Sistem lelang Penjualan Hasil Produksi

kepada petani jeruknya. Setelah melakukan komunikasi antara agen rimo dan petani jeruk maka terjadilah tawar menawar antara petani jeruk dan agen rimo sampai mendapat kesepakatan kedua belah pihak. Kata sepakat yang sudah dibicarakan, maka tokeh rimo atau agen rimo menentukan kapan buah jeruk yang sudah dipanjar untuk menunjukan keseriusan pemborong untuk membelinya. Uang panjar diberikan tokeh rimo kepada petani biasa sekitar Rp.500.000 – Rp.3.000.000. Dalam kesepakatan antara pemborong dan petani jeruk dalam menentukan biaya oprasional, pada umumnya aron yang bekerja memetik buah jeruk dilimpahkan kepada petani jeruk. Dalam biaya keranjang serta biaya oprasional transportasi dari ladang ke gudang tokeh rimo sepenuhnya tanggung jawab pemborong. Pada hari yang sudah disepakati untuk panen buah jeruk, petani bekerja untuk memetik buah bersama aron yang sudah disiapkan sebelumnya. Disela-sela rutinitas petani dalam memetik buah jeruk, pemborong dan penyusun buah datang membawa keranjang yang sudah diperseiapkan. Buah yang sudah dikeranjangkan akan ditimbang dengan memanggil salah satu keluarga petani jeruk untuk melihat jumlah berat buah jeruknya sampai siap dan melakukan transaksi uang.

3.4.3. Sistem lelang

Dalam penjualan hasil produksi jeruk dengan sistem lelang, dimana pemborong dan petani jeruk melakukan penafsiran dengan tolak ukur harga dan banyaknya jumlah buah jeruk yang bisa dipanen. Dalam kondisi ini, petani jeruk Desa Singa menganggap sebagai ibarat judi, karena untung rugi tergantung ketepatan penafsiran petani jeruk dan pemborong. Bila buah jeruk lebih sedikit dari jumlah penafsiran petani jeruk, maka keuntungan yang didapat petani akan lebih banyak dan pemborong mengalami kerugian. Akan tetapi, bila penafsiran petani jeruk buah jeruk lebih banyak dari penafsiranya, maka petani jeruk mengalami kerugian dan pemborong mendapat untung yang banyak. Melihat kondisi seperti ini, saluran distribusi hasil buah jeruk petani di Desa Singa sangatlah jarang terjadi. Menurut pandangan petani jeruk, hal seperti ini akan merugikan petani dari sisi perkembangan tanaman jeruknya. Karena dalam saluran distribusi ini pemborong bertanggung jawab penuh dari pemetikan buah sampai penyusunan. Hal yang merugikan bagi petani adalah dimana kegiatan pemetikan buah dilakukan oleh pihak pemborong dengan menggunakan jasa buruh yang pemetikanya menurut petani dengan asal-asal. Hal demikian sangat merugikan bagi perkembangan tanaman jeruk, karena dalam pemetikanya buruh yang bekerja memetik buah jeruk tidak memerhatikan daun muda dan bunga yang banyak berjatuhan Gambar.3.5. Analisa Saluran Penjualan Hasil Panen Jeruk Desa Singa PRODUSEN Petani Jeruk Desa Singa Dijual sendiri Diborong Dilelang Pengumpul kecil di pasar Tokeh jeruk KONSUMEN AKHIR Agen rimo

BAB IV PENGETAHUAN PETANI JERUK DALAM PENGOLAHAN DAN

PENGGUNAAN PUPUK

4.1. Konsep Pupuk

Dalam kehidupan masyarakat petani jeruk di Desa Singa, mereka mendefenisikan pupuk sebagai suatu bahan yang digunakan untuk menyuburkan tanah, meningkatkan perkembangan produksi tanaman jeruk mereka. Pemahaman petani jeruk terhadap pupuk sebagai bahan penyubur tanah juga diartikan berupa bahan kimia atau bahan organik yang membantu proses kesuburan tanah perkembangan tanaman, Seperti kata Pak Pekan Perangin-angin : “maka ikataken pupuk ia me bahan erbahansa subur taneh ras erbuah rimo’ Bila dikatakan pupuk adalah suatu bahan yang membuat tanah menjadi subur dan jeruk berbuah.” Bahan yang dimaksud petani adalah segala jenis pupuk kimia dan pupuk organik, seperti : limbah hewan, limbah pertanian, maupun rumputan liar. Pandangan petani jeruk Desa Singa tidak hanya memahami pupuk sebagai bahan kimia yang membantu kesuburan dan perkembangan tanaman, akan tetapi petani jeruk memandang pupuk sama halnya dengan manusia yang hidup dari alam sekitar dan bertahan hidup dengan makanan. Menurut beberapa petani jeruk, pupuk dipahami sebagai suatu zat atau apa-apa saja yang diberikan kepada pohon jeruk selain pestisida yang dianalogikan sebagai makanan bagi tanaman yang membantu proses perkembangan tanaman, seperti yang diungkapkan oleh Pak Sugatman Purba bahwa :