2.3. Tata Pemukiman Pemukiman warga Desa Singa ini tergolong mengelompok dan cukup padat.
Sebagian besar rumah-rumah warga berdempetan antara satu dinding rumah dengan dinding rumah lainnya. Satu rumah dengan rumah lainnya tidak teratur
tata letak bangunannya, dapur yang satu menghadap pekarangan atau halaman depan rumah lainnya. Hanya beberapa rumah yang mempunyai pekarangan.
Keteraturan tata letak rumah hanya terdapat di sepanjang jalan utara desa yang saling berhadapan diantara oleh jalan besar desa. Pada lapisan berikutnya barulah
terlihat ketidakteraturan dalam tata letak rumah warga. Jumlah rumah warga di Desa Singa sekitar 550 unit saat ini rumah-
rumah tersebut terbuat dari bangunan sangat sederhana, semi permanen dan permanen. Dari hasil pengamatan dan desa setempat, jumlah rumah yang
permanen sekitar 60 dari semua rumah yang ada, rumah papan sekitar 40 dan sisanya merupakan rumah sangat sederhana yang hanya berdinding papan dan
lantai tanah. Rumah yang sudah termasuk kategori cukup mewah permanen ini banyak terlihat di sisi kiri kanan jalan besar desa. Rumah permanen ini rata-rata
dilengkapi parabola dan peralatan rumah tangga elektronik. Sementara rumah semi permanen atau rumah sangat sederhana berada di lapisan berikutnya dari
rumah permanen tersebut.
2.4. Sampah, Drainase dan Sanitasi parit dan saluran air umum
Tempat pembuangan sampah masing-masing rumah dibuat di sembarang tempat dan hanya berupa lubang dengan kedalaman 1 meter. Pada
waktu hujan sampahnya terbawa air kemana-mana, sementara pada musim kemarau sampahnya juga terbang dibawa angin. Kondisi ini juga masih ditambah
dengan tidak adanya parit desa. Parit yang semula ada dipinggir jalan besar desa digunakan warga untuk menumpuk sampah mereka, sehingga parit tersebut telah
tertutup oleh sampah dan timbunan tanah. Tanah ini ikut tersapu dari halaman ketika warga menyapu sampah yang ada didalam halaman mereka. Ketika musim
penghujan tiba, badan jalan sering tergenang yang berasal dari genangan air parit yang telah tertutup sampah. Hal ini mengakibatkan jalanan licin dan terkadang
dipenuhi sampah yang berasal dari parit yang sudah penuh sampah.
2.5. Sarana dan Prasarana Desa
Sarana umum yang tersedia di Desa Singa meliputi sarana pendidikan yaitu sebuah Sekolah Dasar SD Negeri Belanjang dan sebuah Sekolah Lan jutan
Tingkat Pertama SLTP Negeri III Tigapanah; Sarana kesehatan yaitu sebuah Puskesmas Pembantu dan dua buah Praktek Bidan Desa; Sarana ibadah yaitu dua
buah Greja dan sebuah Mushola; Sarana umum lainya berupa dua buah Balai Desa dan sebuah tempat permandian umum atau tapin.
Sarana pendidikan yang cukup memadai, telah berdiri sejak tahun 1991, sementara SLTP nya baru berdiri sekitar 1998 lalu. Pada umumnya anak-anak
warga desa ini bersekolah di SD Belanjang, namun ketika memasuki jenjang SLTP kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk melanjutkan sekolah di
Kabanjahe yang dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dari desa dengan menggunakan angkutan umum. Mereka yang menjadi siswa SLTP di desa ini
bukan hanya berasal dari Desa Singa saja, namun ada juga yang berasal dari desa- desa yang berbatasan langsung dengan desa ini, misalnya dari Desa Kacinambun,
Kutambelin Lausimomo. Puskesmas pembantu yang berada di desa ini juga sekaligus berfungsi
sebagai BKIA dan Posyandu desa. Puskesmas ini juga menyediakan layanan rawat inap bagi para pasien. Perawat dan bidan yang bertugas di puskesmas ini
juga bersedia dipanggil kerumah-rumah penduduk kalau saja ada warga yang sakit dan tidak sanggup datang ke puskesmas. Tidak jarang perawat dan bidan
puskesmas ini tetap mengunjungi pasien kerumah masing-masing melihat perkembangan kesehatannya sampai si pasien benar-benar sembuh sakitnya.
