Desa Singa memiliki dua jambur, yang pertama berada di Kesain Durin yang disebut Jambur Kesain Durin dan yang kedua berada di Kesain Mbelang
yang disebut Jambur Kesain Mbelang. Dari segi usia, jambur Kesain Mbelang jauh lebih tua dari jambur yang satunya. Jambur Kesain Mbelang usianya hampir
sama dengan usia desa ini yaitu sekitar 250 tahun.
30
Desa Singa berpenduduk sekitar 2193 jiwa, dengan perincian laki-laki 731 jiwa dan perempuan 1462 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sekitar 540.
Penduduk desa ini hampir sebagian besar menganut agama Kristen 93, dan mayoritas yang tinggal di sesa ini adalah orang Karo 95. Mereka yang menjadi
warga pendatang kalak si reh adalah orang Batak Toba 2, Jawa 2, sementara sisanya adalah orang Simalungun dan Nias.
Masyarakat desa percaya bahwa pemukiman warga Desa Singa ini berawal dari daerah sekitar jambur.
Sementara jambur Kesain Durin baru didirikan sekitar tahun 1976.
II.1.3. Keadaan Penduduk
31
Kebanyakan kelompok pendatang ini dikarenakan mereka yang menikah dengan salah satu warga dan
menetap di Desa Singa dan sebagian kecil pendatang ini awalnya datang untuk bekerja sabagai aron
32
30
Namun jambur ini telah mengalami beberapa kali perbaikan dan sudah tidak ada yang tahu bagaimana beberapa asli dulu dari jambur ini.
31
Data potensi desa singa, 2010
32
Orang yang bekerja sebagai buruh harian di perladangan penduduk
. Para pendatang ini biasa disebut sebagai warga desa setempat, jika telah menetap lebih dari tiga tahun di desa dan telah meminta izin
untuk tinggal di Desa Singa pada aparat desa setempat. Pendatang yang kemudian menetap di desa ini juga biasanya memiliki keluarga angkat berdasarkan
kesamaan marga
33
Masuknya pendatang ke desa ini sekitar tahun 1950-an dari kalangan suku Toba dan Simalungun.
. Setelah syah menjadi keluarga angkat, pendatang ini akan selalu terlibat dalam acara-acara adat atau acara keluarga dari keluarga angkatnya
tersebut. Hal ini lazim terjadi untuk menjadi kebersamaan pendatang dengan warga Desa Singa.
34
Pendatang ini biasanya menyewa salah satu rumah penduduk dan ditempati beramai-ramai, baik yang sudah berkeluarga maupun
yang belum berkeluarga. Dalam satu rumah biasa dihuni oleh sekitar 7-10 orang dan terdiri dari 2-3 keluarga nuclear family. Pendatang ini tidak hanya menerima
panggilan bekerja oleh warga Desa Singa semata, melainkan juga dari desa-desa tetangga lainnya. Biasanya perjalanan aron dari desa ini menuju desa lain sudah
menjadi tanggungan dari pemilik ladang.
35
Dari segi tingkat pendidikan sebagian penduduk masih ada yang belum tamat SD 208 jiwa, tamatan SD 800 jiwa terutama para orang tuanya. Sebagian
Etnis lain yang menetap di desa ini adalah Jawa. Mereka datang hampir bersama dengan kedatangan pendatang dari etnis Batak Toba, namun dengan
tujuan yang berbeda. Orang-orang Jawa ini masuk ke desa sebagai buruh tani dan untuk berdagang, seperti membuka warung nasi atau hanya membuka warung
kecil yang menjual mie atau pisang goring. Orang Jawa ini datang bersama keluarganya, mereka mengontrak rumah dan membuka warung.
33
Kesamaan marga dimaksudkan disini mereka memiliki marga yang sama, misalnya sama-sama bermarga Ginting.
34
Mereka ini biasanya pendatang dari Samosir dan desa-desa Kecamatan Merek dan desa-desa yang berada disepanjang tepi Danau Toba.
35
Informasi diproleh dari Sintua Kuta. Sintua kuta adalah orang yang dituakan di desa atau sama dengan pengetua adat yang tahu banyak tentang asal usul desa juga adat Karo.
tamatan SLTP 698 jiwa dan tamat SMU 500 jiwa. Setamat SLTP atau SMU kebanyakan anak lebih mencari pekerjaan diluar desa atau menjadi aron
kelompok kerja yang bekerja sebagai upahan dari pada melanjutkan sekolah. Anak-anak yang berhasil mencapai gelar sarjana biasanya mereka yang berasal
dari keluarga cukup berada, yaitu sekitar 82 jiwa.
36
Sebagian kecil warga berwiraswasta dalam bidang perdagangan hasil bumi, baik untuk tingkal lokal maupun tingkat Nasional. Di tingkat lokal,
perdangan hanya dilakukan dalam wilayah desa hinga Kota Kecamatan Tigapanah, Kabanjahe dan Berastagi. Perdagangan pada tingkat lokal ini
kebanyak dilakukan oleh kaum perempuan yang disebut perkoper dan perengge- rengge. Di tingkat propinsi, perdagangan dilakukan di kota-kota besar di Sumatera
Utara, terutama di empat kota besar yaitu Kota Medan, Rantau Parapat, Siantar, Matapencaharian utama desa singa merupakan bertani, dimana 87 warga
desa merupakan petani. Sisanya bekerja sebagai PNS 2.8, wiraswasta 8.1, juga jenis pekerjaan lain sebanyak 3. Meskipun matapencaharian pokok
seseorang buka bertani, namun mereka semua memiliki lahan pertanian yang dikerjakan sepulang mereka bekerja sebagai PNS misalnya. Jadi, meskipun
mereka disebut PNS mereka juga sebagai petani. Sebagai matapencaharian tambahan, warga desa memiliki hewan peliharaan, antara lain; babi, kambing,
kerbau, lembu dan ayam. Hewan hasil peliharaan ini hanya untuk kebutuhan subsistensi atau hanya untuk memelihara kebutuhan keluarga dan acara-acara
kecil dalam keluarga.
36
Data potensi desa singa, 2010
juga Sidikalang.
37
Tanah yang ada di Desa Singa memiliki tekstur yang subur. Jenis tanah di
Desa Singa tidak jauh berbeda dengan jenis tanah di Tanah Karo, yaitu gembur dan berwarna hitam. Jenis tanah ini sangat cocok untuk lahan pertanian.
Untuk perdangan skala Nasional antar pulau, tujuan adalah Pulau Jawa, terutama Jakarta dan Bandung.
II.1.4. Topografi Desa