Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

11

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Melayu adalah sebuah terminologi yang memiliki berbagai pengertian. Di antaranya adalah ras yang terdapat di kawasan Asia Tenggara dan diasporanya di berbagai wilayah dunia ini. Ras Melayu terdiri dari ras Melayu Tua dan ras Melayu Muda. Ras Melayu juga lazim disebut dengan ras Mongoloid Tenggara. Wilayah peradaban ras Melayu ini, dalam kajian ilmu-ilmu linguistik selalu disebut dengan Melayu-Polinesia. Sementara menurut ilmu arkeologi lazim juga disebut dengan Melayu-Austronesia lihat Haziyah Husein 2008. Pengertian Melayu biasa pula merujuk kepada kelompok etnik yang ada di Asia Tenggara, yang mencakup wilayah Malaysia, Thailand, Singapura, Brunai Darussalam, Filipina, Kamboja, dan lainnya. Etnik Melayu yang tersebar di beberapa negara bangsa ini memiliki berbagai persamaan garis darah, bahasa, dan kebudayaan. Hubungan kekerabatan juga selalu menjadi faktor pemersatu di antara etnik Melayu ini. Misalnya sebahagian besar orang Patani di Thailand memiliki kerabat di bahagian utara Malaysia. Orang Melayu di Riau memiliki hubungan kekerabatan dengan orang Melayu di Semenanjung Malaysia. Atau sebaliknya beberapa orang Melayu dari Semenanjung Malaya, migrasi dan kini menetap di wilayah Republik Indonesia. Contohnya masyarakat Melayu keturunan Kedah, yang tinggal dan menetap di Pulau Jaring Halus di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Satu pulau ini mayoritas adalah Universitas Sumatera Utara 12 keturunan Melayu Kedah, namun mereka adalah warga negara Indonesia WNI. Mereka sadar bahwa nenek moyangnya berasal dari Kedah. Etnik Melayu adalah sebagai salah satu etnik natif yang mendiami kawasan Sumatera Utara, bersama etnik-etnik natif lainnya seperti: Karo, Simalungun, Pakpak- Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir Barat, dan Nias. Selain itu, Sumatera Utara juga memiliki etnik-etnik pendatang, baik dari Nusantara maupun kawasan dunia lainnya. Di antara enik pendatang itu adalah: Aceh Raya, Pidie, Gayo, Alas,Tamiang, Kluet, Minangkabau, Jawa, Sunda, Ambon, Makassar, Bugis, dan lainnya. Pendatang dunia di antaranya: Hokkian, Kwong Fu, Hakka, Khek, Kanton, Tamil, Benggali, Arab, Gujarat, beberapa etnik dari Eropa, dan lain-lain. Keberadaan kebudayaan Sumatera Utara dengan posisi penduduk seperti itu, tentu saja beragam dan multikultural. Dalam rangka demikian, setiap kebudayaan etnik perlu dipertahankan jati dirinya, termasuk kebudayaan Melayu Sumatera Utara. Masyarakat Melayu Sumatera Utara, secara wilayah budaya umumnya mendiami bahagian timur provinsi ini. Mereka ada di Langkat, Deli, Serdang, Batubara, Asahan, dan Labuhan Batu. Secara kebudayaan mereka juga memiliki hubungan dengan suku Pesisir Tapanuli Tengah dan Sibolga. Masyarakat Melayu Sumatera Utara ini, memiliki kebudayaan yang sama dengan kebudayaan masyarakat Melayu di berbagai tempat di Asia Tenggara, namun ada juga yang khas setiap daerah. Misalnya zapin 1 dijumpai hampir di semua kawasan budaya Melayu. Namun dedeng 1 Untuk penulisan selanjutnya, baik di bab ini atau bab-bab berikutnya istilah zapin akan ditulis dengan huruf biasa, tidak miring italic, sebagaimana halnya menuliskan Universitas Sumatera Utara 13 hanya dijumpai di kawasan Langkat saja, serta sinandong dijumpai di Asahan dan Labuhan Batau saja. Artinya genre-genre kesenian Melayu di semua Dunia Melayu ada yang menyebar secara luas, namun ada yang hanya berada dalam satu wilayah budaya yang relatif kecil saja. Etnik Melayu Sumatera Utara memiliki kesenian yang diwarisi dari masa-masa animisme, Hindu, Budha, Islam, Eropa, dan era globalisasi. Contoh