4. Struktur dan Aspek Kebahasaan Teks Eksposisi
Pengertian teks eksposisi pada Kurikulum 2013 yang tercantum dalam buku guru Bahasa Indonesia SMA, teks eksposisi merupakan teks yang
menyampaikan pendapat pribadi penulis terhadap suatu permasalahan. Pada Kurikulum 2013 eksposisi merujuk pada isi wacana argumentatif yang disajikan
dalam bentuk teks. Teks eksposisi berusaha menghadirkan satu sisi argumen, setuju atau tidak setuju terhadap argumen yang dikemukakan. Dengan mengambil
sudut pandang tertentu, teks eksposisi bertujuan untuk meyakinkan orang lain agar melihat suatu topik dalam satu sisi.
Knapp dan Watkins 2005: 191 mengemukakan bahwa menulis teks argumentatif cenderung fokus pada dua hal utama, yaitu eksposisi dan diskusi.
Dalam mengajarkan genre ini, disarankan untuk memulai dengan mengajarkan teks eksposisi, jenis teks yang mengedepankan sudut pandang dan memberikan
bukti yang mendukungnya. Oleh karena itu, pada Kurikulum 2013 teks eksposisi diajarkan pada kelas X, sedangkan teks diskusi dipelajari di kelas XI. Struktur
teks eksposisi terdapat tiga bagian seperti nampak pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1: Struktur Teks Eksposisi
Teks Eksposisi
Penegasan Ulang Argumentasi
Tesis
Tahap Pertama dalam penulisan teks eksposisi diawali dengan memaparkan tesis yang berupa pendapat atau opini penulis sebagai pembukaan.
Tahap kedua, yaitu argumentasi dimana argumen yang mendukung pernyataan penulis. Pada bagian ini, penulis dapat mengembangkan tulisan menjadi lebih
kompleks. Tahap ketiga adalah penegasan ulang yang merupakan pengulangan pernyataan yang digunakan untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran
pernyataan tesis penulis. Aspek kebahasaan teks eksposisi, yaitu partisipan generik, baik manusia
ataupun non manusia, kohesi leksikal dan gramatikal, hubungan konjungtif penambahan, temporal dan logikal, dan leksis deskriptif analis dan atitudinal
hortatoris.
5. Penilaian Teks Eksposisi
Nurgiyantoro 2012: 439 mengemukakan bahwa penilaian terhadap tulisan siswa sebaiknya menggunakan rubrik penilaian yang mencakup segi
komponen isi dan bahasa masing-masing dengan subkomponennya. Terdapat beberapa model teknik penilaian untuk kemampuan menulis yang sangat
memungkinkan penilai untuk memperkecil subjektivitas dirinya. Sebagai contoh, penilaian analitis dan penilaian holistik. Penilaian analitis adalah penilaian hasil
karangan siswa berdasarkan kualitas komponen diberi skor secara tersendiri dan skor keseluruhan diperoleh dengan cara menjumlah skor-skor komponen tersebut.
Selanjutnya, penilaian holistik adalah nilai yang tidak memperinci komponen penilaian, melainkan semuanya menjadi satu kesatuan. Selain itu, penilaian