Pengaturan Tata Letak Ruang
kesulitan dalam pencarian obat saat dibutuhkan dan saat terjadi selisih jumlah obat petugas mengalami kesulitan dalam mendeteksi selisih
tersebut. Padahal, penggunaan kartu stok dapat memudahkan petugas dalam melakukan pencatatan terhadap obat-obatan yang masuk dan
keluar. Penggunaan kartu stok juga dapat meminimalisir kesalahan dalam pencatatan stok obat gudang Depkes, 1996.
Obat-obatan jenis narkotika dan psikotropika sudah disimpan dan diletakkan di tempat terpisah dengan jenis obat lainnya.
Penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dilakukan di lemari khusus penyimpanan obat. Seharusnya, lemari penyimpanan narkotik dan
psikotropika dikunci setiap saat, meskipun sudah dilakukan di lemari penyimpanan khusus. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
penyalah gunaan penerimaan obat dan pelaporan ke dinas kesehatan kota Tangerang Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2010.
Untuk obat-obatan yang tidak muat diletakkan di rak atau lemari penyimpanan, petugas gudang membiarkan obat disimpan didalam
kardus tanpa dilengkapi dengan keterangan obat nama, jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsa dan diletakkan langsung pada lantai. Padahal
dalam pedoman yang dibuat oleh Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, disebutkan bahwa penggunaaan pallet sangat
dianjurkan sebelum barang diletakkan pada lantai, tujuannya adalah agar obat terhindar dari kerusakan.
Sistem penyimpanan obat yang dilakukan digudang farmasi berdasarkan standar operasional prosedur yang berlaku di RS Mulya
menggunakan sistem penyimpanan FIFO dan FEFO. Namun, pada saat
pelaksanaannya petugas gudang farmasi belum menerapkan sistem penyimpanan FIFO dan FEFO. Petugas gudang menyusun obat yang
baru datang ditempat yang mereka sukai. Hal ini terjadi karena petugas gudang farmasi menganggap bahwa antara barang yang baru datang
dengan barang yang masih tersisa digudang farmasi tanggal kadaluarsanya sama jadi tidak perlu lagi disusun berdasarkan FIFO atau
FEFO. Dan ini juga yang menyebabkan obat kadaluarsa terlambat dideteksi sehingga tidak dapat dialakukan pereturan ke distributor dan
akhirnya menyebabkan kerugian. Padahal jika penyimpanan obat menerapkan sistem FIFO dan FEFO obat-obatan yang disimpan dapat
terhidar dari kadaluarsa yang menyebabkan kerugian bagi rumah sakit Wirdah, 2013.
Penyusunan obat yang dilakukan di rak-rak dan lemari penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit Mulya juga belum
dilakukan pemberian nama dan kode. Semua obat disusun dengan melihat jarak lemari yang tersisa. Namun, untuk obat-obatan yang
memerlukan kondisi penyimpanan khusus seperti vaksin sudah diletakkan di lemari eskulkas dengan suhu yang sudah diatur
sebelumnya. Pengaturan
obat yang
dilakukan di
raklemari penyimpanan dapat memberikan kemudahan bagi petugas gudang dalam
mencari barang saat dibutuhkan dan dapat membuat penyimpanan menjadi lebih efisien Dina, 2012.
Dalam pedoman pengelolaan obat yang dibuat oleh dirjen bina farmasi dan alat kesehatan 2010 pun sudah diatur tentang bagaimana
cara atau sistem penyimpanan obat-obatan yang baik dan benar.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan mutu obat dan menghindari kerugian akibat kesalahan penyimpanan obat.
Dari penjelasan-penjelasan diatas diketahui bahwa minimnya input penyimpanan obat seperti sarana dan prasarana serta prosedur
penyimpanan obat yang disediakan oleh rumah sakit Mulya menyebabkan proses penyusunan obat dan pengaturan tata letak tidak
dapat berjalan dengan baik. Sehingga menyebabkan terhambatnya sistem penyusunan obat dan tata letak obat di gudang tersebut. Sistem
penyusunan obat FIFOFEFO tidak dapat dilaksanakan karena tidak semua obat dapat disusun dirak penyimpanan obat, pemisahan terhadap
jenis dan penyusunan berdasarkan abjad pun tidak dapat dilakukan karena sarana dan prasarana serta prosedur terkait tata caranya yang
tersedia pun sangat terbatas.