Metodologi Ilmu Sosial-Humaniora dan Budaya Pada Era Postmodern . Jakarta: PPS UI. Peneliti tidak menggunakan paradigma kritis secara murni karena peneliti tidak sepenuhnya terlibat dalam pemberdayaan tineliti, hanya terlibat secara temporal dalam proses penyadaran. 97 Hubungan pengetahuan dan kepentingan manusia bersifat dialektik. Sistem pengetahuan ada pada level objektif sedangkan kepentingan atau minat manusia adalah fenomena subjektif . Lihat, Ritzer Geoge Goodman Douglas J, 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.

3.2. Pokok Penelitian dan Metode Pengumpulan Data