Tata Ruang Pertanian PENDAHULUAN

Kabanjahe. Hutan atau kerangen-kerangen tersebut merupakan kerangen kuta, yaitu hutan yang merupakan milik desa dan dapat digunakan oleh seluruh warga desa dengan izin anak beru kuta. 43 Luas areal pertanian secara keseluruhan sekitar 100 Ha, dalam bahasa Karo, areal perladangan ini disebut perjumaan. Ada beberapa nama areal Kerangen Lengat adalah hutan yang paling jarang dimasuki oleh masyarakat, karena letaknya yang cukup jauh dari wilayah pemukiman sekitar 2,5 Km dari pemukiman. Hal ini membuat ekosistem hutannya masih cukup terjaga, masih banyak dijumpai pohon-pohon besar berusia tua, ada juga pohon pinus, pohon durian dan kemiri serta pohon lain dengan diameter sekitar 1-1,3 meter. Selain itu, semak belukar yang memenuhi areal hutan juga membuat kita harus menebas beberapa diantaranya kalau hendak masuk ke dalam hutan. Kerangen Rabin yang berada di Kesain Durin merupakan kerangen kuta walaupun tempatnya di kesain, hutan ini bukan kerangen kesain. Hutan ini selain dekat dengan pemukiman juga dekat dengan areal perladangan, sehingga tidak sulit untuk mengaksesnya. Kerangen Belanjang yang terletak di pinggir sungai Lau Kersik merupakan hutan yang paling sering dimasuki baik oleh orang dewasa sampai anak-anak. Di pinggir hutan ini telah dibangun sarana pendidikan yaitu SD Belanjang dan SLTP Negeri 3 Tigapanah.

2.7. Tata Ruang Pertanian

43 Anak atau keturunan dari saudara perempuan simantek kuta pertanian yang dibuat warga desa, misalnya perjumaan siikur-ikur, perjumaan lengat dan juma berneh. Penamaan seperti ini lazim dibuat untuk memudahkan seseorang member keterangan letak dari ladangnya. Areal pertanian dapat dijumpai ketika memasuki desa. Sepanjang jalan sebelum masuk ke wilayah pemukiman, dijumpai ladang penduduk yang ditanam jeruk, cabai juga kol. Setelah itu jalan menuju Lausimomo, yang berbatasan dengan Desa Singa pada sebelah Barat juga merupakan areal perladangan warga Desa Singa. Sementara itu perjumaan siikur-ikur berada di pinggir sungai Lau Kersik. Juma berneh berada tidak jauh dari areal Kerangen Belanjang, yaitu juga berbatasan dengan Desa Kutambelin. Dan perjumaan lengat merupakan perladangan yang menuju areal Kerangen Lengat. Berdasarkan jumlah kepala keluarga Desa Singa, lahan pertanian di desa ini sangat terbatas. Hal ini ditandai perbandingan 100 Ha total luas area pertanian dengan 540 kk penduduk Desa Singa. Jumlah petani murni diperkirakan 300 kk, 100 kk PNS sekaligus merangkap sebagai petani, 100 kk pedagang merangkap sebagai petani, dan 40 kk bekerja sebagai aron dan supir yang merangkap sebagai petani. Dengan data ini, bila total luas area pertanian dibagi rata dengan jumlah kepala keluarga maka setiap kepala keluarga tidak memiliki ½ Ha pun dalam kegiatan pertaniannya. Akan tetapi, setiap petani memiliki jumlah luas lahan yang berbeda. Bahkan sebagian petani tidak memiliki lahan pertanian dan menyewa lahan untuk kegiatan pertanianya. Rata-rata luas lahan petani yang memiliki lahan pertanian sekitar ½-1 Hakk. Namun, mengingat sempitnya perluasan area pertanian di Desa Singa membuat petani harus membeli lahan pertanianya di desa tetangga, seperti desa Kutambelin, Lausimomo, dan Bunuraya. Tanaman yang paling banyak ditanam oleh warga desa adalah jeruk, hampir sebagian besar warga yang memiliki lahan pertanian sendiri menanam jeruk pada sebagian lahannya, sementara dibawah jeruk tersebut ditanam jenis tanaman muda seperti cabai, kacang-kacangan dan tanaman lain yang dianggap tidak merusak pohon jeruk. Biasanya kalau lahan milik mereka ada 2-3 Ha, 75 ditanami jeruk dan sisannya mereka Tanami tanaman paliwija yang sesuai musim yang ada. Pada musim kemarau para petani kebanyakan menanam jagung dan padi ladang yang tidak membutuhkan banyak air. Sedangkan pada musim-musim penghujan mereka menanam cabai, kol, kacang-kacangan dan tomat yang memang membutuhkan banyak air terutama pada musim awal. Pada akhir hujan, warga menanam padi ladang atau jagung dan cabai bersamaan. Dan pada musim panen, limbah padi ladang dan jagung akan di ambil untuk di olah menajdi pupuk organik untuk tanaman jeruk.Untuk memenuhi kebutuhyan masyarakat akan air, sejak dahulu masyarakat mengandalkan air dari mata air desa yang mengalir dari pancuran di tapin pemandian umum. Tapin Lau Kersik adalah tapin yang paling besar debit airnya dengan jumlah pancuran sebanyak Sembilan buah, selain airnya juga jernih, tempat warga untuk mandi dan mencuci juga cukup luas, sehingga tapin ini selalu ramai. Mata air yang mengairi tapin-tapin ini berasal dari hutan kkerangen kuta. Tapin Lau Kersik berada di pinggir Hutan Belanjang dan disampingnya terdapat aliran sungai lau Kersik. Tapin Berneh yang letaknya tidak jauh dari tapin Lau kersik, dan juga dilewati oleh aliran sungai Lau Kersik. Tapin Durin yang berada di kesain Durin, airnya berasal dari mata air Kerangen Belanjang Lau Kersik. Sumber mata air dari ketiga tapin ini adalaah dari Kerangen Belanjang dan aliran sungai Lau Kersik. Karena penebangan pohon yang berlebihan pada Kerangen Belanjang, kini hanya tinggal satu mata air yang bertahan, itupun airnya sudah terbatas.

2.8. Kelembagaan di Desa Singa