Sumber Daya Manusia Personil
Petugas gudang farmasi RS Mulya bekerja hari Senin hingga Jumat mulai pukul 09.00 hingga pukul 18.00. Namun jadwal kerja
tersebut tidak mutlak dan bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pelayanan gudang atau sesuai dengan kebutuhan petugas gudang. Hal
ini dikarenakan petugas gudang farmasi yang saat ini sedang melanjutkan kuliahnya, sehingga jam kerjanya disesuaikan dengan
waktu kuliah petugas. Jam kerja ini dinilai masih kurang ideal karena menurut informan idealnya jam kerja petugas gudang dibagi menjadi 2
shift, yaitu shift pagi 07.00-14.00 dan shift siang 14.00-08.00. Sebagaimana yang diungkapkan informan sebagai berikut.
“ Karena harusnya 2 shift dijadiin satu shift ya jadi sebenernya jam kerjanya juga kurang idel ya dari jam 9 sampai jam 6 tapikan kita
menyesuaikan sama kebutuhan pelayanannya jadi dia dimasukan dijam middle.
” GF-2
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, petugas gudang sering keluar ruangan dan menunda pekerjaannya di gudang. Ini
biasanya terjadi saat petugas mendapatkan panggilan tugas tambahan dari unit apotek untuk membantu pelayanan di unit tersebut, atau
biasanya karena petugas merasa lelah sehingga malas melanjutkan pekerjaan tambahan yang terlalu banyak diberikan padanya. Petugas
gudang farmasi memang sering diberikan tugas tambahan oleh Kepala Instalasi Farmasi untuk membantu tugasnya atau membantu tugas
pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi, sebagaimana pernyataan berikut.
“ ..memang kebutuhannya dan memang belum ada personil yang betul- betul bisa bekerja untuk tidak double job..
” GF-2
Akibatnya, tugas-tugas di gudang farmasi yang seharusnya bisa diselesaikan dengan segera menjadi tertunda. Misalnya penerimaan obat
dan penyusunan barang ke lemari penyimpanan. Selain tugas petugas gudang yang tidak dapat selesai dengan segera, tugas tambahan yang
diberikan kepada petugas gudang farmasi juga tidak terselesaikan secara tepat waktu.
Kesesuaian antara pengetahuan dan keterampilan petugas gudang dalam melaksanakan tugas penyimpanan obat juga sudah cukup
sesuai meskipun terkadang masih perlu dibantu oleh kepala instalasi farmasi dalam melaksanakan penyimpanan obat. Ini sesuai dengan
pernyataan berikut.
“Emm… udah standart sih sebenernya karena dia lulusan farmasi jadi pengetahuan sama keterampilannya lumayan tapi ya gitu tetep aja
masih belajar sambil berjalannya pekerjaan
” GF-2
Meskipun SDM yang ada saat ini sudah dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup baik dalam menunjang
pekerjaannya yaitu dalam hal penyimpanan obat, namun kedua informan masih merasa perlu diadakan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan petugas. Seperti pelatihan mengenai alur penyimpanan obat di gudang dan cara pencegahan obat kadaluarsa di
gudang farmasi. Sebagaimana pernyataan informan berikut.
“ Iya harusnya sih iya, soalnya belum pernah juga diadain pelatihan kaya gitu.
…kaya pelatihan tentang alur digudang gitu kali ya, harusnya gimana dan seperti apa. Terus tentang job deskripsinya tu kan
kalo aku yah sekarang masih simpang siur juga gitu kan
” GF-1
“Ya saya sih maunya juga gitu ya, diadakan pelatihan. …tentang sistem penyimpanan itu yang paling dibutuhin banget. Sama terus kalo
digudang tuh pengecekan expired gitu ya sama cara penyimpanan obat yang baik itu seperti apa. Kalo ada cara itu lebih bagus ya perlu untuk
diterangin
” GF-2.
Berdasarkan penjabaran diatas diketahui bahwa jumlah SDM gudang farmasi yang terdapat di gudang farmasi rumah sakit Mulya saat
ini jika dibandingkan dengan pedoman pengelolaan gudang farmasi yang dibuat oleh Departemen Kesehatan 1996 jumlahnya masih belum
sesuai dengan ketentuan. Hal ini dikarenakan menurut pedoman penyimpanan Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010
SDM yang harus tersedia di gudang farmasi rumah sakit minimal terdiri dari satu orang atasan kepala gudang, satu orang kepala gudang, satu
orang pengurus barang dan satu orang pelaksana. Hal ini juga dirasakan oleh para informan yang menyebutkan bahwa jumlah sumber daya
manusia yang ada saat ini belum mencukupi untuk kegiatan pelaksanaan penyimpanan di gudang farmasi.
Kedisiplinan petugas gudang dalam melaksanakan tugasnya juga masih belum sesuai dengan ketentuan dalam pedoman penyimpanan
obat yang dibuat oleh Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, karena petugas gudang masih belum melaksanakan
tugasnya sesuai dengan SOP yang berlaku. Sementara itu, dalam pedoman penyimpanan obat milik Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan disebutkan bahwa petugas gudang harus melaksanakan setiap kegiatan penyimpanan sesuai dengan SOP yang berlaku. Namun
demikian, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petugas gudang sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam pedoman
penyimpanan obat milik Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, karena latar belakang pendidikan yang dimiliki petugas
gudang farmasi adalah SMF atau sekolah menengah farmasi.