PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI

TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI

DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

MOTIVASI BELAJAR

( Studi Kasus Pembelajaran Biologi pada Materi Jamur Kelas X Semester 1 SMA Negeri 8 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan Biologi

Oleh : Boedhi Rahajoe NIM : S831002010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

commit to user

SURAT PERNYATAAN

Dengan puji syukur kepada Allah SWT., yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : BOEDHI RAHAJOE NIM : S831002010

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul : “PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR” ( Studi Kasus Pembelajaran Biologi pada Materi Jamur Kelas X Semester 1 SMA Negeri 8 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011), adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh.

Surakarta, Juli 2011 Yang Membuat Pernyataan,

BOEDHI RAHAJOE

NIM. S831002010


(5)

commit to user

MOTTO

“Kesakitan adalah guru terbaik dalam kehidupan ..., kesakitan mengajar kita menghargai masa-masa senang dan masa-masa susah. Kesakitan memberi kita pengalaman yang mampu mematangkan fikiran, dan kesakitan juga mengajar kita

menjaga kewarasan akal fikiran.

“Hidup sekali, hiduplah yang berarti”.


(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

“Teriring doa dan syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Almarhum kedua orang tuaku, Ibu mertuaku,

Suamiku tercinta, Anak-anakku,

Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan

yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa dalam menggapai cita-citaku”


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas berkat limpahan rahmadNya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian (tesis) dengan judul “Pembelajaran Kuantum dengan Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari Ketrampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar” Studi kasus Pembelajaran Biologi untuk meningkatkan Prestasi Belajar Materi Jamur pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011. Laporan tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan Pendidikan Sains.

Penyelesaian laporan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan terima kasih dan pengharagaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang telah memberikan bantuan fasilitas, sarana dan prasarana demi kelancaran dalam menempuh pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta .

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains dan juga sebagai pembimbing I dalam penelitian ini yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril kepada


(8)

commit to user

viii

penulis mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.

4. Dra. Suparmi, Ph. D, selaku sekretaris Program Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan arahan pada awal penyususnan tesis ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan keilmuan .

6. Baidowi, S. Pd. I, suami tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta motivasi dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

7. Semua teman seangkatan Pendidikan Sains Biologi angkatan Februari 2010 yang selalu memberi motivasi dan bantuan informasi baik lisan maupun buku selama penyelesaian laporan ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

Semoga budi baik Bapak/Ibu sekalian bermanfaat bagi penulis dan Bapak/Ibu sekalian mendapat limpahan rahmad dari Alloh SWT. Akhirnya tiada gading yang tak retak, penulis sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu bimbingan dan masukan dari semua pihak terutama dosen pembimbing, sangat penulis harapkan demi keberhasilan penelitian kami selanjutnya.

Surakarta, Juli 2011 Penulis


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… HALAMAN PERSETUJUAN ……… HALAMAN PENGESAHAN ……….. SURAT PERNYATAAN ………... MOTTO ……….. PERSEMBAHAN ……… KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ………..… DAFTAR GAMBAR …………..……….. DAFTAR LAMPIRAN………..………..……… ABSTRAK ………..………..

ABSTRACT ………..………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………..………. B. Identifikasi Masalah ………..………... C. Pembatasan Masalah ………..………..…………... D. Rumusan Masalah ……….………..……… E. Tujuan Penelitian ………..……….. F. Manfaat Penelitian ………..………. ………….. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS i ii iii iv v vi vii ix xiii xv xvi xvii xviii 1 9 10 11 12 13 15


(10)

commit to user

x

A. Landasan Teori ………. 1. Pengertian Belajar-Mengajar ………..……….. 2. Teori-teori Belajar …………..……… 3. Model Pembelajaran Kuantum ……….. 4. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ………

5. Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified

Free Inquiry) ………..

6. Ketrampilan Proses Sains ……… 7. Motivasi Belajar …………..……… 8. Prestasi Belajar …………..………. 9. Hakikat Biologi ……….………. 10. Kingdom Fungi

a. Ciri-ciri Fungi ………... b. Reproduksi Fungi ……….. c. Klasifikasi Fungi ……….... d. Peranan Fungi ……….…... e. Lichen ……… f. Mikoriza ………..……….………….. B. Penelitian yang Relevan …….……….…... C. Kerangka Berpikir……….……… D. Hipotesis ……….……….………… BAB III METODOLOGI PENELITIAN

15 15 17 21 27 30 36 45 49 52 58 59 61 64 70 74 77 77 82 89


(11)

commit to user

xi

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………..……… B. Metode Penelitian ……… C. Variabel Penelitian ……….. …..………. D. Definisi Operasional ……… 1. Hasil Belajar ………. 2. Model Pembelajaran Kuantum ………... 3. Metode Pembelajaran Inkuiri ………. 4. Ketrampilan Proses Sains ……….. 5. Motivasi Belajar ……… E. Populasi dan Sampel ……….. ………. .. ……… F. Instrumen Penelitian ……… G. Teknik Pengumpulan Data ………. H. Pengujian Instrumen ………... 1. Uji Validitas ………. ……….………. 2. Uji Reliabilitas ……….……….……….. 3. Uji Tingkat Kesukaran ……….………… 4. Daya Pembeda ………. I. Teknik Analisa Data

1. Uji Prasyarat Analisis ………..………. a. Uji Normalitas ………. b. Uji Homogenitas ………. 2. Pengujian Hipotesis ……… a. Uji Anava ………

91 92 93 94 94 94 94 94 95 95 95 96 97 97 100 101 103 104 104 104 105 105


(12)

commit to user

xii

b. Uji Lanjut Anava ………. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ……… 1. Data Prestasi Belajar ………. 2. Data Motivasi Belajar ………... 3. Data Ketrampilan Proses Sains ………. B. Uji Prasarat Analisis ………...

1.Uji Normalitas ……… 2. Uji Homogenitas ………... C. Pengujian Hipotesis (ANAVA) ……….

1.Uji Anava ……….. 2. Uji Lanjut Anava ………. D. Pembahasan Hasil analisis ………. E. Keterbatasan Penelitian ………. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… B. Implikasi ………. C. Saran ………... DAFTAR PUSTAKA ………..………... LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..……….. 107 108 108 113 116 119 119 121 122 123 125 127 144 146 149 150 152 153


(13)

commit to user xiii DAFTAR TABEL 1.1. 2.1. 2.2. 2.3. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10 4.1. 4.2. 4.3.

Nilai rata-rata UAN biologi SMAN 8 Kediri Tahun 2007 – 2010…. Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri ……… Perbandingan Metode Inkuiri Terbimbing dengan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ……….. Perbandingan Kurikulum 1984 – 2006 ……….. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……….. Desain Penelitian ………. ……… Interpretasi Validitas Soal ……….. Hasil Uji Validitas Instrument Prestasi Belajar dan Angket

Motivasi Belajar ………. Interpretasi Reliabilitas Soal ……….. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif dan Angket Motivasi Belajar ………. Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal Prestasi Belajar ………... Rangkuman Indeks Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif... Interpretasi Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif …… .Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda nstrumen Penilaian Kognitif. Deskripsi Data Ranah Kognitif Dalam Metode Pembelajaran …….. Deskripsi Data Hasil Belajar Model Kuantum dengan Metode Inkuiri Terbimbing ……… Deskripsi Data Hasil Belajar Model Kuantum dengan Metode

6 33 34 36 91 92 98 99 100 101 102 102 103 104 108 109


(14)

commit to user xiv 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20

Inkuiri Bebas Termodifikasi ……….. Deskripsi sebaran data keseluruhan ……….. Rerata prestasi belajar dengan motivasi belajar ……… Deskripsi data motivasi belajar ……… Deskripsi data rerata motivasi belajar………... Distribusi data prestasi belajar dengan motivasi belajar tinggi ……. Distribusi data prestasi belajar dengan motivasi belajar rendah ….. Deskripsi data Ketrampilan Proses Sains ………. Distribusi data prestasi belajar dengan KPS tinggi ……….. Distribusi data prestasi belajar dengan KPS rendah .……….. Deskripsi data aspek psikomotor ………. Hasil uji normalitas metode inkuiri ……… Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar … Hasil uji normalitas prestasi belajar ditinjau dari KPS …………. … Hasil uji homogenitas ……… Hasil uji anava ……….. Interaksi Motivasi dengan metode terhadap prestasi belajar ……. Interaksi KPS dengan metode ………