kesenian yang mengandung unsur animisme adalah kesenian pada upacara jamu laut atau melepas lancang. Contoh seni yang mengandung unsur kebudayaan Hindu dan Budha adalah upacara tepung tawar, makyong, mendu, gerak-gerak tari India, dan lainnya. Contoh unsur budaya Barat ada pada seni ronggeng joget, wals, forxtrot, band di kesultanan, dan lainnya. Contoh yang kuat mengekspresikan kebudayaan Islam adalah barodah, nasyid, kasidah, marhaban, barzanji, dan zapin. Kesenian zapin ini menceminkan musik dan tari Melayu secara umum, dan juga identitas musikal dan tarian khas kawasan Sumatera Utara. Musik Melayu, termasuk zapin, memiliki ciri-ciri khas. Menurut Takari dan Heristina Dewi 1998 pada umumnya musik Melayu tergolong ke dalam tangga- tangga nada pentatonik, heptatonik, dan diatonik. Sistem yang dipakai adalah ekuadistan tujuh nada Asia Tenggara, atau juga pengaruh tangga nada heptatonik dari raga India dan maqamat Timur Tengah. Ekspresi tangga nada ini dalam melodi, memakai teknik cengkok mengayunkan nada, patah lagu menyentak-nyentakkan peristilahan dalam sistem penulisan ilmiah, untuk mengefesienkan teknik penulisan. Tujuannya adalah karena skripsi ini akan membahas seni zapin yang pastinya banyak menggunakan istilah zapin di semua bahagian bab atau sub babnya. Universitas Sumatera Utara 14 nada, dan gerenek membuat variasi nada dengan densitas rimik nada yang relatif rapat. Musik Melayu juga memiliki berbagai pola ritme rentak yaitu senandung, mak inang, lagu dua, patam-patam, ghazal, hadrah, zapin, dan lain-lain. Kesenian Melayu, termasuk zapin adalah bahagian dari seni pertunjukan Indonesia dan Dunia Melayu sekali gus. Pertumbuhan dan perkembangan seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, tidak lepas dari pertumbuhan dan perkembangan kehidupan kesenian dan kebudayaan Indonesia, yang terdiri berbagai suku bangsa, yang melahirkan kesenian yang sangat beragam dan bersumber dari identitas etnik setempat. Akar budaya seni pertunjukan Melayu, merupakan budaya yang diwarisi dari masa sebelum datangnya pengaruh luar dan terus ditransformasikan saat datangnya pengaruh dari luar. Akar budaya seni pertunjukan ini menjadi bagian dalam memperkuat jati diri seni dan masyarakat Melayu itu sendiri. Kebudayaan Melayu sendiri merupakan kebudayaan yang terbuka yang mau menerima kebudayaan luar tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya dalam konteks akulturasi. Sehingga terciptalah kekhasan tersendiri dalam musik Melayu. Seperti salah satu contoh seni pertunjukan Melayu yang cukup populer sekarang ini yaitu zapin. Dalam genre seni ini, dapat dilihat pengaruh unsur budaya Arab yang sangat kental sekali, baik dari struktur melodi, ritme, instrumen, lirik, tari, pertunjukan, penonton, dan pendukung budayanya. Zapin-zapin yang masih hidup dan masih bertahan di bumi Melayu, memberikan corak warna gubahannya yang spesifik kedaerahan sebagai wujud prilaku komunitas Melayu itu sendiri dalam aktivitas Universitas Sumatera Utara 15 sehari-hari. Dengan demikian, walau zapin ini berasal dari Arab, oleh orang-orang Melayu zapin juga mengalami kreativitas disesuaikan dengan cita rasa seni dan keperluan kebudayaan etnik Melayu. Bahkan di Alam Melayu dikenal dua jenis zapin yaitu zapin Arab dan zapin Melayu. Hamzah Ahmed 1984:71 mengatakan bahwa zapin lahir pada tahun keenam masa ketika terjadi gencatan senjata dengan orang-orang kafir Mekah, pada waktu anak puteri Saidina Hamzah ingin ikut Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Padahal dalam perjanjian, orang-orang pelarian Mekah itu harus di kembalikan. Pihak Nabi Muhammad tidak mau. Lalu siapa yang menjadi pengasuh anak itu? Nabi