Keberadaan puskesmas ini sangat membantu menjaga kesehatan dan memberikan penyuluhan kesehatan bagi para warga desa. Meskipun sebagai bangunan
puskesmas digunakan sebagai tempat tinggal sang bidan dan perawat, namun itu tidak menggangu pasien, malah sebaliknya memberikan suasana kekeluargaan
ketika seorang pasien datang berobat.lihat lampiran 2 Di desa ini terdapat dua gereja, Greja Batak Karo Protestan GBKP dan
Greja katolik, sementara ada juga sarana ibadah bagi umat muslim yaitu sebuah mushola. Letak ketiga rumah ibadah ini lumayan berjauhan, sekitar 500 meter.
Ketiga rumah ibadah tersebut ada di Kesain Mbelang. Sebagian besar sarana umum yang ada di Desa Singa ini berada di Kesain Mbelang, seperti sekolah,
rumah ibadah dan juga puskesmas. Pemandian umum atau yang disebut Tapin oleh masyarakat Karo. Tapin
ini merupakan pancuran air yang berasal dari mata air desa. Sampai tahun 1995
ada 3 tiga tapin yang artinya melimpah dan tidak berhenti sepenjang hari, namun saat ini yang berfungsi hanya satu, walau airnya masih jernih, namun debit airnya
sangat jauh berkurang. Ketiga tapin itu bernama Tapin Derin di Desain Durin yang memiliki sebuah pancura air, Tapin Bernek di Desain Mbelang yang
memiliki 2 dua pancuran air dan Tapin Lau Kersik di Desain Mbelang yang memiliki Sembilan buah pancuran air. Saat tapin yang masih berfungsi adalah
Tapin Durin. Sarana umum tersebut sebagian besar milik pemerintah. Bangunan
sekolah, puskesmas dan balai desa merupakan sarana umum yang menjadi milik pemerintah yang dikelolah oleh masyarakat untuk kepentingan umum. Sementara
prraktek bidan desa adalah milik bidan yang bersangkutan dengan izin praktek dari pemerintah. Sarana ibadah merupakan bangunan yang didirikan oleh warga
penganut agama masing-masing dan dikelola oleh anggota rumah ibadah tersebut. Tapin atau tempat pemandian umum tapin Durin merupakan milik bersama
warga desa dan dikelolah oleh warga desa.
Tabel.2.1. Sarana dan Prasarana Desa
No Prasarana
Keterangan Jumlah
Kondisi AdaTidak
Unit BaikRusak
1 TK
Tidak -
- 2
SD Ada
1 Baik
3 SLTP Mts
Ada 1
Baik 4
SLTA Tidak
- -
5 UniversitasAkademi
Tidak -
- 6
Gereja Ada
4 Baik
7 Mesjid
Tidak -
- 8
Pemandian Umum Ada
1 Baik
9 Puskesmas
Ada 1
Baik
Sumber : Data Potensi Desa Kantor Kepala Desa Singa tahun 2010
Sarana komunikasi juga sangat berkembang di desa ini, hal ini terlihat dari jumlah pengguna HP telepon genggam sebagai alat komunikasi.
Keberadaan HP bukan lagi menjadi barang yang langka bagi mereka, dari keterangan warga desa, hampir 75 orang dewasa di desa ini telah memiliki HP
dan menggunakannya sebagai alat komunikasi. Meskipun belum ada layanan telepon rumah yang masuk ke desa ini, namun warga mengaku lebih senang
dengan penggunaan HP di kalangan warga, wartel warung telepon merupakan satu-satunya alat komunikasi jarak jauh yang cepat bagi warga, namun saat ini
pemilik wartel mengaku pengguna jasa layanan warung telepon umum semakin berkurang. Disamping sarana komunikasi satu arah seperti televisi, dan banyak
juga telah menggunakan antena parabola untuk menangkap siaran yang lebih beragam. Hal ini sangat berpengaruh pada informasi yang diterima oleh
masyarakat terutama anak remaja. Bagi mereka yang tidak memiliki televisi, dapa malam hari mereka menumpang menonton televise dirumah tetangga sembaro
mengombrol sampai larut malam. Hal ini juga dilakukan oleh anak remaja yang menunpang menonton televise di rumah teman sebayanya sembari mengerjakan
tugas-tugas sekolahnya.
2.6. Tata Ruang Hutan