110 111 112 113 114 115 115 116 117 117 119 120 120 121 122 123 125 126


(15)

commit to user xv

DAFTAR GAMBAR

2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9 4.10

Siklus Hidup Fungi ……… Pohon Filogeni ……….. Kotak Spora Pada Rhizopus ……….. Konidiospora ……….………... Pembentukan Tunas pada yeast (Saccharomyces) ……… Struktur Anatomi Lichenes ………. . Histogram Prestasi Belajar dengan metode inkuiri terbimbing … Histogram Prestasi Belajar dengan metode inkuiri bebas

termodifikasi ……… Histogram Motivasi Belajar ……… Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar ………….. Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar tinggi ….. Histogram Ketrampilan Proses Sains ………. Histogram Ketrampilan Proses Sains tinggi ……… Histogram Ketrampilan Proses Sains rendah ………. Grafik interaksi antara motivasi dengan metode pembelajaran .. Grafik interaksi antara KPS dengan metode pembelajaran ……

63 65 66 68 71 76 109 111 114 115 116 117 118 118 125 126


(16)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Silabus ……….. ………... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. RPP Model Kuantum Dengan Metode Inkuiri Terbimbing…….. b.RPP Model Kuantum Dengan Metode Inkuiri Bebas

Termodifikasi ……….. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ………. ... Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif ………. Soal-soal Tes Kemampuan Kognitif …..……….. Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif ………. Lembar Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif ……….. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ..………. Soal Angket motivasi belajar………...………. Lembar Jawab Angket……….. Kisi-kisi Lembar Observasi KPS ………. Lembar Observasi KPS ……… …... Kisi-kisi Lembar Pengamatan Afektif .……… Tabel Penilaian / Lembar Observasi Afektif ………. …. Uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar ………. Uji validitas, reliabilitas angket Motivasi Belajar ……… Data Induk Kelas Metode Inkuiri Terbimbing ………. Data Induk Kelas Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi …………..


(17)

commit to user

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

Foto kelas Metode Inkuiri Terbimbing ……… Foto kelas Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ………. Data Normalitas dan Homogenitas Tes Prestasi Belajar …………. Data Normalitas dan Homogenitas Angket Motivasi Belajar …….. Data Normalitas dan Homogenitas Lembar Observasi KPS ……… Data Uji Lanjut ………. Hasil Try Out ……… Jawaban Tes Prestasi Belajar Peserta Didik ………. Jawaban Angket Motivasi Belajar ……… Hasil Penilaian KPS ………. Daftar Hadir Peserta Didik ………... Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen

Penelitian ……….. Surat Keterangan Ijin Penelitian ………..


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :

“Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”

Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 merupakan penjabaran Undang-Undang tersebut yang dituangkan dalam bentuk Standar Isi (SI) dan meliputi komponen : (1) Standar Kompetensi (SK), yaitu ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. (2) Kompetensi Dasar (KD), berupa penjabaran dari Standar Kompetensi (SK) yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK (Standar Kompetensi).

Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa Pendidikan Nasional diarahkan untuk mengembangkan kemampuan (baik kognitif maupun psikomotorik) peserta didik dan membentuk watak /sikap (afektif) yang bertanggung jawab, yang pelaksanaannya dikelola oleh masing-masing satuan pendidikan dengan standar batasan minimal yang dituangkan dalam SKL ( Standar Kompetensi Lulusan). Kemampuan (kognitif dan psikomotor) yang dimiliki peserta didik dicirikan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan modal utama untuk


(19)

commit to user

bersaing ditingkat regional, nasional dan global. Oleh sebab itu tiap Satuan Pendidikan, mulai Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Menengah dituntut untuk melakukan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Dengan demikian hasil dari pendidikan tersebut diharapkan lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi ilmu (kognitif), ketrampilan (psikomotor), dan mempunyai watak yang bertanggung jawab dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa (aspek afektif). Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut diharapkan nantinya dapat mengelola dan mengembangkan potensi daerah yang ada dengan bijaksana.

Pembelajaran sains salah satu tujuannya adalah untuk membantu agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan tentang keteraturan sains dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi sains. Karena dengan menguasai fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi ini diharapkan peserta didik mampu memahami fenomena alam yang ada disekitarnya (Her:awati, 2004). Fakta adalah informasi nyata seperti pemberian label, penggambaran sederhana atau kejadian-kejadian. Fakta dapat diperoleh secara langsung dengan menggunakan panca indera kita maupun melalui pengalaman orang lain. Fakta merupakan informasi yang sangat diperlukan untuk membentuk bagian utama keteraturan sains yang disebut konsep atau generalisasi. Tanpa adanya sejumlah fakta yang mencukupi sangat sulit bagi peserta didik untuk melihat adanya keteraturan alam. Hal tersebut dapat menyebabkan konsep dan generalisasi menjadi sebuah hafalan yang tidak bermakna dan tidak memiliki hubungan dengan pengalaman. Konsep adalah gagasan atau abstraksi yang


(20)

commit to user

dibentuk untuk menyederhanakan lingkungan di sekitar kita. Konsep dapat dibentuk dengan menggolongkan hasil-hasil pengamatan dalam suatu katagori tertentu. Konsep disebut sebagai abstraksi karena menyatakan proses abstrak (penggambaran) pada berbagai pengalaman aktual kita. Konsep tersusun sebagai penggambaran mental atas pengalaman yang kita amati.

Generalisasi atau hukum/ prinsip adalah suatu cara menyimpulkan pengalaman-pengalaman aktual kita dengan cara menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain. Generalisasi memuat informasi yang lebih banyak dan lebih akurat. Karena generalisasi mengandung beberapa konsep dan fakta, maka generalisasi memungkinkan kita memprediksi kejadian-kejadian. Hal ini sangat penting dalam pendidikan sains karena tidak hanya berkonsentrasi pada apa yang dapat dilakukan peserta didik sekarang tetapi juga sesuatu yang dapat dilakukan mereka di masa yang akan datang. Pemahaman terhadap generalisasi sains juga memungkinkan untuk mengontrol alam sehingga bermanfaat bagi kehidupan.

Sebagai guru sains, agar dapat membantu peserta didik dalam belajar sains harus dapat merangsang mereka berfikir, melakukan kegiatan fisik/ keterampilan proses yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, mengembangkan bahasa dan sosialisasi. Guru dapat merangsang kemampuan berfikir peserta didik dengan melalui kegiatan yang menggunakan indera mereka. Sedangkan kegiatan fisik/ keterampilan proses yang dapat dilakukan peserta didik meliputi praktikum/eksperimen atau observasi. Pengembangan ketrampilan berbahasa dalam belajar Sains dapat dilakukan dengan mengembangkan penalaran dan ketrampilan berkomunikasi melalui kegiatan pelaporan hasil eksperimen atau


(21)

commit to user

hasil observasi. Dan dalam mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, Sains memberikan kesempatan yang sangat besar untuk bekerja sama dan mengembangkan hubungan sosial melalui kegiatan kelompok atau proyek. Semua proses kegiatan belajar tersebut telah terangkum dalam metode pembelajaran Inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wayne Welch dalam artikel oleh Singgih Trihastuti (2008) yang menyatakan bahwa teknik-teknik yang diperlukan dalam pembelajaran Sains sama dengan teknik untuk penyelidikan ilmiah. Metode ilmiah dapat dianggap sebagai proses inkuiri. Dengan demikian inkuiri merupakan ”roh” pembelajaran Sains, dimana pelajaran sains dapat dipahami (hidup) pada diri peserta didik bila proses pembelajarannya menggunakan metode inkuiri.

Kajian Biologi merupakan cara mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu untuk memperoleh penemuan-penemuan baru yang berupa fakta atau teori yang disebut sebagai produk ilmiah (Herawati, 2000:1.3). Oleh sebab itu dalam mempelajari materi biologi harus dapat menumbuhkan sikap ilmiah, melalui langkah-langkah metode ilimiah (proses) dan melatih peserta didik untuk membangun konsep (produk ilmiah) sesuai dengan pengalamannya. Karakterisitik materi pelajaran Biologi cenderung berupa konsep, fakta yang kadang letaknya jauh dari lingkungan sekitar peserta didik, atau bahkan kadang-kadang bersifat abstrak karena tidak dapat diamati secara langsung. Peran guru adalah membimbing peserta didik untuk membangun konsep sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh, sehingga konsep tersebut dapat tertanam dalam memori peserta didik dalam waktu yang lama atau menjadi pengalaman yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.