Muhammad menunjuk Ja’far yang dengan girangnya menari-nari mengangkat kaki bersama Saidina Ali. Inilah diperkirakan sejarah awal munculnya zapin dalam peradaban tamadun Islam. Zapin kemudian berkembang ke Persia Farsi 2 dan ke Nusantara, yaitu zapin ala Hijaz. Menurut Mohd Anis Md.Nor 1997:116-117 pertama kalinya kesenian zapin mulai masuk ke istana-istana di Nusantara adalah di Sumatera dan Kalimantan. Penari zapin yang terlatih mahir ujiannya adalah berzapin di tikar rotan yang licin dilapisi dengan permadani. Permadani di atas tikar rotan itu tidak boleh bergeser 2 Pada masa Nabi Muhammad hidup, Persia ini dikenal dengan nama Farsi yang wilayahnya mencakup beberapa kawasan di Timur Tengah. Mereka saat awal itu beragama Majusi dan menyembah api. Pada saat itu terjadi peperangan antara Persia dan Romawi yang agama resminya adalah agama Kristen. Umat Islam saat itu lebih cenderung membela Romawi karena “kedekatan” tauhid dan kepercayaan kepada Tuhan. Ketika tentara Romawi dapat ditaklukan oleg tentara Persia, maka gundah gulanalah umat Islam. Namun Tuhan berjanji akan segera memenangkan tentara Romawi, dan kemudian janji Tuhan itu terbukti. Kini wilayah Persia itu mencakup sebahagian besar Republik Islam Iran dan sebahagian Irak. Mereka umumnya beragama Islam mazhab Syiah. Universitas Sumatera Utara 16 sedikit pun. Apabila hal itu terjadi, hukumannya selama tiga bulan kumpulan itu tidak boleh lagi menghibur di istana. Begitulah halusnya langkah dan gerak tari zapin yang menurut asalnya zapin itu ditarikan sebagai kesenian yang bernafaskan Islam. Kesenian zapin masuk ke Nusantara sejalan dengan berkembangnya agama Islam sejak abad ke 13 Masehi. Para pedagang dari Arab dan Gujarat yang datang bersama para ulama dan senimannya, menyusuri pesisir Nusantara. Zapin tersebut kemudian berkembang di kalangan masyarakat pemeluk Islam. Sekarang kita dapat menemukan zapin hampir di seluruh pesisir Nusantara, seperti di: pesisir timur Sumatera Utara, Semenanjung Malaysia, Serawak, kepulauan Riau, pesisir Kalimantan, Jambi, Brunai Darussalam, dan lainnya. Hingga saat ini zapin tetap menjadi khazanah budaya Melayu yang masih digemari oleh berbagai lapisan masyarakat. Kesenian ini juga sangat populer. Zapin itu sendiri terdapat di kalangan istana-istana Melayu dan di tengah-tengah masyarakat awam. Secara etimologis, kata zapin berasal dari Bahasa Arab, yang memiliki berbagai makna. Kata zapin sendiri berkaitan dengan kata-kata turunan seperti zafa, zaffa, zafana, zaffan, dan lain-lainnya. Kalau ditelisik lebih jauh, memang kesemua kata itu dalam bahasa Arab memiliki hubungan dengan kata tari dalam bahasa Melayu. Namun sebelum dibedah maknanya, alangkah baik kita lihat dahulu apa arti zapin dalam wikipedia Indonesia. Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu kata zafn yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Zapin merupakan khasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan Universitas Sumatera Utara 17 sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya terdiri dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Tari Zapin sangat banyak ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar zapinnya sama, ditarikan oleh rakyat di pesisir timur dan barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Sarawak, Kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan Brunei Darussalam sumber: httpid.wikipedia.orgwikiZapin. Berdasarkan kutipan seperti terurai di atas, maka dapat dikatakan bahwa istilah zapin berasal dari bahasa Arab. Kemudian zapin adalah salah satu tari Melayu, yang diadopsi dari Arab. Zapin adalah media enkulturasi dakwah Islam. Ensambel musik terdiri