Penerimaan Obat Proses Penyimpanan Obat

“ harusnya setelah itu isi buku penerimaan obat gitu, nyatet tanggal datang obat, distributor, nomor faktur sama total fakturnya tapi akunya ga sempet hehe ” GF-1 Selain itu, terdapat hambatan yang mengganggu pekerjaan petugas gudang farmasi yaitu jam datang distributor obat yang terkadang tidak sesuai dengan jam yang sudah ditentukan oleh petugas gudang farmasi. Jadi terkadang saat distributor datang tidak jelas siapa yang bertanggung jawab menerima obat. Ini didukung oleh pernyataan salah satu informan sebagai berikut. “ Hambatannya ya paling sih kalo akunya ngga ada, suka bingung siapa yang harus nerima barangnya, aku kan maunya jelas misalnya aku ngga ada siapa gitu yang nerima jadi kalo ada apa-apa gampang aku nyari taunya. ” GF-1 Dari sini terlihat bahwa kegitan penerimaan obat yang dilakukan oleh petugas gudang farmasi masih belum sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam pedoman penyimpanan obat milik Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa salah satu kegiatan yang harus dilakukan saat menerima obat adalah memeriksa tanggal kadaluarsa obat dan segera melakukan pencatatan, tujuannya adalah agar obat terhindar dari kadaluarsa dan kerugian akibat kesalahan pencatatan obat datang oleh petugas gudang.

5.4.2 Pengaturan Tata Letak Ruang dan Pengaturan Penyimpanan Obat

Rak-rak dan lemari penyimpanan di gudang farmasi rumah sakit Mulya disusun membentuk satu garis lurus dan tidak terdapat banyak sekat di ruangan tersebut. Namun, di lorong antara satu rak dengan rak lainnya terdapat banyak obat-obatan dan alat kesehatan yang diletakkan didalam kardus dan bertumpuk dilantai. Suhu udara di dalam gudang farmasi pun sudah selalu diatur meskipun terkadang tidak stabil, akibat AC yang rusak. Pada saat observasi peneliti menemukan serangga yang berasal dari selokan yang berada tepat dibawah lantai gudang farmasi. Obat-obatan yang disusun di dalam lemari penyimpanan obat pun belum diberikan label nama dan di susun berdasarkan alfabetis. Selain belum dilakukan penyusunan secara alfabetis penyusunan obat yang dilakukan di gudang farmasi rumah sakit Mulya belum menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Pemisahan jenis sediaan obatnya pun belum dilakukan. Namun ini bertolak belakang dengan pernyataan informan yang menyebutkan bahwa petugas sudanh melakukan penyimpanan menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Sebagaimana pernyataan informan berikut. “ semua aku yang lakuin.. …kaya yang biasanya aja palingan FIFO sama FEFO aja sih. …terus yang tablet ya ditaruh dilemari yang itu bareng sama tablet yang lain, ya bareng sama injeksi juga sih hahaha terus yang sirup di lemari itu khusus sirup sama infusan deh. Kalo yang kaya salep, obat mata gitu-gitu aku taruhnya didepan sini aja. “ GF-1 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa proses penyusunan obat yang dilakukan oleh petugas obat adalah sebagai berikut. a. Setelah obat datang petugas gudang farmasi tidak langsung menyusun obat-obat tersebut di rak penyimpanan. Terkadang penyusunan tertunda hingga petugas menyelesaikan pekerjaannya. b. Pada saat penyusunan obat, petugas gudang farmasi menyusun obat- obat pada rak-rak yang masih kosong saja karena belum ada penamaan pada rak-rak obatnya. Jika masih ada obat yang tersisa sebelumnya, petugas meletakan obat tersebut bersamaan dengan obat yang tersisa. Obat yang baru datang diletakkan didepan obat yang sudah ada sebelumnya. c. Obat-obatan jenis sirup dan infus diletakkan bersamaan pada satu rak yang berisi sirup dan botol infus. d. Obat-obatan tablet dan injeksi diletakkan bersamaan dalam satu rak penyimpanan e. Sementara untuk obat jenis salepcream, obat tetes, bedak, obat berbentuk supp diletakkan dalam satu lemari yang sama Untuk obat-obatan jenis narkotika dan psikotropika penyimpanan dilakukan dilemari terpisah, yaitu lemari khusus obat narkotik dan psikotropika yang dilengkapi dengan kunci. Obat-obatan narkotik dan psikotropik yang baru datang diletakkan didepan obat yang sudah ada kemudian dicatatan jumlah obat yang masuk di kartu stok. Pada lemari penyimpanannya juga belum dilengkapi dengan penamaan dan pemisahan sesuai dengan jenis obatnya. “…kalau untuk psikotropika dan narkotika sudah mulai dibiasakan untuk ditulis dikartu stock karena kita banyak kecolongan dan memang karena tidak terlalu banyak jenisnya dan lemarinya terpisah jadi lebih mudah ” GF-2 Namun untuk obat-obatan selain jenis psikotropika dan narkotika petugas tidak melakukan pencatatan pada kartu stok, meskipun ternyata kartu stok sudah disediakan oleh pihak rumah sakit Mulya. Kartu stok yang sudah disediakan tersebut hanya disimpan dalam satu map oleh petugas gudang dan belum diisi sama sekali. Hal ini terjadi karena petugas gudang farmasi merasa kesulitan jika harus mengisi kartu stok obat. Ini didukung oleh pernyataan sebagai berikut. “ kita juga sebenernya udah ada kartu stok obat buat gudang ya tapi ngga berjalan karena memang petugasnya juga tidak terbiasa untuk mengisi kartu stok seperti itu jadi yang sejauh ini berjalan hanya kartu stok narkotika dan psikotropika saja ” GF-2 Minimnya jumlah lemari dan rak penyimpanan yang disediakan di gudang farmasi rumah sakit Mulya juga menjadi hambatan bagi petugas gudang dalam penyusunan obat-obatan di gudang farmasi. Ini sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh informan berikut. “ Masalahnya lemarinya juga cuma segitu aja jadinya ya susah kalo mau disusun dipisahin gitu. Ya jadi aku susun semuatnya aja deh ” GF-1 Pengaturan penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit ini juga masih belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 yang menyebutkan bahwa pengaturan penyimpanan obat di gudang farmasi harus menggunakan sistem FIFOFEFO, dipisahkan berdasarkan jenis sediaan dan disusun berdasarkan abjad. Tujuannya adalah menjaga mutu dari obat-obatan yang disimpan di gudang dan menghindari kerugian akibat obat kadaluarsa.

5.4.3 Pengeluaran Obat

Pengeluaran obat dari gudang farmasi akan dilakukan oleh petugas gudang farmasi apabila ada permintaan dari unit-unit lain yang membutuhkan obat tersebut. Seperti pernyataan berikut. “ yang keluarin tetep petugas gudang karena semua harus melalui pendataan petugas gudang “ GF-2 Kegiatan pengeluaran obat yang dilakukan oleh petugas gudang farmasi rumah sakit Mulya berdasarkan hasil observasi dan wawancara adalah sebagai berikut. 1. Unit mengajukan permintaan obat ke Gudang Farmasi dengan mengisi Surat Pemesanan SP Unit atau buku defecta bagi unit Apotek