(22)

commit to user

Oleh sebab itu proses pembelajaran Biologi akan lebih bermakna apabila menggunakan objek-objek yang dapat diamati baik melalui gambar/charta, gambar animasi ataupun pengamatan objek secara langsung. Objek-objek yang dapat diamati dalam proses pembelajaran merupakan media pembelajaran, sedangkan kegiatan pengamatan merupakan proses belajar, yang dapat memunculkan berbagai fenomena yang menarik perhatian peserta didik. Fenomena-fenomena yang ditangkap dan diindera oleh peserta didik dari efek penggunaan media akan memunculkan keingintahuan yang berkaitan dengan topik yang dipelajari. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik dan meningkatkan ketrampilan proses sainsnya.

Pembelajaran sains dalam penilaiannya perlu dilakukan secara autentik. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Bila data dan informasi yang dikumpulkan guru menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik dapat terbebas dari masalah tersebut. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan dalam proses pembelajaran, maka penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode pembelajaran saja, tetapi dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran sains seharusnya ditekankan pada upaya membantu peserta didik agar mampu menemukan cara belajarnya, bukan pada banyaknya


(23)

commit to user

informasi yang diperoleh peserta didik diakhir periode pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar sains peserta didiknya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata para peserta didik saat bekerja ilmiah, bukan hanya dari tes tulis saja. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan kinerja

(performance) yang diperoleh peserta didik. Penilai bisa dari guru, teman atau

orang lain.

Kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya di SMA Negeri 8 Kediri, penilaian oleh guru ditekankan hanya pada aspek kognitif saja (hasil tes akhir pembelajaran), penilaian psikomotorik diambil dari keikut sertaan dalam kegiatan praktik di laboratorium, dan penilaian afektif dari presensi (kehadiran yang mencerminkan minat/motivasi belajar peserta didik). Hal ini menyebabkan penilaian kurang bermakna. Data dari hasil UAN mata pelajaran Biologi dari tahun 2008 sampai dengan 2010 menunjukkan bahwa rata-rata nilai dan sebaran nilai UAN Biologi grafiknya tidak stabil. Rata-rata nilai, nilai tertinggi dan terendah hasil UAN mata pelajaran biologi SMAN 8 Kediri tahun 2007 – 2010 tampak pada tabel 1.1. berikut :

Tabel : 1.1. Nilai rata-rata dan sebaran nilai UAN mata pelajaran Biologi SMA Negeri 8 Kediri dari tahun 2007 – 2010

NO TAHUN N. TERTINGGI N. TERENDAH N. RATA-RATA 1. 2007 / 2008 8,50 3,25 5.50 2. 2008 / 2009 9,25 6,25 7,25 3. 2009 /2010 9,00 5,50 7,00 Sumber : Data Kurikulum SMA Negeri 8 Kediri.

Disamping masih rendahnya sebaran nilai UAN, nilai untuk kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI dengan KKM 68, masih ada sekitar 20 % lebih


(24)

commit to user

peserta didik yang harus melaksanakan program remidial. Dari kenyataan tersebut menunjukkan bahwa peserta didik dan guru belum siap untuk memenuhi harapan dari tujuan dan arah kebijakan Pendidikan Nasional, yaitu lairnya sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan dan sikap ilmiahnya. Oleh sebab itu perlu pengkajian dan perubahan paradigma pembelajaran yang dapat memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut.

Ditinjau dari cara guru dalam mengajar, guru lebih cenderung menekankan bagaimana menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu daripada menerapkan metode pembelajaran yang inovatif agar proses pembelajaran lebih bermakna. Akibatnya guru cenderung mengajar dengan metode ceramah dan latihan soal untuk persiapan UAN, sehingga peserta didik menjadi pasif dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Peranan guru sebagai pendidik dan pengajar sangat penting agar permasalahan tersebut di atas dapat diminimalisir. Guru hendaknya dapat menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat ikut terlibat dalam proses belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh guru sangat penting dalam membangun suasana belajar yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan topik materi yang akan dibahas, karena karakteristik/sifat materi pelajaran berbeda-beda.

Strategi belajar atau disebut juga strategi kognitif merupakan alat untuk membantu peserta didik belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses ini


(25)

commit to user

digunakan untuk membantu peserta didik agar ”belajar bagaimana belajar” (learn

how to learn), yaitu bagaimana memahami, menyimpan, dan mengingat kembali

keterampilan dan informasi yang telah diperoleh. Pengaruh positif strategi belajar terhadap hasil belajar peserta didik telah ditunjukkan oleh banyak hasil penelitian. Oleh sebab itu, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah atau melibatkan peran guru dan peserta didik maka dikembangkan model-model pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran sains, antara lain pembelajaran langsung (Direct Instruction), pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), pengajaran berdasarkan permasalahan ( Problem Based Instruction), dan masih banyak lagi. Namun, masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki variasi dan memerlukan suasana atau lingkungan belajar yang sesuai. Pembelajaran Kuantum merupakan salah satu model pembelajaran yang mengarahkan guru saat berada di kelas, berhadapan dengan peserta didik, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola pembelajaran kuantum terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Hal ini sangat sesuai untuk membangkitkan minat belajar peserta didik. Guru berperan sebagai aktor dalam kegiatan pembelajaran, yang mampu memainkan peran berbagai gaya belajar peserta didik, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri peserta didik. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia peserta didik dan ajaklah peserta didik ke dunia guru. Dalam pembelajaran kuantum, tidak ada peserta didik yang bodoh, yang ada adalah peserta didik yang belum berkembang karena titik


(26)

commit to user

sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu menyesuaikan dengan kondisi peserta didik dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha yang dilakukan peserta didik, dan rayakan keberhasilannya. Dengan pembelajaran kuantum guru diharapkan dapat membantu proses belajar peserta didik sesuai harapan. Kelebihan model pembelajaran Kuantum ini adalah terciptanya suasana belajar yang dapat dikondisikan senyaman mungkin, sehingga peserta didik tidak merasa bosan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka model pembelajaran

kuantum dengan metode inkuiri perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar

di SMA Negeri 8 Kediri, agar dapat meningkatkan motivasi belajar, pembentukan konsep materi oleh peserta didik dan peningkatan prestasi belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka permasalahan yang ada di SMAN 8 Kediri dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Secara umum hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 8 Kediri pada mata

pelajaran Biologi belum memuaskan.

2. Model pembelajaran kuantum, CTL, dan STM menekankan pada penciptaan lingkungan belajar yang efektif dengan melibatkan interaksi peserta didik di dalam dan di luar kelas, namun pembelajaran yang menyenangkan ini belum banyak guru yang menerapkan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar mandiri, sehingga pembelajaran bersifat teachers center, padahal ada banyak


(27)

commit to user

metode yang dapat digunakan seperti inkuiri, discovery dan proyek.

4. Pemahaman guru Biologi tentang hakikat pembelajaran Sains Biologi masih kurang menyeluruh, sehingga guru hanya menekankan pada produk saja, yang seharusnya pembelajaran sains meliputi proses, produk dan sikap. Kegiatan pembelajaran yang mencakup ketiga aspek tersebut tertuang dalam metode inkuiri.

5. Faktor motivasi belajar, ketrampilan proses sains, sikap ilmiah, kreativitas dan kemampuan memori peserta didik dalam pembelajaran Biologi belum diperhatikan, padahal faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik.

6. Peserta didik belum dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga keterampilan proses sainsnya tidak berkembang.

7. Guru masih menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) sesuai dengan acuan soal-soal UAN, yang seharusnya juga memperhitungkan aspek yang lain, yaitu psikomotor dan afektif.

8. Materi pelajaran Biologi tentang protista, jamur dan keanekaragaman hayati bersifat nyata, tetapi contoh bahannya tidak selalu ada di lingkungan peserta didik, sehingga guru melaksanakan pembelajarannya dengan metode ceramah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu pembatasan masalah agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Adapun pembatasan masalah tersebut antara lain :


(28)

commit to user

1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran kuantum, dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi.

2. Motivasi belajar peserta didik dibedakan kriteria tinggi-rendah.

3. Ketrampilan proses sains dengan kriteria tinggi-rendah, yang meliputi ketrampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), membuat tabel perbandingan dan mengkomunikasikan.

