Upacara-upacara Minangkabau GAMBARAN UMUM BUDAYA MASYARAKAT MELAYU SUMATERA

98 Contoh: Jangan suka mematahkan parang, Tangan luka gagangnya rusak, Jangan suka menyusahkan orang, Tuhan murka orang pun muak. Dari latar belakang bahasa Melayu di atas, maka dapat dilihat ekspresi bahasa tersebut di dalam sistem sosial yang menggambarkan psikologis orang Melayu yang terkait dengan cakupan emosi, estetika, alasan moral, logika dan rasionalisme yang salin terjalin erat Luckman 2002:111 Seni zapin karya-karya Zul Alinur, kesemuanya menggunakan bahasa Melayu, dibumbui dengan beberapa diksi yang berasal dari bahasa Arab. Dengan demikian lagu-lagu karya Zul Alinur ini lebih mengekspresikan budaya dan baasa Melayu, khususnya yang berdasar kepada kawasan Melayu Sumatera Utara.

2.10 Upacara-upacara

Masyarakat Melayu memiliki banyak sekali upacara-upacara tradisional yang masih didijalankan sampai sekarang ini. Upacara tradisional Melayu itu meliputi keseluruhan siklus kehidupan orang Melayu itu sendiri yang di mulai sejak dalam kandungan, kelahiran, anak-anak, remaja, dewasa, berumah tangga hingga meninggal dunia. Biasanya dalam menjalankan upacara-upacara tradisional, masyarakat Melayu mengundang sanak saudara, kerabat dekat, jiran tetangga, dengan jamuan makan Universitas Sumatera Utara 99 bersama. Itu semua di atur oleh adat yang telah di sepakati oleh petuah Melayu terdahulu dan tata nilai luhur, yang kemudian di wariskan secara turun menurun hingga samapi sekarang. Adapan upacara-upacara tradisional melayu antara lain: a. Pada saat anak lahir, b. Turun ke sungai, bercukur, dan mengayun, c. Berkhatan atau sunat Rasul, d. Penabalan putera mahkota Tengku Besar, e. Upacara Pernikahan, f. Upacara-upacara untuk melakukan perkerjaan baik berburu, menanam padi, dan mencari ikan, dan lain-lain. Dalam konteks sejarah Islam, seni zapin paling sering digunakan untuk memeriahkan suasana pesta perkawinan. Upacara pesta perkawinan adat Melayu ini menggunakan beberapa tahapan seperti, merisik, meminang, mebghantar pengantin, hempang batang, hempang kipas, hempang pintu, bersanding, mandi bedimbar, dan lainnya. Zapin biasanya menjadi bahagian dari upacara utama pernikahan adat Melayu. Selain itu zapin juga digunakan untk upacara khitanan, menyambut hari besar Islam, meyambut tetamu, dan lainnya. Dengan demikian zapin menjadi bahagian yang integral dalam adat Melayu. Universitas Sumatera Utara 100

