Penutup 1 Pelaksanaan Pembelajaran Mewarnai di SLB Negeri 1 Yogyakarta

77 pembelajaran, setelah membuka pembelajaran dengan berdoa, guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran standar kompetensi seperti selayaknya pembelajaran untuk anak normal. Menyampaikan tujuan pembelajaran itu sangat penting agar siswa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun untuk anak berkebutuhan khusus, hal tersebut adalah materi yang sulit mereka pahami, sehingga penyampaian tujuan pembelajaran ini tidak dilakukan oleh guru. Materi pembelajaran yang disampaikan guru sering tidak sesuai dengan yang tertulis dalam jadwal pembelajaran. Sumber belajar atau buku acuan yang disediakan sekolah juga sangat jarang digunakan saat pembelajaran. Dalam faktanya, guru kelas memiliki buku panduan pembelajaran yang bisa diakses di perpustakaan dengan mudah, hanya saja saat mengajar mereka lebih sering tidak memakai buku panduan tersebut. Berdasarkan fakta tersebut dapat kita ketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, guru tidak memperhatikan sumber belajar yang akan digunakan. Dalam melakukan evaluasi pada perkembangan murid, guru berpedoman pada pengamatan sehari-hari. Sehingga bentuk instrumen penilaian yang telah ada, kurang bisa digunakan secara maksimal untuk mengukur keberhasilan belajar. Dengan melakukan penilaian, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Guru dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus 78 dilakukan selanjutnya, baik untuk proses pembelajaran, maupun menangani anak berkebutuhan khusus yang memiliki kendala dalam belajar. Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik professional mengingat kedua guru yang mengajar adalah guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik. Seorang pendidik professional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan.

E. Evaluasi Pembelajaran Mewarnai 1. Evaluasi Proses Mewarnai

a. Evaluasi Proses Mewarnai V C

Evaluasi proses mewarnai kelas V C adalah murid down syndrome bernama Irfan masih kesulitan dalam mengenal warna dan memahami penggunaan warna dengan tepat. Ia sering terfokus pada satu warna yang ia pegang dan tidak akan menggantinya hingga diberikan instruksi oleh guru. Irfan juga mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan secara mandiri untuk memilih warna yang ingin digunakan, serta sulit mewarnai tepat di dalam objek. Irfan juga menunggu instruksi dari guru dan kurang dalam berinisiatif untuk berkreasi. Menurut pengamatan peneliti, guru kelas V C sengaja memilihkan gambar untuk diwarnai 79 Irfan dikarenakan Irfan masih kesulitan dalam memilih satu gambar diantara banyak gambar. Indikator evaluasi pada proses mewarnai adalah terselesaikannya proses mewarnai objek. Walaupun tidak sempurna dan sesuai dengan objek asli.

b. Evaluasi Proses Mewarnai Kelas V D

Evaluasi proses mewarnai di kelas V D adalah guru lebih memilih gambar yang tidak terlalu rumit untuk diwarnai anak down syndrome, serta cenderung memilih objek yang mudah ditemui anak-anak dikeseharian mereka. Avita dan Nina adalah anak down syndrome yang bisa memahami instruksi, namun belum bisa mengenal dan memahami warna dengan baik sehingga sulit memilih warna yang tepat untuk objek. Avita dan Nina masih membutuhkan bimbingan terus- menerus untuk bisa memilih warna yang tepat dan agar bisa mengenal objek dengan baik. Hasil mewarnai Avita dan Nina cukup baik dan merata serta mendekati warna objek asli.

2. Evaluasi Hasil Mewarnai a. Hasil Mewarnai Nina Pertemuan Pertama

Gambar 11: Hasil Mewarnai Pertemuan Pertama Milik Nina

Dokumen yang terkait

Pelayanan Berkebutuhan Khusus Pada Sekolah Luar Biasa Perguruan Al-Azhar Medan

10 166 41

Komunikasi Antarpribadi Orangtua Anak Down Syndrome (Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Orangtua Anak Down Syndrome di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan)

21 143 109

Strategi Koping Orang Tua Pada Anak Yang Menderita Sindrom Down di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Jakarta

4 24 128

PERAN KELUARGA DAN SEKOLAH DALAM PROSES SOSIALISASI PADA ANAK DOWN SYNDROME DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) NO.167713.

0 1 25

PERUBAHAN DAN PELESAPAN FONEM DALAM KEGIATAN BERCAKAP-CAKAP PADA ANAK DOWN SYNDROME DI SEKOLAH Perubahan Dan Pelesapan Fonem Dalam Kegiatan Bercakap-Cakap Pada Anak Down Syndrome Di Sekolah Luar Biasa Cahaya Mentari Kartasura.

0 1 13

PENDAHULUAN Perubahan Dan Pelesapan Fonem Dalam Kegiatan Bercakap-Cakap Pada Anak Down Syndrome Di Sekolah Luar Biasa Cahaya Mentari Kartasura.

0 0 6

PERUBAHAN DAN PELESAPAN FONEM DALAM KEGIATAN BERCAKAP-CAKAP PADA ANAK DOWN SYNDROME DI SEKOLAH Perubahan Dan Pelesapan Fonem Dalam Kegiatan Bercakap-Cakap Pada Anak Down Syndrome Di Sekolah Luar Biasa Cahaya Mentari Kartasura.

0 1 17

PROFIL KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDROME DAN IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN PRIBADI : Studi Deskriptif Tentang Kemandirian Anak Down Syndrome di Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan dan Latihan Anak Berkelainan (YPLAB) Lembang Tahu

6 12 65

PEMBELAJARAN FINGER PAINTING PADA ANAK AGRESIF DI SEKOLAH LUAR BIASA PRAYUWANA YOGYAKARTA.

1 5 83

KOMPETENSI FONOLOGIS ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME DI SLB C NEGERI 1 YOGYAKARTA PHONOLOGICAL COMPETENCE OF CHILDREN WITH DOWN SYNDROME AT SLB C NEGERI 1 YOGYAKARTA

0 0 10