4. Prestasi belajar biologi yang diukur adalah hasil belajar peserta didik yang meliputi aspek kognitif melalui tes formatif setelah penelitian, aspek psikomotor dan afektif menggunakan lembar observasi.

5. Materi pelajaran yang dibahas adalah Kingdom Fungi/ Jamur sesuai dengan Kompetensi Dasar 2.4. Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar biologi peserta didik?

2. Apakah ada pengaruh keterampilan proses sains tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi ?


(29)

commit to user

3. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi ?

4. Apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan keterampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi ?

5. Apakah ada interaksi antata penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi ?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi ?

7. Apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, motivasi belajar dan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar biologi. 2. Pengaruh ketrampilan proses sains tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

biologi.

3. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. 4. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode


(30)

commit to user

Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri bebas termodifikasi dengan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi.

5. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi.

6. Interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar biologi.

7. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi, ketrampilan proses sains dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar biologi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar peserta didik ditinjau dari motivasi belajar dan ketrampilan proses sainsnya.

b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan memilih metode pembelajaran yang tepat pada kompetensi dasar kingdom fungi.


(31)

commit to user

b. Memberikan masukan kepada sesama rekan guru biologi agar dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat agar prestasi belajar peserta didik lebih meningkat.

c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yang dapat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

d. Melatih peserta didik untuk memahami hakikat sains khususnya biologi secara praktik.


(32)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar-Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik dan guru dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perkembangan kondisi stimulus dan respon.

Menurut Sudjana, Nana (2004: 28) :

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai akibat hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya kreasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.

Dari pernyataan tersebut, belajar berarti usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan kemampuan berpikir dan bernalar dalam dirinya. Untuk mencapai hasil yang optimal, maka belajar harus dilaksanakan dengan baik.

Menurut Nana Sudjana (2004; 29), “Mengajar adalah suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar”. Dengan demikian mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan suatu kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Disini guru berperan penting sebagai koordinator dalam kegiatan belajar mengajar. Mengajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk mengatur lingkungan belajar yang kondusif agar


(33)

commit to user

terjadi interaksi belajar mengajar yang baik antara peserta didik dengan guru dalam rangka mencapai tujuan belajar secara optimal. Hal ini akan terwujud bila guru dapat memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi peserta didik.

Beberapa pendapat tentang prinsip-prinsip mengajar antara lain : menurut Slameto (2003: 35), “bahwa prinsip mengajar meliputi 10 prinsip yaitu : perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi, individualisme dan evaluasi”. Dimana uraiannya sebagai berikut: 1) Perhatian, di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik kepada pelajaran yang akan diberikan oleh guru; 2) Aktivitas, dalam proses belajar-mengajar guru perlu menimbulkan aktivitas peserta didik dalam berpikir maupun berbuat; 3) Apersepsi, guru dalam mengajar harus dapat menghubungkan antara materi pelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik, sehingga peserta didik dapat memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang akan diterima; 4) Peragaan, guru diharapkan saat akan mengajar dapat menunjukkan benda yang sebenarnya, atau bila kesulitan dapat menggunakan model, gambar atau tiruan; 5) Repetisi, bila guru menjelaskan materi perlu diulang-ulang sehingga pengertian itu semakin jelas; 6) Konsentrasi, hubungan antara mata pelajaran dapat diperluas sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam bila pikiran peserta didik terfokus pada materi yang sedang dibahas; 7) Korelasi, hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan supaya dapat memperdalam pengetahuan itu sendiri; 8) Sosialisasi, dalam perkembangan


(34)

commit to user

anak perlu bergaul dengan temannya, dan bekerja dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat memecahkan masalah dan menyimpulkan pengetahuannya sendiri secara berkelompok; 9) Individualisme, peserta didik merupakan makhluk yang masing-masing mempunyai perbedaan, sehingga guru harus bisa menyesuaikan dengan kemampuannya; 10) Evaluasi, dapat menggambarkan kemajuan peserta didik dan prestasinya serta dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru itu sendiri. Dengan demikian peran guru dalam kegiatan pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Untuk itu guru harus mempunyai kompetensi seperti yang tertuang dalam kesepuluh prinsip mengajar tersebut.

2. Teori-teori Belajar

Ada beberapa teori belajar, menurut Gagne, Jerome Bruner dan Jean Piaget, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Teori Belajar menurut Gagne

Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen. Jadi belajar adalah proses, dan belajar dikatakan berhasil bila terdapat perubahan tingkah laku (Herawati, 2000:1.14). Tingkah laku hasil belajar dapat berupa kemampuan ketrampilan proses sains, sikap ilmiah atau kematangan dalam berfikir.

Pembelajaran yang melalui tahapan proses pembelajaran atau langkah demi langkah, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hakikat belajar


(35)

commit to user

menurut Gagne adalah penekanan pada pencapaian tujuan yang telah dicanangkan dan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Gagne beranggapan bahwa terdapat jenjang belajar (learning hierarchi). Peserta didik akan berhasil belajar yang kompleks bila ia telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah dan sederhana. Penerapan teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah : keberhasilan mempelajari sesuatu kemampuan tergantung pada ada tidaknya kemampuan yang lebih sederhana yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu belajar harus dimulai dari yang paling sederhana kemudian berangsur-angsur ke topik yang lebih kompleks.

b. Teori Belajar menurut Bruner

Bruner menyatakan bahwa: “Proses belajar yang paling baik adalah melalui penemuan, proses pembelajaran peserta didik tersebut akan melibatkan tiga hal yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah: 1) memperoleh informasi baru; 2) transformasi informasi; 3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan” (Bruner, 1973) yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar (1989: 101). Sesuai teori ini proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru memberikan kebebasan dalam mengembangkan kemampuannya diantaranya kognitif, psikomotor dan afektifnya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan teori tersebut adalah metode inkuiri yang mengandung langkah-langkah metode ilmiah.

Dalam pembelajaran biologi Bruner mengemukakan bahwa “perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yaitu : 1) Enactive


(36)

commit to user

tersebut; 2) Iconic representation, yaitu pola pikir anak bergantung pada organisasi visual (benda-benda konkrit) dan organisasi sensorisnya; dan 3)

Simbolic representation, yaitu anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang

sesuatu hal sehingga dapat mengutarakan pengalamannya dengan bahasa. Menurut Bruner tugas orang dewasa (guru) untuk membantu mengajarkan kesiapan anak untuk mengasah kemampuannya.

Pendapat tersebut sangat sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri dimana peserta didik mengenali permasalahan yang sederhana kemudian belajar merespon permasalahan tersebut (identifikasi), memanfaatkan indra sensorinya untuk menganalisis dan menghubungkan dengan pengalaman yang pernah diperoleh sebelumnya, kemudian mengutarakan pengalaman tersebut dalam bentuk bahasa (pelaporan).

c. Teori Belajar menurut Piaget

Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu: 1) sensory motor (0-2 tahun) selama ini anak mengenal alam dengan indranya (sensori) dan dengan tindakannya (motor); 2) pre operational (2-7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi dasar matematika;

3) concrete operational (7-11 tahun), tahap ini anak mulai berpikir secara

rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak; 4)

formal operational (11 tahun ke atas), anak pada periode ini tidak perlu berpikir

dengan pertolongan benda atau peristiwa yang konkret dan sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir secara abstrak. (Herawati, 2000:1.14). Dengan teori ini, kemampuan kognitif peserta didik SMA kelas X dalam proses belajarnya


(37)

commit to user

sesuai dengan tahap usianya yaitu 15 tahun lebih, seharusnya pola berfikirnya bersifat abstrak yang membutuhkan penalaran, sehingga materi pelajaran biologi yang sarat dengan konsep dapat disampaikan dengan konsep penalaran.

Selanjutnya Bambang Sumintono dalam artikelnya yang berjudul “TEORI BELAJAR DARI PERSPEKTIF KONSTRUKTIVIS”, dan dimuat dalam

http://deceng.wordpress.com/, menuliskan bahwa : Piaget juga menjelaskan

bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi aksi atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan “berpikir mengenainya”. Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi kita berusaha memahami hal yang baru dengan mengaplikasikan schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang harus merubah pola berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru. Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau dengan melakukan perubahan dan menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru karena memang diperlukan (akomodasi).

