3. Perhatian dalam pembelajaran.
4. Keterlibatan diri dalam pembelajaran.
Peneliti  membagi  menjadi  empat  indikator  utama  dikarenakan  keempat indikator  tersebut  mewakili  teori  indikator  minat  belajar.  Slameto  2003:58
mengutarakan  ada  lima  indikator  minat  belajar,  namun  untuk  poin  indikator  ada rasa  suka  dan  senang  pada  sesuatu  dan  poin  indikator  lebih  menyukai  suatu  hal
yang  menjadi  minatnya  daripada  yang  lain,  digabungkan  menjadi  satu  yakni perasaan  senang  dan  suka  terhadap  pembelajaran  karena  adanya  kesamaan
maksud  yaitu  rasa  senang  dan  suka.  Sementara  untuk  pendapat  dari  Winkel 2004:212  juga  mendukung  indikator  perasaan  senang  dan  suka  terhadap
pembelajaran.
2.1.1.2 Cara Menarik Minat Belajar
Menurut Arikunto 104-106 cara untuk mengusahakan agar unsur-unsur di dalam  kelas  dapat  menjadi  pusat  perhatian  siswa  demi  menarik  minat  belajar
siswa, diantaranya adalah: 1.  Bahan pelajaran yang menarik minat
“Bahan  pelajaran  merupakan  unsur  inti  yang  ada  di  dalam  kegiatan belajar  mengajar  karena  memang  bahan  pelajaran  itulah  yang
diupayankan untuk dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru khususnya, atau  pengembangan  kurikulum  umumnya  tidak  boleh  lupa  harus
memikirkan  sejauh  mana  bahan-bahan  yang  topiknya  tertera  di  dalam
silabus  berkaitan  dengan  kebutuhan  siswa  pada  usia  tertentu  dan  dalam lingkungan tertentu pula.”
2.  Alat-alat pelajaran yang menarik minat Unsur  lain  yang    berfungsi  mendukung  penyampaian  materi  pelajaran
adalah    alat-alat  pelajaran  dan  atau  media  pendidikan.  Alat  pelajaran hendaknya  dipilih  yang  sesuai  dengan  usia  siswa.  Bagi  anak-anak  kecil
alat-alat  pelajaran  dipilihkan  yang  berwarna-warni,  ringan,  dan bentuknya  aneh.  Jika  penggunaan  alat  harus  perseorangan,  alat-alat
tersebut dipilih yang tidak berbahaya. 3.  Keadaan atau situasi yang menarik minat siswa
Keadaan  atau  suasan  di  dalam  kelas  hendaknya  diusahakan  sedemikian rupa  sehingga  tidak  membosankan  dan  cepat  membuat  siswa  menjadi
lelah.  Keadaan  dan  suasana  menarik  adalah  yang  mendukung terpenuhinya  kebutuhan  siswa  yang  baik  kebutuhan  yang  berhubungan
dengan  jasmani  maupun  rohani.  Ruangan  yang  cukup  luas  dan  dapat digunakan untuk bergerak  leluasa, udara  yang  bebas dan segar sehingga
memungkinkan  siswa  dapat  bernafas  dengan  lega,  dapat  menarik  minat siswa  hanya pada pelajaran  yang diberikan oleh guru. Dengan kata  lain,
keadaan atau suasana lebih banyak merupakan faktor pendukung, bukan sebagai objek yang diperhatikan.
4.  Guru yang menarik perhatian Bagaimana  guru  bergaya  dan  berprilaku  banyak  dibicarakan  di  dalam
strategi  pengajaran.Suara  yang  cukup  keras  dengan  intonasi  yang  naik
turun  dengan  teratur,  pandangan  mata  yang  menunjukkan  kegairahan besar dalam mengabdikan diri demi ilmu pengetahuan, serta penguasaan
terhadap siswa. Berdasarkan cara-cara yang tertuang di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
mencari  minat  siswa,  guru  harus  mampu  memfasilitasi  usaha-usaha  dalam meningkatkan minat siswa, sejalan dengan itu Winkel 1984:31 menyebutkan ada
beberapa  hal  yang  dapat  dilakukan  oleh  guru  untuk  membuat  siswa  berminat dalam belajar, antara lain:
1. Membina hubungan yang akrab dengan siswa.
Guru harus mampu membina hubungan yang baik dengan siswa sehingga tercipta keakraban dan terbina hubungan baik pula.
2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.