2.11 Minangkabau

Ibu Zul Alinur, yang bernama Rosmiar, adalah seorang ynag bersuku etnik Minangkabau. Bagaimanapun dalam diri Zul Alinur mengalir darah dan jiwa Minangkabau. Selain itu, dalam rangka menapaki dunia kesenian, Zul Alinur awalnya masuk ke dalam sanggar seni Minangkabau di Medan, yaitu Sanggar Tigo Sapilin, yang dipimpin oleh Bapak Abu Bakar Sidik, yang juga sebagai orang Minangkabau, yang lahir dan besar di Kota Medan selanjutnya lebih rinci lihat di Bab IV bahagian biografi. Menurut keterangan Zul Alinur sendiri, berbagai konsep budaya Minangkabau diterapkan dalam kehidupannya dan juga diaplikasikan ke dalam seni yang ditekuninya. Termasuk juga dalam seni zapin yang diciptakan atau dikreasikannya. Ia mengamalkan filsafat budaya Minangkabau seperti alam takambang manjadi guru, yang juga dilandasi ajaran Islam bahwa manusia harus selalu membaca iqra’ sekelilingnya secara mikrokosmos maupun makrokosmos. Zul Alinur juga belajar bahasa dan budaya Minangkabau, terutama kepada guru awalnya yaitu Hazijar. Dari beliau ini pula Zul Alinur belajar bermusik Minangkabau dan budaya Minangkabau secara umumnya. Zul Alinur juga belajar teori musik dari Uda Hajizar. Oleh karenanya, Zul Alinur dapat menulis ciptaannya dengan menggunakan notasi angka seperti yang diajarkan Hajizar. Dalam menggarap dan menciptakan lagu-lagu zapin, Zul Alinur juga memasukkan unsur-unsur musik Universitas Sumatera Utara 101 Minangkabau seperti memasukkan alat musik dol dan beberapa gaya musik Minangkabau, seperti gariniak, harmoni, dan pantun-pantunnya. Berdasarkan hal-hal di atas, maka alangkah baiknya dideskripsikan latar belakang budaya Minangkabau. Begitu juga interaksi dan hubungan antara budaya Minangkabau dan Melayu, sebagai latar belakang kehidupan Zul Alinur. Menurut Adam, daerah suku bangsa Minangkabau ditandai dengan masyarakatnya yang menganut adat-istiadat Minangkabau, yang umumnya bermukim di Pulau Sumatera bahagian tengah, meliputi Provinsi Sumatera Barat tidak termasuk Mentawai, sebahagian hulu sungai Rokan, Kampar, dan Kuantan di Provinsi Riau, Batang Tebo, dan Muara Bungo di Provinsi Jambi serta hulu sungai Merangin dan Muko-muko di Provinsi Bengkulu Boestanoel Arifin Adam, 1970. Penghulu mengatakan bahwa daerah Minangkabau terdiri dari: 1 darek, 2 pasisie, dan 3 rantau. Secara tradisonal, masyarakat Minangkabau mempunyai dua wilayah pemerintahan adat. Pembahagian ini disesuaikan dengan kondisi masa Kerajaan Pagaruyung masih berdiri, yaitu luhak dan rantau. Daerah darek dikenal sebagai luhak nan tigo yang terdiri dari: 1 Luhak Tanah Data, 2 Luhak Agam, dan 3 Luhak Limo Puluah Koto. Ada keterkaitan erat di antara luhak dan rantau Penghulu 1978:12. Berdasarkan mitologi yang terdapat di dalam tambo Minangkabau, pada mulanya luhak hidup secara berkelompok pada daerah-daerah kecil yang bersifat kesatuan teritorial, bernama nagari. Nagari-nagari inilah yang merupakan daerah Universitas Sumatera Utara 102 asal penduduk rantau. Setiap nagari sekurang-kurangnya ditempati oleh empat suku klen yang terdiri dari Bodi, Chaniago, Koto, dan Piliang. Orang-orang Minangkabau mempunyai mitos yang menceritakan bahwa mereka berasal dari puncak gunung Merapi, seperti yang dikemukakan Junus: Umumnya orang Minangkabau mencoba menghubungkan keturunan mereka dengan suatu tempat, yaitu Periangan Padang Panjang. Mereka beranggapan bahwa nenek moyang mereka berpindah dari tempat itu dan kemudian menyebar ke daerah penyeberangan yang ada sekarang. Hal ini mungkin dapat dihubungkan dengan dongeng tentang nenek moyang orang Minangkabau yang berasal dari gunung Merapi ketika gunung itu masih kecil Umar Junus 1971:241. Adat istiadat Minangkabau, sebagaimana