108 tertentu dan juga kemampuan dalam mengatasi masalah dengan
mengeksplorasi kreativitas diri. Penilaian hasil belajar siswa aspek psikomotorik tidak semua dapat
diukur dengan tes, karena tujuan pembelajaran psikomotorik cenderung bersifat keterampilan. Penilaian dapat diukur dengan keterampilan
mengerjakan sesuatu bisa berupa tes ujian praktik kejuruan yang dilaksanakan pada SMK. Format lembar penilaian ujian praktik kejuruan SMK
20132014 yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan 2014 meliputi persiapan kerja, proses sistematika dan cara kerja, hasil kerja, dan
waktu. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar autentik.
Tiga aspek prestasi belajar, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta
didik dalam menguasai isi bahan pengajaran. Ranah afektif akan membentuk sikap kerja dan belajar yang baik dalam lingkungan kerja ataupun industri.
Ranah psikomotorik akan menjadi obyek penilaian hasil belajar praktik. Hasil penilaian belajar ini mampu menjadi tolok ukur kemampuan peserta didik
dalam melakukan pekerjaan keteknikan. Pada penelitian ini peneliti akan memfokuskan pada dua aspek yaitu
ranah kognitif kemampuan pengetahuan dan psikomotorik kemampuan keterampilan.
109
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berkaitan dengan efektivitas pembelajaran di sekolah banyak dijumpai. Beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Jumatin 2010 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
dan Behavioral terhadap Kualitas dan Hasil Belajar dalam Perkuliahan
Perkembangan Siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Hasil deskriptif menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran
discovery dinilai baik dengan rerata skor 3,63, sedangkan kualitas pembelajaran behaviorial
dinilai cukup baik dengan rerata skor 2,86. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata kualitas pembelajaran kedua kelompok
perlakuan adalah signifikan dengan nilai t-test = 7,85, p = 0,00 pada =
0,05. Peningkatan gain skor sebagai pemahaman konsep mahasiswa kelompok
discovery = 0,45 sedangkan pemahaman konsep mahasiswa behavioral = 0,23, dengan selisih` rata-rata gain skor = 0,22. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery lebih
berkualitas serta dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep mahasiswa dalam perkuliahan perkembangan peserta didik.
Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Akhmad Efendi 2012 yang berjudul Efektivitas Penggunaan Metode
Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta Sleman. Hasil
penelitian ini diketahui bahwa hasil pretest kelas eksperimen mempunyai
rerata sebesar 25,96, sedangkan kelas kontrol degan rerata sebesar 25,90. Setelah kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas ekperimen dengan
perlakuan metode discovery learning mengalami kenaikan rerata menjadi
110 57,12. Kelas kontrol yang dibiarkan apa adanya juga mengalami kenaikan
rerata menjadi 41,50. Dari hasil uji-t perbedaan rata-rata dengan tingkat signifikan 0,05, diperoleh sig 1- tailed =
�� − ���
=
,
= 0,00 0,05 adalah 0,00. Karena 0,00 0,05 maka Ho ditolak, artinya rerata hasil belajar
peserta didik yang menggunakan metode pembelajaran discovery learning
lebih baik dari rerata hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Demikian pula penelitian yang dila kukan oleh Qorri’ah 2011.
Penelitian tersebut merupakan penelitian quasi eksperiment dengan
menggunakan desain penelitian randomized pretest-posttest control group
design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji-t sangat signifikan, yang artinya penggunaan
guide discovery learning dapat meningkatkan pemahaman siswa. Diperjelas lagi dengan skor
posttest kelas eksperimen sebesar 72 dengan
gain 0,57, sedangkan untuk kelas kontrol skor
posttest sebesar 62 dengan gain 0,42. Artinya pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada kelompok eksperimen lebih baik jika
dibandingkan dengan dengan pencapaian indikator pemahaman konsep siswa kelas kontrol.
C. Kerangka Berfikir
Pada proses pembelajaran ranah kognitif di SMK yang sudah menerapkan kurikulum 2013 harus menggunakan pembelajaran pendekatan
saintifik dimana salah satu metode pembelajaran adalah discoery learning.
Pembelajaran discovery learning adalah pembelajaran yang berpusat pada