Penjelasan di atas menunjukkan penekanan Piaget terhadap pemahaman yang dibentuk oleh seseorang, sesuatu yang berhubungan dengan logika dan konstruksi pengetahuan universal yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari lingkungan. Pengetahuan seperti itu berasal dari hasil refleksi dan koordinasi kemampuan kognitif dan berpikir serta bukan berasal dari pemetaan realitas lingkungan eksternalnya.


(38)

commit to user

siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya, Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang mengkonstruksi pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah meniadakan faktor guru dalam proses pembelajaran, justru sebaliknya lah yang terjadi. Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi, melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu siswa dalam belajar dan memahami sesuatu.

3. Model Pembelajaran Kuantum

Sekolah masa depan adalah sekolah yang ditandai dengan pola pembelajaran yang menyenangkan, karena terdapat sebuah adigium yang menyatakan, “belajar akan efektif, kalau ada dalam keadaan fun”. Revolusi cara belajar mengubah segalanya, ketika citarasa yang menyenangkan menjadi atmosfir pembelajaran. “Warung Jamu”, adalah sebuah kaidah yang merupakan kepanjangan dari Waktu-Ruang-Jumlah dan Mutu. Makna Warung Jamu adalah dimensi ukur yang harus diperhatikan, ketika seorang Guru melakukan pembelajaran. Uraian kaidah tersebut antara lain : a). Kapan [waktu], kita melakukan pembelajaran; b). Pada rentangan bagaimana atau pada kondisi yang bagaimana [ruang], kita melakukan pembelajaran; c). Kuantitas audience [jumlah]; dan d). Kulitas yang diharapkan [mutu]

Sejalan dengan kaidah tersebut, kita diingatkan pula dengan kaidah “ABCD” –[Audience, Behavior, Condition and Degree]. Kaidah inilah, yang


(39)

commit to user

menjadi pengarah para guru untuk memilih strategi pembelajaran yang disingkat EER ( Efektif – Efisien – Rasional ). Saat ini terjadi revolusi pembelajaran, yang melahirkan banyak metode pembelajaran, namun yang perlu kita cermati adalah berubahnya paradigma pembelajaran. Dari paradigma Teachers center atau Guru sebagai pusat pembelajaran, atau semuanya sangat ditentukan dari atas “driver

company”, menuju pembelajaran yang memberikan ruang gerak secara utuh dan

menyeluruh pada peserta didiknya “driver customer”. Paradigma inilah yang menuntut setiap Guru untuk cermat dalam memilih strategi dan metode pembelajaran. Dr. Georgi Lozanov, yang dikenal sebagai bapak pembelajaran dipercepat [accerated learning], pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology ternyata mengilhami Bobi DePorter untuk mengembangkan strategi pembelajaran, yang mengubah cahaya menjadi energi. Pembelajaran inilah yang disebut dengan “Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)”. Model pembelajaran ini diadopsi dari beberapa teori, antara lain teori sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistic. Buah pikir ini telah sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun oleh de Porter. Dari penelitian yang dilakukan untuk disertasi doktoralnya pada 1991, dengan melibatkan sekitar 6.042 responden, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis peserta didik, antara lain peningkatan motivasi 80 %, nilai belajar 73 %, dan memperbesar keyakinan diri 81 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran

Kuantum ini dapat memperbaiki kualitas pembelajaran.


(40)

commit to user

Quantum yaitu : E = mc2 , dengan :

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat) m = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik) c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

(Bobby De Porter & Mike Hernacki, 2005 : 16)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami bahwa interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar para peserta didik. Kata Kuantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Pembelajaran Kuantum menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan berenergi/ menyenangkan, dengan cara mengolah unsur yang ada pada peserta didik dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bila strategi ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai pekerjaannya dan lebih berhasil dalam menyampaikan materi pembelajaran serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai strategi pembelajaran. Apalagi dalam Pembelajaran Kuantum, ada istilah

”Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia

mereka”. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan metode pembelajaran

kuantum tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari peserta didik.

Tetapi lebih dari itu, peserta didik juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam pembelajaran dan ketika belajar. Selain itu, ada beberapa prinsip Pembelajaran Kuantum, yaitu : 1). Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar; 2). Segalanya bertujuan, peserta didik diberi tahu apa


(41)

commit to user

tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan; 3). Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan peserta didik diperoleh banyak konsep; 4). Akui setiap usaha, menghargai usaha peserta didik sekecil apa pun; 5). Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada peserta didik yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, atau pemberian hadiah.

Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab,

pembelajaran Kuantum akan membantu peserta didik dalam menumbuhkan

minat belajarnya dengan semangat. Apalagi pembelajaran Kuantum juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh, seperti tersenyum, bahu tegak, kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan peserta didik dan diselingi humor yang bertujuan agar KBM tidak membosankan. Guru juga perlu memiliki

Emotional Intelligence, yaitu kemampuan guru untuk dapat mengelola emosi.

Strategi pembelajaran kuantum diperkuat dengan pendekatan multisensori, multi kecerdasan, dan berdasarkan kerangka rancangan belajar yang dikenal sebagai TANDUR :

Berikut ini adalah tinjauan sekilas mengenai TANDUR dan maknanya :

T : Tumbuhkan minat dengan memuaskan, ”Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK).

A : Ciptakan atau datangkan pengalaman umum ( Alami ) yang dapat dimengerti semua peserta didik.

N : Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi ( Namai ) sebagai sebuah masukan.


(42)

commit to user

D : Sediakan kesempatan bagi peserta didik untuk ”menunjukkan bahwa mereka tahu” ( Demonstrasi pengetahuannya ).

U : Tunjukkan pada peserta didik cara-cara mengulang materi dan menegaskan, ”Aku tahu bahwa aku memang tahu tentang ini”.

R : Rayakan / pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kuantum, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan multisensori sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Jika seorang guru belum pernah sama sekali mengenal tentang pembelajaran Kuantum, memang akan merasa kesulitan untuk melaksanakannya dalam ruangan kelas. Hal ini wajar karena tidak semua guru mengenal tentang pembelajaran Kuantum. Oleh karena itu disini akan diuraikan beberapa petunjuk yang dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran Kuantum di ruang-ruang kelas. Ada beberapa petunjuk yang dapat dimanfaatkan seorang guru antara lain : 1). Guru wajib menjadi teladan dalam tingkah laku, misalnya jujur, jadi pendengar yang baik dan selalu gembira ( tersenyum); 2). Guru harus dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan, ”learning is most effective when

it’s fun.” Kata menyenangkan / gembira disini berarti bangkitkan minat, libatkan

secara maksimal peserta didik, terciptanya makna dan pemahaman (penguasaan) atas materi yang dipelajari serta nilai yang membahagiakan pada diri peserta didik; 3). Ciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bisa membawa kegembiraan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan pengubahan formasi


(43)

commit to user

tempat duduk, perubahan warna cat, adanya tanaman segar serta poster, slogan atau kata mutiara yang dapat memacu semangat peserta didik; 4). Guru harus dapat mempengaruhi suasana emosi peserta didik dengan memberikan selingan yang dapat melepaskan stres, seperti bernyanyi bersama, outbond, permainan, pelayanan konsultasi masalah emosional, atau makan bersama; 5). Pemutaran musik sebagai relaksasi dalam proses pembelajaran; 6). Pemberian arahan dari guru pada peserta didik tentang manfaat materi pelajaran, dan pemberian waktu untuk merekam data secara menyeluruh; 7). Menerapkan 8 kata kunci keunggulan tiap hari : Integritas, sukses, niat baik, hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab, luwes dan fleksibel, seimbang, tuntaskan tugas, demonstrasi / unjuk kerja. Disamping itu, agar pembelajaran Kuantum dapat terlaksana dengan baik di sekolah, perlu adanya dukungan dari sistem yang ada di lingkungan sekolah tersebut. Sistem tersebut meliputi : 1). Masuk dan pulang tepat waktu; 2). Tidak ada jam tambahan saat istirahat berlangsung; 3). Perangkat mengajar lengkap dan ciptakan suasana belajar yang kondusif dan tenang; 4). Guru bersifat proaktif terhadap ketertiban di lingkungan sekolah; 5). Melibatkan seluruh indera dalam proses kegiatan pembelajaran; 6). Manfaatkan media pembelajaran seefektif mungkin; 7). Belajar tidak harus selalu dalam ruang kelas, dapat di luar kelas; 8). Terapkan gaya belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik; 9). Pemberian reward atau penghargaan pada peserta didik yang telah berhasil mengubah prilaku belajarnya menjadi lebih bermakna.