pula Melayu, terdiri dari empat klasifikasi: 1 adat nan sabana adat, 2 adat nan diadatkan, 3 adat nan taradat, dan 4 adat istiadat. Konsep adat mereka, sebagai landasan tertinggi adalah syariat Islam, seperti konsep: adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, syarak mangato, adat mamakai Penghulu 1978:105. Ciri khas budaya Minangkabau adalah sistem sosial kemasyarakatan yang berdasar pada garis keturunan ibu matrilineal. Inilah yang biasanya dianggap sebagai salah satu unsur yang memberi identitas kepada kebudayaan Minangkabau terutama yang dipopulerkan oleh roman-roman Balai Pustaka, pada awal abad kedua puluh. Orang Minangkabau sering merantau, yaitu bermigrasi ke rantau. Istilah rantau boleh diartikan sebagai dataran rendah atau daerah aliran sungai Mochtar Naim 1984:2, sebagai tempat orang Minangkabau mencari nafkah dengan Universitas Sumatera Utara 103 meninggalkan kampung halaman yang terletak di dataran tinggi. Akan tetapi, kini istilah rantau tidak hanya terbatas kepada daerah rendah atau daerah aliran sungai, melainkan juga sudah berkonotasi dengan daerah luar kampung halaman mereka. Kebiasaan merantau ini sangat besar pengaruh dan peranannya dari segi sosial dan ekonomi masyarakat Minangkabau. Unsur-unsur pokok yang dikandung kata merantau adalah meninggalkan kampung halaman, dengan kemahuan sendiri, dalam jangka waktu yang lama atau tidak lama, untuk mencari tingkat ekonomi yang lebih baik, menuntut ilmu, atau memperluas pengalaman. Pada saatnya mereka pulang. Merantau adalah bahagian dari budaya Minangkabau. Orang yang merantau bukan meninggalkan susunan sosial, tetapi untuk memperkuatnya. Bermukim di rantau hanya salah satu cara untuk mencari tujuan. Para migran di rantau diharapkan menemukan identitas sendiri, dalam menghadapi pelbagai kebudayaan dan susunan sosial lain. Para perantau dari Minangkabau biasanya lebih menyadari akan pentingnya kerukunan, senasib, dan sepenanggungan, dibanding mereka yang berada di kampung halaman Mochtar Naim 1984:3. Migrasi orang Minangkabau ke Sumatera Timur Sumatera Utara sekarang, baharu mulai pada akhir abad kesembilan belas, ketika perkebunan-perkebunan besar asing mulai dibuka Mochtar Naim 1984:97. Kebanyakan mereka bukan bekerja sebagai buruh perkebunan, melainkan menjajakan barang dagangannya dari perkebunan yang satu ke perkebunan yang lain, atau menetap di kota-kota di Sumatera Timur untuk berdagang. Sesudah Revolusi Kemerdekaan berakhir, arus Universitas Sumatera Utara 104 migrasi orang Minangkabau bertambah dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya. Terutama sewaktu berlangsungnya pemberontakan PRRI Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia terjadi arus migrasi yang paling besar Mochtar Naim 1984:97. Dalam konteks ini, ibundanya Zul Alinur merantau ke wilayah Deli pada pertengahan abad kedua puluh dan berjodoh dengan ayahnya seorang Melayu dari Batubara. Kawasan Batubara ini sendiri sejak awal menjadi daerah baru orang-orang Minangkabau sejak zaman Pagarruyung. Bahkan nama-nama kawasan di Batubara juga memperuat adanya hubungan dengan Minangkabau, seperti Kota Lima Puluh, Lima Laras, Luhak, dan lain-lainnya. Jika kita lihat jenis pekerjaan perantau Minangkabau, yang dominan adalah pedagang eceran sampai grosir, usaha penjahitan, rumah makan Minangkabau Melayu, menjajakan sate Padang, industri kerajinan pakaian jadi; yang bersaing dengan orang Tionghoa atau menggantikan kedudukan orang Cina yang sudah naik tingkat ekonominya. Selain pekerjaan-pekerjaan itu, usaha percetakan, usaha penerbitan, tokoh buku, toko alat tulis, dan bidang kewartawanan ditangani oleh orang Minangkabau dalam persentase yang lebih tinggi, terutama