dari dua peran yaitu yang membawa melodi adalah musik petik gambus atau ‘ud dan pembawa ritme yaitu tiga buah alat pukul kecil maksudnya gendang marwas. Awalnya ditarikan lelaki, akhirnya perempuan, atau campuran laki-laki dan peremuan. Ragam tari berkembang dan tari ini muncul di Alam Melayu. Kemudian seorang profesor tarian Melayu Mohd Anis Md Nor menguraikan secara panjang lebar tentang arti kata zapin ini dan kata-kata turunannya sebagai berikut. In Malaysia, Singapore, the Riau Islands and Sumatera, Zapin designates a performing arts genre which encompasses a repertoire of dances and a body of music. But first and foremost, Zapin means dance, a particular kind of dance usually performed by men. In his Unabridged Malay-English Dictionary, Richard Winsted noted that the word Zapin is of Arabic origin with its most frequent usage found in the state of Johor on the southernmost part of the Malay Peninsula. Wilkinson explains that Zapin is an Arabic derived word which denotes the term for an Arab dance performed by two persons. Wilkinson, however, added further that the word Zafin generally stands for the etymology of dancing. … The word Zapin may have come from the Arabic root word Zaffa which mean to lead the bridge to her groom in a wedding procession. It is important to trace Zapin from the Arabic root word or Universitas Sumatera Utara 18 masdar since the Arabic-derived word or Arabic-loaned word in the Malay vocabulary may have undergone modification in sound and may have taken a specific meaning other than the original Arabic word. This is all the more important when a word like Zapin cannot be directly associated with an Arabic performance genre. One can only speculate from the manner in which the root word I conjugated and in due course try to associate the conjugated Arabic with the word Zapin. The closest association of Zapin with the most word Zaffa is in Zafah which means wedding, while Zafana means to dance in a wedding. Wehr interpreted Zafana as to dance or gambol, thus allowing the word be associated with some form of prancing or frolic. Lane explained Zafanan as danced, played or sported, and that ia a sentence implies that “ a person she used to the dance to El-Hasan”. A dance is called Zaffan . Dance is this context cannot be associated with raqasa , which implies dance as in a less respected and less honoured gathering than a wedding. Raqasa are performed in places such as entertainment clubs or an establishment which solicits money from patrons. Zsfana implies an honored and respected dance tradition which is associated with a wedding celebration Mohd Anis Md Nor 1990:32-33. Menurut kajian Mohd Anis Md Nor, bahwa di Dunia Melayu zapin adalah sebuah genre seni pertunjukan yang di dalamnya menampilkan tarian dan musik sekali gus. Biasanya tarian zapin dipersembahkan oleh penari lelaki. Seperti yang dikutipnya dari Winsted, kata zapin berasal dari bahasa Arab, yang banyak digunakan oleh orang Melayu Johor. Zapin dalam bahasa Arab ini menurut Wilkinson adalah tarian yang dilakukan dua orang penari laki-laki. Kata turunan zapin yaitu zaffa maknanya adalah sehelai kain yang dibawa oleh pengantin wanita kepada mempelai lelaki dalam prosesi pernikahan. Kemungkinan besar pula istilah zapin ini disesuaikan dengan lidah Melayu sehingga kemungkinan bisa memiliki arti lain. Namun arti-arti itu jika ditelusuri dari bahasa Arab memiliki makna yang dekat, seperti maknanya adalah upacara pernikahan atau menari untuk upacara pernikahan. Kata zapin ini pula tidak dapat dihubungkan dengan kegiatan menari yang bertujuan memperoleh uang yang disebut dengan kegiatan raqasa. Zapin berhubung erat dengan