Bahan  pelajaran  yang  diberikan  tentunya  mampu  dipelajari  oleh  siswa tetapi  tidak  terlalu  sulit  bahkan  terlalu  mudah  sehingga  siswa  mampu
menerimanya. 3.
Menggunakan media pembelajaran yang cocok. Penggunaan media akan sangat membantu dalam proses belajar di kelas.
4. Menggunakan alat-alat pelajaran yang cocok.
Alat-alat pelajar yang digunakan ialah alat-alat yang mendukung prasana di kelas.
5. Menggunakan cara mengajar atau metode mengajar yang bervariasi.
6. Guru  mampu  menggunakan  metode  yang  baik  dalam  mengajar  agar
materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan menarik, selain itu juga harus bervariasi sehingga siswa tidak bosan.
2.1.1.3 Cara Mengukur Minat Belajar Minat  belajar  siswa  dapat  diukur  menggunakan  penilaian  non  tes.  Masidjo
1995:59  mengatakan  bahwa  non  tes  merupakan  rangkaian  pertanyaan  atau pernyataan  yang  harus  dijawab  dalam  sebuah  situasi.  Penilaian  non  tes  dapat
berupa  observasi  pengamatan,  wawancara,  kuesioner  angket,  daftar  cek  dan catatan anekdot.
2.1.2 Prestasi Belajar
Dalam  konteks  sekolah,  belajar  adalah  suatu  proses  usaha  yang  dilakukan siswa  untuk  memperoleh  suatu  perubahan  tingkah  laku  yang  baru  secara
keseluruhan,  sebagai  hasil  pengalaman  siswa  sendiri  dalam  interaksi  dengan lingkungannya.  Beberapa  ahli  menuturkan  bahwa  “Prestasi  belajar  adalah  hasil
penilaian  pendidik  terhadap  proses  belajar  dan  hasil  belajar  siswa  sesuai  dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan
dari siswa” Hawadi, 2004. Selain itu prestasi belajar merupakan  hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan pretasi merupakan hasil dari proses belajar. Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  1993:895  prestasi  belajar  adalah
penguasaan  pengetahuan  atau  keterampilan  yang  dikembangkan  oleh  mata
pelajaran,  lazimnya  dengan  nilai  tes  atau  angka  yang  diberikan  guru.  Darsono 2000:110  berpendapat  bahwa  “prestasi  belajar  siswa  merupakan  perubahan-
perubahan yang
berhubungan dengan
pengetahuankognitif, keterampilanpsikomotor,  dan  nilai  sikapafektif  sebagai  akibat  interaksi  aktif
dengan  lingkungan”.  Sementara  itu  Sudjana  2009:22  mendefinisikan  prestasi belajar  sebagai  “kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  ia
menerima pengalaman belajarnya”. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar ialah
hasil  dari  perubahan  kemampuan  dalam  hal  kognitif,  afektif  dan  psikomotorik pada siswa setelah melalui pengalaman belajar di kelas.
2.1.2.1 Aspek Prestasi Belajar
Sudjana  2009,  22-23  menyebutkan  bahwa  klasifikasi  prestasi  belajar  dari Bloom  secara  garis  besar  terdapat tiga  aspek  yaitu  aspek  kognitif,  aspek  afektif,
dan aspek psikomotorik. Berikut merupakan ketiga aspek tersebut: a.   Aspek kognitif
Aspek  kognitif  adalah  aspek  yang  berkaitan  dengan  kegiatan  berpikir siswa,  yang  mana  aspek  ini  berkaitan  erat  dengan  kemampuan  berpikir
siswa yang meliputi enam aspek kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b.  Aspek afektif Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap, afektif
menyangkut dengan sikap dan nilai dalam diri siswa. Lima aspek dalam
afektif yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasai, dan internalisasi.
c.  Aspek psikomotorik Aspek  psikomotorik  adalah  segala  sesuatu  yang  berkaitan  dengan
kemampuan  gerak  fisik.  Aspek  ini  menunjukkan  kemampuan  atau keterampilan  skill  yang  dimiliki  siswa  setelah  menerima  pengetahuan.
Gerakan  reflek,  keterampilan  gerakan  dasar,  kemampuan  perseptual, keharmonisan  atau  ketepatan,  gerakan  keterampilan  kompleks,  dan
gerakan ekspresif dan interpretatif merupakan aspek dalam psikomotorik.
