Stock Opname Obat Pengaturan Penyimpanan Obat

dokumen penyimpanan obat tersebut. Padahal beberapa dokumen seperti buku pengeluaran dan surat bukti barang keluar sangat diperlukan untuk perencanaan pembelian obat Instalasi farmasi. Laporan terkait penyimpanan obat yang dibuat dan dilaporkan oleh petugas gudang dan kepala instalasi farmasi terdiri dari laporan faktor pembelian, laporan mutasi obat da laporan hasil stock opname obat. Laporan faktor pembelian adalah laporan sejenis laporan penerimaan obat yang dibuat oleh kepala instalasi farmasi dan kemudian akan dilaporkan kepada bagian keuangan dan kepada kepala divisi pelayanan RS Mulya, sama seperti laporan stock opname obat. Sementara itu laporan mutasi dibuat oleh petugas gudang dan pelaporannya hanya sampai ke kepala instalasi farmasi RS Mulya. Namun sejauh ini belum ada kegiatan evaluasi yang dilakukan dari pihak manajemen rumah sakit Mulya yang berkaitan dengan penyimpanan obat. Hal ini ketahui berdasarkan hasil wawancara kepada informan. Dengan dilakukannya pelaporan diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan memberikan informasi yang akurat mengenai kegiatan penyimpanan obat sehingga dapat memudahkan penelusuran surat dan laporan, mendapat data atau laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan dan agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif Pudjaningsih, 1996.

6.5 Kesesuaian Jumlah Stock Obat Pencatatan dengan Stock Fisik

Salah satu cara untuk menilai efisiensi penyimpanan obat yang dilakukan digudang farmasi adalah dengan cara melihat kesesuaian antara jumlah obat yang terdapat pada pencatatan obat pada kartu stock kartu induk persediaan dengan jumlah obat yang terdapat di gudang farmasi tersebut Depkes, 1996. Kecocokan antara stok gudang dengan kondisi fisik haruslah 100 karena ini menandakan bahwa administrasi penyimpanan di gudang farmasi sudah dikerjakan dengan baik dan optimal WHO, 1993. Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di gudang farmasi rumah sakit Mulya menunjukkan bahwa kesesuaian jumlah stock obat fast moving yang terdapat di gudang farmasi tersebut adalah sebesar 76,9. Artinya masih terdapat ketidaksesuian pencatatan yang dilakukan petugas gudang farmasi sebesar 23,1. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa terkadang ada kegiatan pencatatan yang terlewat oleh petugas gudang farmasi RS Mulya. Ketidaksesuaian ini menyebabkan petugas gudang kebingungan dalam pelaporan untuk perencanaan pembelian dan untuk mempertanggung jawabkan selisihnya tersebut. Sehingga bila terjadi selisih jumlah tidak jarang petugas langsung mengganti jumlahnya dan menyesuaikan saja dengan stok fisik yang ada tanpa mencari tahu penyebab selisih tersebut. Padahal, kesesuaian jumlah merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui ketelitian petugas gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat, membantu dalam perencanaan dan pengadaan obat-batan di rumah sakit sehingga tidak menyebabkan terjadinya akumulasi obat dan kekosongan Baby, 2010. Dari sini juga terlihat bahwa proses pencatatan yang tidak baik akan