tari yang Universitas Sumatera Utara 19 dipersembahkan pada upacara pernikahan. Dengan demikian, zapin memuat penuh ajaran-ajaran Islam, yaitu memperbolehkan menari di majelis pernikahan walimatul ursy Menurut pendapat para ahli sejarah seni Melayu, Luckman Sinar 2010 dan Mohd Anis Md Nor 1995 zapin adalah berasal dari Yaman Selatan Hadramaut merupakan sejenis irama atau rentak dalam seni musik tradisional. Zapin juga adalah sejenis tarian rakyat Arab. Perkataan zapin berasal dari kata al-zaffan, yaitu gerak kaki. Sebutan zapin umumnya dijumpai di Sumatera Utara dan Riau, sedangkan di Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu menyebutnya dana. Julukan bedana terdapat di Lampung sedangkan di Jawa umumnya menyebut zafin. Masyarakat Kalimantan cenderung memberi nama jepin, di Sulawesi disebut jippeng, dan di Maluku lebih akrab mengenal dengan nama jepen. Sementara di Nusa Tenggara dikenal dengan julukan dana-dani. Di Nusantara, zapin dikenal dalam dua jenis, yaitu zapin Arab yang mengalami perubahan secara lamban, dan masih dipertahankan oleh masyarakat keturunan Arab. Jenis kedua adalah zapin Melayu yang ditumbuhkan oleh para ahli lokal, dan disesuaikan dengan linkungan masyarakatnya. Kalau zapin Arab hanya dikenal satu gaya saja, maka zapin Melayu sangat beragam dalam gayanya. Begitu pula sebutan untuk tari tersebut tergantung dari bahasa atau dialek lokal di mana dia tumbuh dan berkembang. Zapin juga merupakan sejenis rentak atau irama dalam seni musik tradisional Melayu yang di sampingnya ada senandung mak inang, lagu dua, patam- patam, ghazal, hadrah, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 20 Zapin merupakan salah satu genre dalam seni pentas pertunjukan Melayu yang di dalamnya mencakup musik rentakritme, tari, serta lagu. Apabila rentak zapin itu didendangkan, maka musik itu dinamakan dengan musik zapin. Seperti apa yang dikatakan oleh Fadlin Dja’far wawancara Januari 2011, bahwa struktur rentak atau ritem zapin di Sumatera Utara khususnya di Medan, dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori : 1 rentak induk atau dasar dan 2 rentak anak atau peningkah. Rentak induk dibentuk oleh tanda birama 44, sedangkan rentak peningkah dikembangkan berdasarkan rentak induk dengan struktur mengikut estetika para pemain musiknya. Musik zapin biasa juga di sebut musik gambus, yang alat musik utamanya adalah gambus, di samping alat musik marwas dan musik pengiring yang lain seperti biola, accordion, harmonium, gendang ronggeng frame drum dan vokal. Sedangkan dari struktur melodi, musik zapin mempergunakan unsur-unsur budaya Melayu, Arab, India, dan Barat. Zapin di samping memiliki meter 4, juga memiliki struktur musik yang cukup jelas. Zapin mempunyai bahagian pembuka yang biasa jadi improvisasi solo gambus yang freemeter taksim, bagian tengah yang diulang-ulang untuk lagu dasar, dan variasi gendang takhtum. Dari segi struktur tari, sesuai dengan namanya zapin al-zaffan berarti pergerakan kaki cepat rentakan kaki, yang mengikut rentak pukulan. Tari zapin terikat dengan gerak-gerik yang telah baku, yang sudah mempunyai konsep dasar. Salah seorang tokoh tari zapin dari Perbaungan, O.K. Hamidi, mengatakan ciri tari zapin adalah angkat, patah, tekuk, dan seret. Kesemuanya itu merupakan gerakan Universitas Sumatera Utara 21 kaki. Terdapat perbedaan antara tari zapin Arab dengan tari zapin Melayu. Zapin Arab yang pola gerakannya berbentuk zig-zag yang biasanya ditarikan oleh masyarakat keturunan Arab. Gerak tari zapin Arab adalah gagah dengan langkah dan lenggangan yang lebih luas, ayunan tangan yang tinggi dan hinjutan kaki yang keras. Zapin Melayu berbentuk huruf alif lurus