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sudjana 1980:39-42  mengemukakan  bahwa prestasi  belajar dipengaruhi oleh  dua  faktor  utama  yaitu  faktor  intrinsik  dan  ekstrinsik,  dua  faktor  tersebut
akan dijabarkan sebagai berikut: 1.
Faktor Intrinsik Faktor ini merupakan faktor dalam diri siswa sehingga berasal dari dalam
diri  dan  sesuai  dengan  kemampuan  yang  dimilikinya.  Faktor  intrinsik meliputi  motivasi,  minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan, ketekunan,
sosial ekonomi dan fisik serta psikis. 2.
Faktor Ekstrinsik Faktor  ekstrinsik  adalah  faktor  dari  luar  diri  siswa  atau  dari  lingkungan
siswa.  Kualitas  dalam  pengajaran  di  kelas  juga  faktor  besar  dalam  segi ekstrinsik.  Kualitas  pengajarn  dipengaruhi  oleh  faktor-faktor  seperti:
kompetensi  guru  dalam  mengajar  siswa,  karakteristik  kelas  suasana, sarana  dan  sumber  belajar,  serta  karakteristik  sekolah  kedisiplinan,
adanya perpustakaan, tempat yang rapi, serta kenyamanan dalam belajar di lingkungan sekolah.
2.1.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan PKn
Pendidikan  Kewarganegaraan  PKn  dijelaskan  dalam  pasal  39  ayat  2  UU RI  No.  2  tahun  1989  tentang  sistem  Pendidikan  Nasional,  bahwa  Pendidikan
Pancasila  mengarah pada  moral  yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.  Selanjutnya  dijelaskan  bahwa  Pendidikan  Kewarganegaraan  merupakan
usaha  untuk  membekali  siswa  dengan  pengetahuan  dan  kemampuan  dasar berkenaan dengan hubungan antar negara dengan negara serta pendidikan.
Berdasarkan  pengertian  tersebut,  PKn  memiliki  peran  penting  dalam membentuk  pribadi  manusia  yang  memiliki  jiwa  Pancasila  dalam  hidup  sehari-
hari.  Tujuan  pembelajaran  PKn  adalah  mampu  membentuk  warga  Negara  untuk
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
2.1.4 Metode Pembelajaran 2.1.4.1   Pengertian Metode
Metode  merupakan  teknik  atau  cara  yang  harus  dilalui  untuk  melakukan suatu  pekerjaan  dalam  rangka  mencapai  suatu  tujuan  Roestiyah,  1998:1,  sama
halnya  dengan  Sunaryo  1995:73  yang  berpendapat  bahwa  metode  adalah  cara-
cara yang ditempuh untuk mencapai  suatu hasil  yang  memuaskan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara yang
dianggap efisien yang digunakan untuk mencapai hasil yang memuaskan.
2.1.4.2   Pengertian Metode Pembelajaran
Metode  di  dalam  pembelajaran  memegang  peranan  yang  sangat  penting, karena  merupakan  tata  cara  dalam  menentukan  langkah-langkah  pembelajaran
untuk mencapai suatu tujuan. Pasaribu 1983:13-15 mengutarakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan,
dengan  pemilihan  dan  penggunaan  metode  dalam  pembelajaran  bertujuan  untuk mempermudah  mencapai  tujuan  pendidikan  yang  telah  ditetapkan.  Hal  serupa
juga  diutarakan  oleh  Surakhmad  dalam  Wasimin  2009:3  bahwa  metode pembelajaran  adalah  cara  atau  teknik  yang  digunakan  dalam  mengelola  proses
belajar  mengajar  sehingga  dapat  mencapai  tujuan  yang  diharapkan.  Roestiyah 1998:1  berpendapat  bahwa  metode  pembelajaran  adalah  teknik  penyajian  yang
dikuasai  guru  untuk  mengajar  atau  menyajikan  bahan  pelajaran  kepada  siswa  di dalam  kelas  agar  pelajaran  tersebut  dapat  ditangkap,  dipahami  dan  digunakan
siswa  dengan  baik.  Penggunaan  metode  secara  tepat  dan  akurat,  membuat  guru mampu  mencapai  tujuan  dalam  pembelajaran,  jadi  guru  sebaiknya  menggunakan
metode  mengajar  karena  melalui  metode  pembelajaran  guru  dan  siswa  akan mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien.