sebelum perang kemerdekaan. Pegawai tinggi, guru-guru sekolah, dosen, serta mahasiswa di Sumatera Utara banyak daripada Sumatera Barat. Oleh kerana perkembangan pendidikan di Sumatera Barat mendahului daerah Sumatera Timur di bawah pemerintahan Hindia-Belanda, maka para migran Sumatera Barat diterima di kantor-kantor pemerintah atau usaha-usaha swasta sebagai pegawai, guru, juru tulis, ahli mesin, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 105 Dalam pergerakan kebangsaan nasionalisme, orang Minangkabau memainkan peranan penting di rantau. Hal ini kerana mereka tinggi kesedarannya atas agama Islam dan giat menggabungkan diri ke dalam organisasi sosial dan partai politik yang progresif, terutama di Muhammadiyah dan Masyumi. Kini berubah ke dalam Partai Amanat Nasional atau Partai Matahari Bangsa. Para perantau Minangkabau di Sumatera Timur berkelompok pula menurut tempat asalnya seperti sekampung, seluhak seperti wilayah Pariaman, Maninjau, Batu Sangkar, Pasaman, dan lain-lain. Bertujuan demi menanggulangi masalah yang bersangkutan dengan kerukunan dan adat mereka. Orang-orang Minangkabau dan Melayu sejak awalnya juga sadar tentang persamaan-persamaan budaya mereka. Daerah Negeri Sembilan di Semenanjung Malaysia termasuk ke dalam daerah rantau Minangkabau. Bekas Yang di-Pertuan Agong Malaysia, Tuanku Zafarsyah, adalah keturunan Minangkabau. Tidak jarang pula orang Minangkabau menyebutkan dirinya sebagai Melayu Minangkabau. Diperkirakan orang-orang Melayu Deli, Serdang, dan Langkat berasal dari pembauran etnik Minangkabau serta Johor Ratna 1990:45. Bukti lain adanya hubungan di antara Minangkabau dengan Melayu Sumatera Utara ini dapat dilihat dari dialek yang dipergunakan oleh masyarakat Melayu di Asahan dan Batubara Sumatera Utara mirip dengan bahasa Minangkabau. Selain itu nama-nama tempat di Batubara dan Asahan ada yang sama dengan nama-nama tempat di Minangkabau, seperti Lima Laras, Pesisir, dan Kota Lima Puluh. Universitas Sumatera Utara 106 Para seniman dan intelektual tari tradisi dan garapan baru Melayu Sumatera Timur banyak juga yang berasal dari etnik Minangkabau, seperti Dra. Dilinar Adlin, Syainul Irwan, S.H., M.Si.; Yusnizar Heniwaty, SST., M.Hum.; Arifni Netriroza, SST., M.A.; dan lainnya. Bahkan seorang pengusaha Minangkabau di Medan, yang mengelola Hotel Garuda Plaza di Jalan Si Singamangaraja, memasukkan musik ronggeng sebagai salah satu acara hiburannya. Lagu dari Minangkabau yang populer bagi masyarakat Sumatera Utara, yang dipergunakan pada seni ronggeng Melayu adalah lagu Haji Lahore dan Babendi-bendi. Dengan demikian terjadi hubungan budaya dan darah anara etnik Melayu di Sumatera Utara dengan etnik Minangkabau, terutama mereka yang telah tinggal dan menetap di kawasan ini, dan kemudian menyerap dan menggunakan budaya Melayu Sumatera Utara. Termasuk di antaranya Zul Alinur yang secara keturunan berdarah Minangkabau dan Melayu sekali gus. Universitas Sumatera Utara 107

BAB III GAMBARAN UMUM ZAPIN DI DUNIA ISLAM

DAN DI ALAM MELAYU

3.1 Zapin sebagai Kreativitas Seni Melayu

Etnik Melayu adalah etnik yang kreatif dalam menerima dan mengelola berbagai unsur kebudayaan luar. Kebudayaan luar ini kemudian diadun sesuai dengan keperluan peradaban Melayu sendiri. Ini merupakan bahagian dari proses akulturasi yang dinamis. Selain itu, masyarakat Melayu juga inovatif dan kreatif dalam mengelola kebudayaannya berdasarkan kemampuan yang datangnya dari dalam kebudayaan Melayu itu sendiri. Proses ini dalam kajian antropologis lazim disebut dengan inovasi. Melayu menjadi pelopor utama proses akulturasi dan inovasi budaya. Bahasa Melayu telah lama dijadikan sebagai lingua franca bahasa pengantar dalam