xxix
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Teori Belajar
Teori belajar kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus
yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: ”Tahap-tahap perkembangan”, yang
dikemukakan oleh Piaget, Pemahaman konsep oleh Bruner, belajar bermakna dan
Advance organizer
oleh Ausubel, Hirarkhi belajar oleh Gagne.
a. Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget, dalam Ratna Wilis Dahar 1989: 152, menyatakan ”tahap- tahap perkembangan kognitif yang dialami setiap individu menjadi empat tahap: 1.
tahap sensori motor, 2. tahap pra-operasional, 3. tahap operasional konkret, dan 4. tahap operasional formal.” Tahap sensori motor yaitu tahap yang menempati dua
tahun pertama 0-2 tahun dalam kehidupan setiap individu. Sedangkan tahap Pra-
xxx operasional adalah tahap antara 2 hingga 7 tahun. Periode ini individu belum mampu
melaksanakan operasi-operasi mental seperti menambah ataupun mengurangi. Pikiran individu pra-operasional bersifat irreversibel. Biasanya individu pra-
operasional bersifat Egosentris yaitu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain.
Tahap operasional konkret yaitu tahap antara 7 hingga 11 tahun. Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional yaitu memiliki operasi-operasi logis yang
dapat di terapkan pada masalah-masalah konkret saja artinya individu belum dapat berurusan dengan materi-materi yang abstrak. Tahap perkembangan kognitif yang
terakhir yaitu tahap Operasional Formal yaitu antara 11 tahun keatas. Pada periode ini individu sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk
operasi-operasi yang lebih komplek atau sudah dapat berpikir abstrak. Siswa SMA termasuk dalam Tahap Operasional Formal umur 1112-18
tahun. Flavell dalam Ratna Wilis Dahar 1989:155 mengemukakan ”Beberapa karakteristik dari perkembangan pada tahap ini yaitu: 1. siswa sudah
mampu berpikir Adolesensi yaitu hipotesis-deduktif yang berarti dapat merumuskan alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mencek data
terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak. Tetapi siswa belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis, 2. Siswa
sudah mampu berpikir Proporsional yaitu berpikir yang tidak hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang konkret saja, 3. Siswa mampu berpikir kombinatorial
yaitu berpikir yang meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan-gagasan atau propsisi-proposisi termasuk berpikir abstrak dan konkret dengan
menggunakan pola berpikir kemungkinan.”
Metode berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki siswa, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan
dan mengembangkan hipotesis. Sejalan dengan itu dalam menyelesaikan masalah, seorang siswa akan mengawali dengan pemikiran teoritik. Siswa menganalisis dan
xxxi mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya
pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif disamping deduktif, oleh sebab itu dari sifat analisis yang siswa lakukan, siswa dapat membuat suatu
strategi penyelesaian. Analisa teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Siswa lalu mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-
proporsi, kemudian mencari hubungan antara proporsi yang berbeda-beda. Berkaitan dengan ini maka berpikir operasional juga disebut proporsional.
Berpikir operasional formal memungkinkan siswa untuk mempunyai tingkah laku
discovery-inquiry
yang betul-betul ilmiah, serta memungkinkan untuk mengajukan hipotesis variabel-variabel tergantung yang mungkin ada. Berpikir
abstrak atau
formal operasional
ini merupakan cara berpikir yang bertalian dengan hal-hal yang tidak langsung dapat dilihat.
Pada penelitian ini dilaksanakan pada siswa Sekolah Menengah Atas dimana pada tahap perkembangan kognitif menurut Piaget tergolong tahap operasional
formal. Tahap operasional formal ini individu sudah dapat menggunakan operasi- operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih komplek atau sudah
dapat berpikir abstrak, sehingga dengan penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri berbas termodifikasi siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Dengan metode ini siswa diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dan mencari informasi yang berhubungan dengan
materi pelajaran.
b. Teori Belajar Bruner