umumnya ditarikan oleh orang- orang Melayu yang diadaptasikan dari unsur-unsur zapin Arab. Sedangkan gerak tari zapin Melayu lebih halus dan santun dengan ayunan tangan yang lebih kecil atau sempit, langkah kaki yang tidak terlalu luas dan tinggi, serta henjutan kaki yang lembut. Zapin dipersembahkan dalam tiga peringkat: Pertama: pembuka tirai dikenali sebagai taksim yaitu gambus dibunyikan secara solo secara free meter, dan penari melakukan gerak sembah. Pada peringkat ini, semua penari akan melakukan tarian pengenalan dengan beberapa pergerakan saja. Kedua tarian, pergerakan dan ayunan. Pada peringkat kedua ini persembahan terdiri dari pecahan atau gerakan serta lenggang tarian.. Ketiga penutup, tari di sini kemudian dikembangkan dengan berbagai ragam gerak seperti alif, pecah, langkah, sut, anak ayam, dan tahto. Gerakan tari zapin harus menampilkan gerak tari yang sopan dan menjunjung tinggi adat resam Melayu. Tidak melompat, mengangkat kaki tinggi-tinggi, berguling- berguling, dan tidak saling bersentuhan pada lawan jenis, seperti mengendong yang tidak sesuai dengan kaedah sopan santun adat Melayu yang berpaksikan kepada ajaran agama Islam. Sebab tari zapin itu sendiri bernafaskan Islam. Sekarang banyak kita temukan zapin tradisi yang berkembang menjadi tari Zapin kreasi baru, yang telah Universitas Sumatera Utara 22 mengalami pergeseran nilai-nilai budaya yang hampir kehilangan identitasnya. Timbulnya pembaharuan-pemabaharuan dari zapin tradisi ke bentuk zapin kreasi baru ini mulai dirasakan pada tahun 1960-an. Demikian pula bila rentak zapin itu dinyanyikan maka lagu tersebut dinamakan dengan lagu zapin, Lagu-lagu zapin ini lah yang ingin saya pilih menjadi judul skripsi saya. Dari segi teks, nyanyian zapin ini di samping bersifat edukatif dan didaktik sekaligus menghibur tetapi juga digunakan sebagai media dakwah Islam dengan syair atau pantun-pantun Melayu yang didendangkan, bisa pula lebih ke arah etika pergaulan secara umum, ataupun pesan-pesan jenis lain, baik dengan tema percintaan, nasihat, pandangan hidup, dan lain sebagainya. Lagu-lagu tersebut akan penulis analisis melalui teori semiotik. Penyajian musik zapin dapat saja hanya di iringin musik instrumental, atau tanpa teks pantun Melayu yang dinyanyikan vokal. Dari uraian di atas tergambar dengan jelas bahwa seni zapin sangatlah penting di dalam kebudayaan Melayu. Seni zapin ini mengekspresikan sejarah masuknya peradaban Islam ke dalam kebudayaan Melayu. Dalam seni zapin juga terkandung proses kreativitas seniman Melayu dalam mengolah zapin Arab menjadi zapin Melayu. Sejauh ini, banyak kita jumpai tokoh-tokoh yang mengangkat tradisi zapin, baik sebagai pengamat, penulis, penata tari, serta pencipta lagu zapin. Khususnya yang berada di kawasan kota Medan dan sekitarnya. Mereka itu antara lain adalah: Singah bin Zakaria di Bengkel Perbaungan, Tuk Poncil Nagur, Bedagai, O.K. Aris dan O.K. Tera’i Galang, Sauti dan O.K. Adram di Serdang, di samping mereka penata Universitas Sumatera Utara 23 tari serampang dua belas mereka juga penari zapin yang bersal dari Pantai Cermin dan Anjang Nurdin Paitan Pantai Labu, dan lainnya. Ada pula para pengamat zapin, seperti Tengku Luckman Sinar. Beliau aktif membuat artikel mengenai zapin dalam seminar-seminar tentang kebudayaan Melayu, ke berbagai kota besar di Indonesia bahkan ke luar negeri. Di samping itu ada juga Muhammad Takari dan Fadlin Medan. Dua tokoh di bidang kesenian Melayu yang juga aktif sebagai pengamat zapin dan penulis, yang selalu menjadi pembicara dalam seminar mengenai zapin, dan langsung ikut berperan serta dalam proses penggarapan pembuatan lagu-lagu zapin. Selain itu, terdapat juga