2.1.5 Dongeng 2.1.5.1 Pengertian Dongeng
Dongeng  merupakan  satu  dari  beberapa  jenis  cerita  anak.  Agus  2008:11 menjelaskan  bahwa  dongeng  merupakan  cerita  berisi  hiburan  juga  ajaran  moral,
selain  itu  dongeng  menurut  Alfandiyar  2007:23-24,  dongeng  merupakan  salah satu cara yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif pengetahuan afektif
perasaan, sosial, dan aspek kognitif penghayatan anak-anak, selain itu dongeng pun  dapat  membawa  anak-anak  pada  pengalaman-pengalaman  baru  yang  belum
pernah dialaminya. Pendapat dari Endraswara 2002:115  mengungkapkan bahwa cerita  anak  pada  dasarnya  demi  perkembangan  anak,  karena  di  dalamnya
mencerminkan  liku-liku  kehidupan  yang  dapat  dipahami  oleh  anak,  melukiskan perasaan  anak,  dan  menggambarkan  pemikiran-pemikiran  anak,  sementara
Sugihastuti  1996:69  menuturkan  bahwa  cerita  anak  adalah  media  seni  yang mempunyai  ciri-ciri  tersendiri  sesuai  dengan  selera  penikmatnya  dan  tidak
seorang pengarang cerita anak-anak  mengabaikan dunia anak-anak. Penuturan di atas  dapat  disimpulkan  bahwa  dongeng  untuk  anak  merupakan  cerita  anak  yang
berisi  ajaran  moral  dan  hiburan  di  mana  terdapat  liku-liku  kehidupan  untuk mengajari  anak  sesuai  dengan  pemahaman  mereka  demi  merangsang
perkembangan anak. Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan dalam proses kreatifnya, maka dari
itu cerita anak diciptakan oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri anak-anak  lewat  bahasa  anak-anak.  Priyono  2006:3  dalam  bukunya
mengelompokkan dongeng sebagai berikut:
1. Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat legenda 2. Dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang fabel
3. Dongeng yang berkaitan dengan fungsi pelipur lara 4. Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang mite
5. Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat.
Pengelompokkan dongeng di atas juga menjadi pilihan bagi seseorang untuk memilih dongeng  mana  yang akan digunakan sebagai dongeng untuk diceritakan
kepada anak Bimo 2011:37 pemilihan tema cerita menjadi penting dikarenakan dalam memilih dongeng kita harus selalu sesuai dengan tema, kondisi acara, siapa
audience kita yang semuanya akan menentukan materi atau isi dongeng kita.
2.1.5.2 Ciri-Ciri Cerita Anak
Endarswara  2002:119  mengatakan  bahwa  ada  tiga  ciri-ciri  cerita  anak, yakni:
1. Berisi sejumlah pantangan, yang dimaksud adalah dalam cerita hanya hal-
hal  tertentu  saja  yang  boleh  diberikan  dan  tidak  semua  harus  disampaikan perlu ada penyesuaian.
2. Penyajian  secara  langsung,  kisah  yang  ditampilkan  memberikan  uraian
secara langsung, tidak berkepanjangan. 3.
Memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada anak- anak.
2.1.5.3  Unsur-Unsur dalam Cerita Anak
Lustantini  1998:16  penyebab  ketertarikan  audience  pada  dongeng  yang akan disampaikan tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng. Unsur-unsur
tersebut  haruslah  ada  dalam  cerita  anak  yang  akan  dibawakan.  Unsur-unsur pembangun cerita anak tersebut, antara lain:
1.  Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah  individu rekaan  yang  mengalami peristiwa atau perlakuan
dalam  berbagai  peristiwa  yang  ada  dalam  cerita.  Tokoh  dapat  memiliki dua  sifat,  yaitu  protagonis  karakter  yang  melambangkan  kebaikan,
menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru dan antagonis  karakter  yang  berlawanan  dengan  tokoh  protagonis,
merupakan karakter yang harus dijauihi perbuatannya. 2.  Latar atau setting
Latar  setting  yaitu  tempat  maupun  waktu  terjadinya  cerita.  Latar merupakan  keterangan,  petunjuk,  pengacuan  yang  berkaitan  dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Latar  ada  dua  macam,  yaitu  latar  sosial  mencakup  penggambaran
keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup  maupun  bahasa  dan  latar  fisik  atau  material  mencakup  tempat
seperti bangunan atau daerah. 3.  Tema dan Amanat
Tema  adalah  ide  yang  mendasari  suatu  cerita  sehingga  berperan  juga sebagai  pangkal  tolak  pengarang  memaparkan  karya  fiksi  yang
diciptakannya.Tema  merupakan  kaitan  hubungan  antara  makna  dengan tujuan  pemaparan  cerita  rekaan  oleh  pengarangnya  Aminuddin  dalam
Siswanto, 2008:161. Tema merupakan konsep abstrak yang dimasukkan
pengarang  ke  dalam  cerita  yang  ditulisnya.  Berikut  penjelasan  tentang tema:
a. Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam cerita.