Guru harus mampu mengarahkan peserta didik ke arah kemampuan penguasaan materi pembelajaran pada aspek kognitif,


(44)

commit to user

psikomotor dan afektif. Hal ini akan dapat membantu peserta didik untuk membangun kecerdasan otaknya agar mampu bersaing dengan peserta didik yang lain. Oleh sebab itu suasana belajar harus selalu diperhatikan oleh seorang guru. Karena suasana belajar akan mampu mempengaruhi belajar anak. Suasana belajar juga melibatkan mental, fisik, emosi sosial peserta didik secara aktif supaya mampu memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk mengamati, dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil memberikan argumentasi dan sejumlah penalaran. Pada prinsipnya pembelajaran Kuantum bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang hidup, penuh semangat, suka untuk datang dan menjelajahi dunia belajar.

4. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( guided inquiry)

Metode pembelajaran inkuiri pada dasarnya sangat berkaitan dengan discovery, karena inkuiri artinya penyelidikan sedangkan discovery adalah penemuan. Dengan melalui penyelidikan peserta didik akhirnya dapat memperoleh suatu penemuan. Menurut Beyer (1971,24) dalam Nuryani (2005,8) disebutkan bahwa : “Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan proses, produk atau pengetahuan (content, knowledge) dengan konteks dan nilai (content, values, affective)”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah model pembelajaran yang identik dengan hakikat pembelajaran sains itu sendiri.

Selanjutnya Revans (1983) dalam Stappenbelt (Australian journal of engineering education, 2010) diuraikan sebagai berikut: “ largely acknowledged as the founder


(45)

commit to user

of action learning (McGill & Beaty, 2002), described the process of learning in the terms of the reflective inquiry process, where learning is the sum total of attaining programmed knowledge and questioning of current insight. Marquardt (1999) added a third element, reflection, to this model of learning to emphasise its

importance.” Jadi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode

pembelajaran pembelajaran aktif yang sangat penting. Untuk melaksanakan metode pembelajaran inkuiri pada level manapun, guru perlu melakukan beberapa langkah yaitu pembimbingan, pengarahan dan fasilitasi. Pembimbingan disini diperlukan untuk membantu peserta didik agar proses inkuiri dapat terfokus pada materi yang akan dibahas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri, peran guru adalah sebagai: 1) fasilitator; 2) memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam menemukan masalah dan merancang pemecahannya, serta menyimpulkan dan menganalisis data.

Menurut Bruner dalam (Ratna Wilis Dahar, 1989 :108), ” pembelajaran discovery mempunyai relevansi untuk pembelajaran inkuiri”. Hal ini disebabkan adanya strategi yang serupa, karena keduanya menekankan pentingnya proses kognitif peserta didik dalam mengungkapkan arti sesuatu yang dijumpai di lingkungannya. Proses pembelajaran ini sama-sama berpusat pada peserta didik dan juga mengembangkan rasa tanggung jawab, komunikasi sosial, kepuasan dalam belajar serta pengembangan kemampuan secara maksimal.

Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan peran aktif peserta didik, baik dari segi fisik maupun mental dalam


(46)

commit to user

kegiatan pembelajaran. Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti menyelidiki atau menanyakan tentang sesuatu. Tujuan penyelidikan disini adalah upaya untuk menyelesaikan masalah. Jadi metode inkuiri adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong peserta didik untuk dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental yang dilakukan antara lain mengamati, mengidentifikasi, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan. Metode ini berusaha mengarahkan peserta didik kepada beberapa tujuan belajar antara lain meningkatkan motivasi belajar (usaha untuk mendorong peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar), pragmatis (usaha mendorong peserta didik untuk mengembangkan sendiri cara/metodenya untuk mendapatkan ilmu), dan curiosity (usaha untuk menyalurkan rasa keingintahuan sesuatu yang baru dari peserta didik). Dengan demikian metode ini memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk berlatih mandiri.

Adapun ciri dari pembelajaran inkuiri antara lain : 1) Guru dalam menyajikan pembelajaran tidak dalam bentuk konsep jadi, disini peserta didiklah yang diberi kesempatan untuk menelaah, menyelidiki dan menemukan sendiri jawabannya melalui teknik pemecahan masalah; 2) Peserta didik menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah; 3) Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan; 4) Peserta didik berlatih merumuskan hipotesis, untuk mengarahkan dalam mencari data; 5) Peserta didik menyusun langkah-langkah dalam mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan,


(47)

commit to user

eksperimen, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 6) Peserta didik melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk mengumpulkan data; 7) Peserta didik mengolah data serta menyusun kesimpulan.

Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan masalah/ topik yang akan dipelajari ditentukan oleh guru, tetapi dalam proses penemuan konsep dilaksanakan oleh peserta didik dengan cara guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada terbentuknya konsep. Langkah-langkah kegiatan inkuiri terbimbing menurut Joyce dan Weil (2000:179) antara lain : a). Guru menyajikan suatu polemik dan menjelaskan prosedur inquiri kepada peserta didik; b). Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka lihat dan alami; c). Pengumpulan data eksperimen, para peserta didik diperkenalkan dengan elemen baru ke dalam situasi yang berbeda; d). Memformulasikan penjelasan; e). Menganalisis proses inkuiri.

5. Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi ( modified free inquiry)

Metode Inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan inkuiri bebas yang dalam penentuan masalahnya ditetapkan oleh guru. Pada metode ini guru memberikan masalah melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian, untuk memperoleh jawaban peserta didik didorong untuk memecahkan masalah tersebut dalam kerja kelompok atau individual.

Strategi penggunaan inkuiri bebas termodifikasi mempunyai kekurangan yaitu : a. Peserta didik yang motivasinya kurang dalam hal


(48)

commit to user

pengumpulan data dan keterangan, maka hasilnya akan kurang memuaskan; b. Peserta didik masih kurang mempunyai inisiatif untuk mendapatkan data, karena kurang pengalaman dalam kegiatan eksperimen. Strategi pembelajaran ini memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang relatif banyak.

Kelebihan penggunaan metode inkuiri bebas termodifikasi antara lain ; a. Membantu perkembangan berfikir peserta didik, terutama dalam hal memproses dan menentukan bermacam-macam keterangan; b. Peserta didik memperoleh penemuan tentang konsep dasar dan ide-ide yang orisinil; c. Peserta didik terdorong untuk berpikir secara bebas dan terbuka sehingga akan memberikan kepuasan pada dirinya sendiri; d. Peserta didik terdorong untuk berpikir dan bekerja atas prakarsa sendiri.

Pada penelitian ini akan diterapkan proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan harapan dapat meningkatkan ketrampilan proses sains peserta didik dan peningkatan motivasi belajarnya. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing, peserta didik diarahkan pada tugas pengamatan objek yang berarti membimbing mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini berbentuk urutan kegiatan yang dituangkan dalam LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik). Selanjutnya peserta didik melakukan kegiatan observasi, membuat klasifikasi, membuat pengukuran/pengelompokkan, mengorganisasi data, membuat kesimpulan dan memprediksi hasil kegiatan selanjutnya. Penerapan metode inkuiri terbimbing mengarahkan pada proses berpikir dan memecahkan masalah.


(49)

commit to user

Pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan ilmiah hingga ditemukan konsep-konsep baru. Sedangkan proses pembelajaran dengan metode inkuiri bebas termodifikasi, peserta didik diberikan suatu permasalahan terlebih dahulu baru kemudian selanjutnya mereka diberi kesempatan yang luas untuk memecahkan masalah tersebut dengan inisiatif sendiri dan dari bekal pengetahuan yang pernah mereka peroleh sebelumnya.

Penggunaan metode inkuiri dalam kegiatan belajar-mengajar mempunyai tujuan: 1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi atau data yang diperoleh melalui pengamatan dan proses penemuan; 2) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan hasil penemuan; 3) Melatih peserta didik menggunakan logika berpikir induktif dalam menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui proses penemuan.

Dari berbagai definisi dan ciri metode inkuiri diatas dapat penulis simpulkan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menitikberatkan pada upaya pemecahan masalah, sehingga peserta didik mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengeksplorasi berbagai informasi agar dapat menemukan konsep dengan didampingi oleh guru. Peran guru dalam metode inkuiri adalah : 1) menciptakan suasana yang memberi peluang kepada peserta didik untuk berpikir bebas dalam bereksplorasi untuk menemukan masalah dan memecahkan masalah tersebut; 2) sebagai fasilitator dalam penelitian; 3) rekan diskusi dalam pencarian alternative jawaban terhadap


(50)

commit to user

masalah; 4) membimbing penelitian, mendorong keberanian berpikir untuk mencari alternative pemecahan masalah.