tokoh penggarap tari khususnya tari zapin antara lain: Yose Rizal Firdaus yang aktif juga menulis artikel tentang tari zapin, ada juga O.K. Hamidi sebagai pengamat tari zapin, Tengku Sita Syaritsa Medan, A. Rahim Noor, dan terdapat juga tokoh muda penggarap tari zapin yang berada di Kota Medan, khususnya di Taman Budaya Medan, seperti: Dilinar Adlin, Syafrizal, Sri Ning Ayu, Ivan, dan ramai lagi. Di samping itu terdapat juga tokoh-tokoh pencipta lagu zapin yang karya-karya beliau sangat termasyhur. Salah satunya adalah Rizaldi Siagian seorang etnomusikolog, beliau menciptakan lagu-lagu zapin anatara lain: Zapin Ceracap dan Zapin Tanda-tanda. Lagu ini lebih ke zapin kreasi karena dilihat dari instrumen yang dipakai yaitu perkawinan alat musik dasar seperti marwas dan gambus dengan instrumen modern, seperti bas, drum, gitar, dan keyboard. Lagu ini lebih komersial karena lagu ini telah dirilis ke dalam album Grenek. Ada juga Zapin Menjelang Maghrib yang lebih ke tradisi. Sebab dalam lagu ini dapat kita lihat dari Universitas Sumatera Utara 24 segi instrumennya yang memakai alat musik dasar yaitu gendang marwas dan gambus saja. Lagu-lagu Rizaldi tersebut masih sering dibawakan untuk persembahan tari oleh sangar-sanggar tari di Kota Medan, baik untuk acara-acara resmi ataupun festival. Di samping itu ada juga Tengku Safick Sinar, Tengku Rio, Hendrik Perangin-angin, Sahrial, Zul Alinur, dan lain-lainnya. Zul Alinur adalah seorang generasi muda yang berbakat membuat karya-karya musik zapin. Lagu-lagu zapin beliau lah yang ingin penulis kaji lewat struktur teks dan melodinya. Walaupun umurnya masih relatif muda namun karya-karya beliau cukup membanggakan. Zul Alinur yang akrab dipanggil Al Coboy atau Mak Boy adalah salah satu pelaku seni di kota Medan yang berdarah Melayu dan Minangkabau. Dalam membuat lagu-lagu zapin beliau menuliskannya dalam notasi angka dan teknya dalam huruf Latin. Puluhan lagu zapin telah diciptakannya. Yang paling menarik adalah di antara lagu-lagu tersebut ada sebanyak lima lagu menurut pengamatan penulis, menang dalam lomba atau festival lagu zapin di tingkat provinsi atau nasional. Dia memiliki berbagai kelebihan, di samping sebagai pemusik, dia juga mahir mengaransemen lagu-lagu khususnya lagu etnik yang terdapat Sumatera. Bahkan ia juga sangat mahir menciptakan lagu-lagu Melayu khususnya bergenre zapin. Dalam hal ini dia memiliki kelebihan, dengan langsung menciptakan lagu-lagu zapin dan menciptakan musiknya. Sedangkan lagu-lagu di luar zapin dia hanya mampu mengaransemen saja bukan sebagai pencipta. Lagu- lagu beliau lah yang penulis ingin kaji. Lagu zapin ciptaan Zul Alinur tidak terlalu terikat dengan tradisi dan cenderung ke kreasi baru. Namun demikian, konsep dasar atau pakem dari zapin itu sendiri Universitas Sumatera Utara 25 masih tetap dipakai. Kenyataan ini dapat dapat dilihat melalui struktur musiknya, yaitu melodi yang sederhana dan mudah diingat. Instrumen yang di pakai di luar alat musik dasar seperti gambus dan marwas antara lain gendang ronggeng frame drum, dol, biola, accordion, dan gitar bas, Terjadinya peralihan musik pengiring tari zapin dari bentuk zapin tradisi alat musik dasar ke bentuk musik zapin kreasi tidak terlepas dari kebutuhan pertunjukan, dan kreativitas seniman-senimannya, yang merupakan usaha yang dilakukan para pelaku seni untuk menjadikan kesenian itu untuk tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Perbedaan di antara garapan tradisional dengan garapan kreasi terdapat pada varisasi gerak, gaya, pola lantai, pola dramatik, musik dan alat musik, jumlah penari, peralatan tari, beserta pantun yang didendangkan. Sementara kesamaannya