b. Pengarang menampilkan tema karena ada maksud tertentu atau pesan
yang  ingin  disampaikan  dan  maksud  atau  pesan  yang  ingin disampaikan itu disebut amanat.
Amanat  adalah  gagasan  yang  mendasari  suatu  pesan  yang  ingin disampaikan  pengarang  kepada  pembaca  atau  pendengar  Siswanto,
2008:  162  jadi,  amanat  merupakan  gagasan  yang  mendasari  karya  atau suatu pesan baik tersirat maupun tersurat dalam suatu karya.
4.  Alur Alur  adalah  konstruksi  mengenai  sebuah  deretan  peristiwa  yang  secara
logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Sudjiman dalam  Siswanto  2008:  159  menyatakan  bahwa  alur  adalah  peristiwa
yang  diurutkan  membangun  pokok  cerita.  Alur  ada  dua  macam,  yaitu alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun
mulai  dari  awal,  tengah  kemudian  akhir  yang  diwujudkan  dengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot
balik adalah urutan peristiwa  uang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya.  Alur  ditutup  dengan  ending,  yaitu  happy  ending  bahagia
atau sad ending sedih. Unsur-unsur  penting  di  atas  merupakan  kunci  ketertarikan  pada  suatu
dongeng. Unsur-unsur di atas mempermudah siswa dalam memahami cerita anak.
Keempat  unsur-unsur  dalam  cerita  anak  meliputi  tokoh,  latar,  tema  dan  amanat, akan menjadi bahan penelitian, sedangkan alur tidak termasuk dalam kompetensi
yang akan diteliti oleh penulis dikarenakan materi ajar kelas 2 tematik maka akan memasukkan  mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  untuk  mengidentifikasi  unsur
cerita.
2.1.6 Mendongeng 2.1.6.1    Pengertian mendongeng
Menurut  Agus  2008:14  mendongeng  merupakan  kegiatan  bercerita  atau menuturkan  cerita  secara  lisan,  di  samping  itu  kegiatan  bercerita  seperti
mendongeng  ini  juga  dinilai  efektif  karena  cerita  umumnya  lebih  berkesan daripada nasihat murni, selain itu melalui cerita manusia dididik untuk mengambil
hikmah  tanpa  merasa  digurui  Bimo,  2011:16.  Mendongeng  ialah  kegiatan menceritakan sesuatu ke pada penonton audience dengan tujuan menyampaikan
pesan  dengan  bantuan  media  yang  bercerita  tidak  disebut  dalang  tetapi pendongeng  selain  itu,  bahan-bahan  yang  digunakan  tidak  terikat  pada  pakem-
pakem  tertentu  seperti,  adanya  musik  pengiring,  waktu  pementasan,  dan  bahan yang  digunakan  jadi,  para  pendongeng  dapat  memodifikasinya  tergantung  pada
kreativitas  pendongeng  dan  sesuai  dengan  bahan  yang  ada.  Mendongeng  juga memanfaatkan  beberapa  media  dalam  penyampaiannya  seperti  wayang,  boneka,
gambar, kostum, tata rias dan properti lainnya.
2.1.6.2   Pelaksanaan Mendongeng
Sebelum  melaksanakan  kegiatan  mendongeng,  hendaknya  melakukan berbagai  macam  persiapan  mulai  dari  langkah  dalam  mendongeng,  pemilihan
cerita,  kiat-kiat  dalam  mendongeng,  hal-hal  yang  harus  diperhatikan  dan perlengkapan  mendongeng.  Berikut  hal-hal  yang  harus  dicermati  dalam
pelaksanaan mendongeng:
a. Langkah dalam Mendongeng
Abdul Aziz 2002:30-34 menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Pemilihan Cerita
Dalam  mendongeng  hendaknya  memilih  cerita  yang  benar-benar  dikuasai atau  sudah  paham  cerita  dalam  dongeng,  sebab  cerita  yang  akan
disampaikan,  khususnya  apabila  diambil  dari  buku  ini,  memuat  berbagai cerita  dengan  aneka  bentuk,  sedangkan  jika  mengambil  bahan  selain  dari
buku ini maka sebaiknya guru memilih satu bentuk cerita saja. 2.