Adapun sintaks dari metode pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut :

Tabel 2.1. Sintaks Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi

No Fase Kegiatan Guru

Inkuiri Terbimbing Inkuiri Bebas Termodifikasi

1 Perumusan masalah Membimbing peserta didik mengidentifikasi masalah.

Menyodorkan masalah pada peserta didik untuk diidentifikasi dalam bentuk pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian.

2 Penyusunan hipotesis

Memberi kesempatan peserta didik untuk berpendapat dalam membentuk hipotesis.

Memberi kesempatan peserta didik untuk menyusun hipotesis secara mandiri.

3 Rancangan/ Perakitan

Percobaan

Memberi kesempatan peserta didik untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis. Membimbing mereka mengurutkan tahap-tahap percobaan.

Memberi kesempatan peserta didik untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis dan merancang alat percobaan.

4 Melaksanakan

Percobaan

Membimbing peserta didik untuk mendapatkan informasi dari hasil percobaan, pengamatan, pengukuran dan

pengambilan data

Mendampingi peserta didik dalam melaksana-kan percobaan / eksperimen.

5 Mengumpulkan dan

menganalisis data

Memberi kesempatan peserta didik untuk

Memberi kesempatan pada peserta didik


(51)

commit to user

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

untuk menyampaikan hasil pengolahan secara berkelompok dari data yang terkumpul.

6 Membuat

Kesimpulan

Membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan

Memberi kesempatan pada peserta didik untuk menyusun kesimpulan

Diadaptasi dari pendapat Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto (2007 : 141)

dan

http://resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-inquiry.html

Sedangkan perbandingan antara metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2. Perbandingan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi

NO FASE-FASE INKUIRI TERBIMBING INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI

1. Fase 1 :

Menghadapkan pada masalah

Guru mendiskripsikan masalah yang akan

dipecahkan oleh peserta didik

Guru menyajikan masalah yang menjadikan teka-teki bagi peserta didik

2. Fase 2 :

Mengumpulkan data terhadap masalah

Guru membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

Usaha peserta didik untuk menemukan cara pemecahan masalah yang disajikan guru (guru bertindak sebagai nara sumber)

3. Fase 3 :

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai dengan eksperimen agar

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Peserta didik mengumpulkan informasi yang didapat melalui kegiatan pelaksanaan percobaan dan mencatat informasi tersebut

4. Fase 4 :

Mengorganisir data dan merumuskan penjelasan

Guru mengajak peserta didik untuk mengorganisir dan merumuskan penjelasan terhadap masalah

Peserta didik merumuskan penjelasan untuk

mengorganisir data dan merumuskan penjelasan terhadap masalah

5 Fase 5 :

Menganalisis

Guru menuntut peserta didik untuk dapat menganalisis

Peserta didik menganalisis hasil temuan mereka serta


(52)

commit to user dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

hasil temuan mereka serta diberi kesempatan

mengajukan pertanyaan yang lebih efektif dan produktif.

diberi kesempatan

mengajukan pertanyaan yang lebih efektif dan produktif.

Ada beberapa keunggulan dari metode inkuiri dalam kegiatan belajar-mengajar antara lain: 1) peserta didik belajar bagaimana belajar (learn how to learn); 2) belajar menghargai dirinya sendiri; 3) memotivasi diri dan lebih mudah mentransfer; 4) memperkecil atau menghindari hafalan; 5) peserta didik lebih bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri. Sedangkan kekurangan metode inkuiri antara lain: 1) lebih tergantung pada petunjuk/ bimbingan Guru; 2) butuh penguasaan konsep lebih yang terkait dengan materi.

Menurut Roestiyah (2002 : 20-21) dalam artikel yang dimuat dalam http:/ /resolusirijal.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-discovery-inquiry.html

Model pembelajaran discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan: Kelebihan model pembelajaran inquiry yaitu: a. Mampu mengembangkan

penguasaan ketrampilan untuk berkembang dan maju dengan menggunakan potensi yang ada pada diri peserta didik itu sendiri; b. Mampu memberikan

motivasi belajar, memperkuat, dan menambah kepercayaan pada diri peserta didik dengan proses menemukan sendiri.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran inquiry yaitu: a. Peserta

didik harus ada kesiapan, kemampuan, dan keberanian untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan lebih baik; b. Bila kelas terlalu besar, maka bentuk

ini akan kurang berhasil.

6. Ketrampilan Proses Sains


(53)

commit to user

lampiran dan dalam bab pokok – pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan dengan pendekatan ketrampilan proses. Begitu juga kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Atas menekankan penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan demikian, jelas bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA. Sudah sewajarnya apabila ketrampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) Guru IPA pada jenjang pendidikan manapun.

Aspek produk dan proses yang terdapat dalam kurikulum 2006 tampak terinci dan lebih jelas. Hal itu dimaksudkan agar para guru sebagai pelaksana di lapangan dapat lebih memahami dan menerjemahkannya ke dalam rencana atau persiapan mengajar mereka. Garis besar dan ringkasan perbandingan aspek produk dan proses kurikulum 1984 hingga kurikulum KTSP dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Perbandingan kurikulum 1984, 1994 dan KTSP untuk IPA

GBPP ASPEK

Kurikulum 1984 Kurikulum 1994 Kurikulum 2006/KTSP Konsep dan Proses Terdapat dalam satu tujuan kurikuler

Terdapat dalam satu tujuan kurikuler dan setiap TPU

Terdapat dalam Standar Kompetensi Konsep Lebel konsep

berupa pokok-pokok bahasan Terjabar berupa ”working definition” Terjabar dalam Kompetensi Dasar Proses Ketrampilan

proses (KP) sebagai penjabaran metode ilmiah

KP tercermin dalam bulatan (alternative pembelajaran sebagai contoh)

KP dijabarkan dalam indicator

Pendekatan Konsep, ketrampilan

Konsep, PKP, lingkungan, (STM),

Konsep, PKP, lingkungan, (STM),


(54)

commit to user

proses (PKP), lingkungan, terpadu /PKG

Penemuan Penemuan

(Keterangan : hasil analisis dan rangkuman Nuryani Rustaman, 2000) Namun kenyataanya yang terjadi di lapangan, masih banyak guru yang belum melaksanakannya. Ketrampilan proses baru dikenal secara harfiah, belum dikuasai oleh para calon guru, guru maupun dosen LPTK. Hal itu diduga karena adanya pendapat bahwa dengan menguasai konsep –konsep IPA, segalanya menjadi beres. Ketrampilan proses tidak dirasa perlu untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA dilapangan. Soal – soal EBTANAS / UAN hampir tidak pernah memunculkan soal – soal yang mengukur ketrampilan proses.

Pendekatan ketrampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri peserta didik. Pendekatan ketrampilan proses sains lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya.

Menurut Dimyati dan Mujiono ( 2002;138) dalam Singgih Trihastuti (2008: makalah), yang diambil dari pendapat Funk (1985), bahwa : 1. Pendekatan ketrampilan proses dapat mengembangkan hakekat ilmu pengetahuan peserta didik. Peserta didik terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; 2. Pembelajaran melalui ketrampilan proses akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan dan atau


(55)

commit to user

mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; 3. Ketrampilan proses dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar proses dan sekaligus produk dari ilmu pengetahuan. Dari uaraian diatas nampak bahwa dengan penerapan ketrampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental intelektual peserta didik. Disamping itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Uzer Usman (1995:42) dalam Singgih Trihastuti (2008: makalah), bahwa pendekatan ketrampilan proses (sains) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri peserta didik.

Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan ketrampilan proses (sains) dalam kehidupan sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta didik. Kedua, para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan fisik, pengamatan benda-benda yang benar-benar nyata. Ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar, penemuan bersifat relatif. Keempat, dalam proses belajar


(56)

commit to user

mengajar seharusnya pengembangan konsep tidak lepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik. Konsep di satu pihak serta sikap dilain pihak harus saling terkait.