bahwa zapin itu sendiri telah memakai konsep dasar atau pakem tersendiri baik taksim maupun tahtum, dan meiliki struktur rentak dalam tanda birama 44, dan lain sebagainya. Zul Alinur memberi sentuhan baru pada zapin, namun tidak merusak pakem pada zapin itu sendiri, Resam dari akar zapin masih tetap dipakai, sehingga menghasilkan zapin pengembangan dalam karya-karya baru dalam suatu wujud upaya pelestarian. Seperti apa yang dikatakan oleh Julianus P. Limbeng bahwa semua kesenian tradisional itu memiliki pola atau pakem tersendiri yang membuat kesenian itu menjadi khas, berbeda dengan yang lainnya. Akan tetapi pakem tersebut bukanlah suatu aturan yang “mati,” melainkan suatu potensi yang dapat berkembang ,dan mampu mengakomodasi perubahan-perubahan isi sesuai dengan kepentingan situasi Universitas Sumatera Utara 26 demi situasi, waktu demi waktu. Jika kesenian kesenian tradisional memiliki pakem yang kuat, maka ia pun memiliki ruang kebebasan yang luwes. Keduanya pakem dan kebebasan kreatif terjalin secara integral, menjadi semacam grammar atau bahasa ungkap yang organis dan cerdas sehingga pertumbuhannya pun dapat tumbuh secara alamiah. Atas dasar itu, yang disebut dengan kesenian tradisi dan upaya pelestariannya harus menyangkut kedua aspek antara lain: bentuk, pola, atau pakemnya serta daya atau potensi untuk berubah. Dalam aspek itulah sesungguhnya terletak nilai, sehingga kesenian di Nusantara ini biasa disebut sebagai “tradisi hidup” living tradition bukan suatu tradisi yang mati atau beku Julianus P. Limbeng 2009. Selain itu, lagu-lagu ciptaan Zul Alinur selalu digunakan oleh sanggar-sanggar tari yang ada di Kota Medan, khususnya di Taman Budaya, untuk mengiringi berbagai acara atau festival yang ada di Medan dan di luar kota Medan. Di antaranya untuk mengikuti festival tari zapin, yang diadakan oleh Dewan Kesenian Medan DKM dalam event Medan Arts Festival, empat lagu yang diciptakan Zul Ainur termasuk ke dalam kategori lima lagu yang terbaik yang penulis akan penulis gunakan sebagai sampel lagu yang berjudul Zapin Puan, Zapin Perantau, Zapin di Hati, Zapin in My heart dan Zapin Purnama. Selain itu, lagu-lagu ciptaan Zul Alinur juga digunakan pada festival zapin dalam acara Gempar Sumut di lapangan Merdeka Medan, dan karyanya mendapat juara pertama. Selain untuk festival, lagu beliau juga dipakai untuk mengisi event-event nasional bahkan internasional yaitu: Pesta Gendang Nusantara Malaysia, acara tahunan menyambut ulang tahun Kota Melaka, Pedati Nusantara Bukit Tinggi, acara Universitas Sumatera Utara 27 tahunan oleh Visit Indonesian Year, Semarak Zapin Serantau yang diadakan selama dua tahun sekali di Bengkalis, Temu Zapin Indonesia Pekan Baru, Cross Culture Surabaya, dan Festival Seni Melayu Nusantara Palembang. Dalam acara yang terakhir ini karya lagu zapinnya mendapatkan penghargaan penata musik terbaik. Judul lagu-lagu zapin yang beliau ciptakan adalah: Zapin Puan, Zapin Perantau, Zapin Purnama, Zapin di Hati, Zapin Perindu, Arena Zapin, Zapin Bertuah, Zapin in My Heart, Jadilah Seperti, Bunga, dan masih banyak lagi karya-karya lainnya. Berdasarkan uraian sosiomusikal di atas, maka saya tertarik untuk menganalisis lagu-lagu zapin Zul Alinur ini, baik dari aspek teks maupun melodinya. Adapun ketertarikan ini karena saya sangat begitu dekat dengan karya-karya beliau, karena akhir-akhir ini penulis sering di percayai untuk menyanyikan lagu-lagu ciptaannya dalam mengiringin persembahan tari khususnya tari zapin. Sehingga saya tertarik untuk mengangkatnya menjadi judul skripsi ini, dengan judul Lagu-lagu Zapin Ciptaan Zul Alinur: Kajian Terhadap Struktur Teks dan Melodi.

1.2 Pokok Permasalahan