Persiapan Masuk Kelas Sebelum masuk kelas, guru hendaknya mempersiapkan segala sesuatu yang
akan  digunakan  dalam  mendongeng,  yang  perlu  diketahui  bagi  para  guru bahwa  setiap  menit  waktu  yang  digunakan  untuk  berfikir  dan  mengolah
cerita  sekaligus  mempersiapkannya  sebelum  pelajaran  dimulai,  akan membantu  dalam  penyampaian  cerita  dengan  mudah.  Begitu  juga  saat
menggambarkan  berbagai  peristiwa  di  hadapan  anak-anak,  ia  dapat melakukannya  dengan  jelas.  Ia  mampu  karena  ia  telah  memikirkannya,
merancang  gambaran  alur  cerita  dengan  jelas,  dan  menyiapkan  kalimat- kalimat yang akan disampaikannya sebelum masuk kelas.
3. Posisi Duduk Siswa
Ketika  bercerita,  yang  diharapkan  adalah  perhatian  para  siswa  dengan sepenuh  hati  dan  pikiran  mereka,  oleh  karena  itu  guru  harus  dapat
menguasai  cerita  yang  disampaikan  dengan  baik,  sehingga  mereka  dapat mengikuti  jalan  cerita.  Keperluan  ini  digunakan  ketika  penceritaan
berlangsung, para siswa hendaknya diposisikan secara khusus, tidak seperti waktu mereka belajar menulis dan membaca, karena yang terpenting adalah
siswa  dapat  menerima  cerita  yang  disampaikan  secara  aktif,  tidak  duduk sesukanya dan kalau perlu mereka dapat berdiri sejenak. Suasana seperti ini
akan jauh dari kesan resmi, tidak seperti umumnya pelajaran lain dan tidak lupa diantara guru dengan murid harus terjalin keakraban yang wajar.
Selain  itu Agus 2002:99 juga  menjelaskan bahwa  langkah-langkah dalam mendongeng ialah sebagai berikut:
1. Berkonsentrasi untuk mengingat kembali dongeng yang akan dibawakan.
Mencoba  mengingat  urutan  cerita,  tokoh-tokoh  dalam  dongeng,  dan membayangan seperti apa dongeng akan dibawakan.
2. Mempersiapkan  kejutan-kejutan  untuk  diberikan  kepada  anak-anak
ketika proses mendongeng. 3.
Buatlah  kartu  pengingat  untuk  mempermudah  alur  cerita.  Kartu pengingat berisi tulisan pendek hanya untuk pengingat dan bisa ditempel
dibelakang gambar.
4. Setelah semua siap, mulailah dengan menyapa anak-anak.
5. Setelah  menyapa  kemudian  mulailah  dengan  mendongengkan  cerita
untuk anak-anak. Berdasarkan  pendapat  di  atas  maka  peneliti  menggabungkan  ke  dalam  6
langkah pokok di mana setiap langkah-langkah yang menyerupai atau sama akan dijadikan sebagai satu langkah. 6 langkah dalam mendongeng antara lain:
1. Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran.
Pemilihan cerita didasarkan pada materi yang akan dipelajari, cerita akan dibuat sendiri sehingga siswa akan lebih mudah menangkap isi dan jalan
cerita yang akan dibawakan. 2.
Mengkondisikan siswa di kelas. Guru  akan  mulai  dengan  mempersiapkan  siswa  sebelum  dongeng
dimulai,  menarik  perhatian  siswa  dengan  menyapa,  nyanyian  dan mengubah posisi duduk agar tidak monoton.
3. Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa.
Guru akan menunjukkan media pada siswaa, sehingga siswa akan merasa tertatik  di  awal  dan  menunggu  penggunaan  media.  Adapun  media  yang
digunakan  berbeda  di  setiap  pertemuan  yakni:  boneka  flanel,  wayang karton, papan background, kostum dan buku raksasa.
4. Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa.
Penggunaan  media  akan  melibatkan  siswa,  di  mana  sesaat  siswa  akan menjadi  tokoh  dongeng  dengan  menggunakan  boneka  flanel  atau