Ketrampilan proses melibatkan beberapa ketrampilan seperti kognitif atau intelektual, manual dan proses sosial. Ketrampilan kognitif atau intelektual terlihat karena dengan melakukan ketrampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Ketrampilan manual jelas terlihat dalam ketrampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan ketrampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Menurut Nuryani Y. Rustaman (___: 95), SAPA (Science A Process

Approach), pendekatan ketrampilan sains (KPS) merupakan pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan proses dalam membentuk konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya , sedangkan jenis-jenis ketrampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah – pisah bergantung metode yang digunakan. Umumnya dalam mendemonstrasikan dapat dikembangkan ketrampilan proses tertentu (observasi, interpretasi, komunikasi, dan aplikasi konsep). Dengan demikian dalam penilaian KPS tidak selalu semua aspek menjadi subjek penilaian sehingga dapat dikembangkan pendekatan KPS yang sesuai dengan materi atau topik pembelajaran.


(1)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar biologi peserta didik pada materi Kingdom Fungi. Peserta didik dalam pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing memperoleh rerata 78,21 sedikit lebih tinggi daripada peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri bebas termodifikasi yang memiliki rerata 74,95. Pada pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum metode inkuiri terbimbing peserta didik lebih banyak mendapat pengarahan dari guru sehingga pembentukan konsep materi dan pemahamannya lebih terarah. Sedangkan yang menggunakan metode inkuiri bebas termodifikasi pembangunan konsep materi cenderung kurang mantap karena dibangun bersama teman sebayanya, sehingga atau kurang sempurna. Namun demikian hasil reratanya tidak jauh berbeda, sehingga kedua metode pembelajaran tersebut cukup efektif untuk diterapkan pada pembelajaran biologi khususnya materi Kingdom Fungi. 2. Motivasi belajar (tinggi atau rendah) berpengaruh terhadap prestasi belajar


(2)

belajarnya tinggi memperoleh rerata nilai yang lebih tinggi yaitu 79,38 pada eksperimen I dan 77,52 pada eksperimen II, sedangkan yang motivasi belajarnya rendah memperoleh rerata nilai 76,76 pada eksperimen I dan 70,35 pada eksperimen II. Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari sesuatu yang masih baru atau belum diketahui, serta senantiasa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu motivasi belajar sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik.

3. Ketrampilan proses sains tinggi dan rendah berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi peserta didik pada materi Kingdom Fungi. Peserta didik dengan ketrampilan proses sains tinggi memperoleh rerata prestasi belajar yang lebih tinggi (80,96) pada eksperimen I dan (75,00) pada eksperimen II, sedangkan peserta didik dengan ketrampilan proses sains rendah memperoleh rerata prestasi belajar yang lebih rendah yaitu (72,92) pada eksperimen I dan (74,87) pada eksperimen II. Dengan ketrampilan proses sains yang dimiliki, peserta didik dapat lebih mudah melakukan observasi, melakukan identifikasi, serta mampu mengkomunikasikan pengetahuan tersebut kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini akan menyebabkan peserta didik tersebut lebih memahami materi secara mendalam, dan konsep yang terbentuk akan tersimpan cukup lama dalam memorinya. Dengan demikian ketrampilan proses sains sangat berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar peserta didik. 4. Terdapat interaksi antara pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri


(3)

terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi yang belajar dengan metode inkuiri terbimbing memiliki prestasi belajar lebih baik daripada peserta didik dengan motivasi belajar tinggi yang belajar dengan metode inkuiri bebas termodifikasi. Dengan metode inkuiri terbimbing peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih terarah proses belajarnya dan merasa puas dengan apa yang mereka temukan dalam proses pembelajaran. 5. Terdapat interaksi antara pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri

terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan keterampilan proses sains terhadap prestasi belajar. Peserta didik dengan tingkat KPS tinggi yang belajar dengan metode inkuiri terbimbing memiliki prestasi belajar lebih baik daripada peserta didik dengan tingkat KPS tinggi yang belajar dengan metode inkuiri bebas termodifikasi. Dengan metode inkuiri terbimbing peserta didik yang memiliki tingkat KPS tinggi akan lebih terarah proses belajarnya sehingga prestasinya meningkat dan KPSnya lebih berkembang.

6. Tidak terdapat interaksi antara tinggi rendah motivasi belajar peserta didik dengan tinggi rendahnya ketrampilan proses sains terhadap prestasi belajar peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dan KPS tinggi cenderung memperoleh rerata prestasi belajar yang tinggi, sedangkan peserta didik yang motivasi belajarnya rendah dan KPSnya rendah memperoleh rerata prestasi belajar yang rendah juga. Motivasi belajar dan KPS berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik, tetapi pengaruh keduanya saling independen sehingga tidak terdapat interaksi yang signifikan antara motivasi belajar dan KPS terhadap prestasi belajar biologi khususnya pada materi Kingdom Fungi.


(4)

7. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar dan keterampilan proses sains terhadap prestasi belajar peserta didik. Peserta didik yang belajar dengan model kuantum dengan metode inkuiri terbimbing maupu inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar tinggi dan KPS tinggi memperoleh rerata prestasi belajar yang tinggi sedangkan yang motivasi belajarnya dan KPS rendah memperoleh rerata prestasi belajar yang rendah juga. Ketiganya tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar secara bersama-sama. Meskipun metode pembelajaran, motivasi dan KPS masing-masing berpengaruh pada prestasi belajar, namun masing-masing-masing-masing pengaruhnya saling independen atau tidak saling mempengaruhi, sehingga tidak terdapat interaksi diantara ketiga variabel tersebut.

B. Implikasi

Implikasi dari hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian adalah :

1. Implikasi Teoritis

a. Dapat memperluas pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi

prestasi belajar peserta didik.

b. Pemilihan model dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran yang akan disampaikan.

2. Implikasi Praktis

a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan prestasi belajar biologi khususnya pada materi kingdom fungi.


(5)

belajar dan tingkat ketrampilan proses sains peserta didik sebelum kegiatan pembelajaran (KBM) dan saat KBM berlangsung.

c. Dalam kegiatan pembelajaran guru/ peneliti harus dapat mengontrol peranannya sesuai dengan syntaks metode penelitian yang digunakan.

d. Penggunaan model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing cukup efektif digunakan untuk mengajarkan materi pembelajaran biologi Kingdom Fungi.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh, dalam rangka turut mengembangkan pemikiran yang terkait dengan peningkatan prestasi belajar biologi dan penerapan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan hakikat sains, maka disarankan :

1. Kepada Guru

Khususnya guru biologi disarankan menggunakan metode inkuiri dengan model pembelajaran model kuantum agar hakikat sains tercapai dan peserta didik dapat belajar dengan fun/ menyenangkan. Guru disarankan lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran dan membuat media pembelajaran untuk menunjang keberhasilan dalam mengajar. Guru disarankan juga dapat memacu motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu guru diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan proses sain peserta didik dengan latihan, atau petunjuk kegiatan yang dapat memotivasi peserta didik


(6)

sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan prestasi belajar dapat meningkat

Dalam melakukan penelitian dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi hendaknya semua instrument baik yang utama dan penunjang perlu disiapkan dengan matang sehingga dapat mengatasi kendala yang terjadi di lapangan.

Untuk memperbaiki prestasi belajar peserta didik, guru dapat meningkatkan motivasi belajar dan ketrampilan proses sains melalui penugasan, latihan, atau pembuatan petunjuk yang mudah dipahami peserta didik.

2. Kepada Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian sejenis, terutama penelitian pembelajaran biologi yang menekankan pada model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri. Peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambah atau mengubah variabel-variabel penelitiannya. Peneliti dapat mengembangkan variabel-variabel motivasi belajar dan tingkat KPS menjadi tiga kategori atau lebih agar hasil penelitian lebih baik.


Dokumen yang terkait

Pembelajaran Analisis Kimia Menggunakan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Verbal

0 6 19

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

1 9 154

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN METODE INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI (MODIFIED FREE INQUIRY) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 2 132

Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kreativitas Verbal.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH.

0 0 22

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN BEBAS TERMODIFIKASI DAN EKSPERIMEN TERBIMBING DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 9

Pembelajaran Biologi Melalui Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Kreativitas Siswa | Dwijono | Jurnal Edukasi Matematika dan Sains 686 1237 1 SM

0 0 10

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN STARTER EKSPERIMEN (PSE) MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KREATIVITAS SISWA | Dwijono | Inkuiri 3792 8385 1 SM

0 0 10

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

0 0 13