Kesesuaian Sistem Pengeluaran Obat FIFO dan FEFO

Kesehatan tahun 2010 karena dokumennya hanya terdiri dari buku harian penerimaan obat, buku harian pengeluaran obatbuku defecta, laporan pengeluaran obat, laporan stock opname, kartu induk persediaan obat dan kartu stock obat. e Sarana dan prasarana penyimpanan yang tersedia di gudang farmasi rumah sakit masih belum sesuai luas dan jumlahnya berdasarkan ketentuan minimal yang dibuat oleh pedoman penyimpanan obat yang di buat oleh Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010. 2. Proses Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya a Kegiatan penerimaan obat yang dilakukan oleh petugas gudang farmasi masih belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang ditetapkan oleh Dirjend Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, karena pada saat penerimaan belum memperhatikan tanggal kadaluarsa obat. b Pengaturan tata letak ruang penyimpanan obat dan sistem penyimpanan obat belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010. Karena belum menggunakan sistem FIFOFEFO, belum diurutkan sesuai abjad, peletakkannya masih belum dipisahkan antara satu jenis obat dengan jenis obat lainnya dan belum memberikan label namaketerangan obat termasuk kartu stok obat. c Kegiatan pengeluaran obat yang dilakukan belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, karena belum memperhatikan FIFO dan FEFO. d Kegiatan stock opname gudang farmasi belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, karena seharusnya dilakukan setiap minimal 3 bulan sekali secara rutin. e Pelaporan dokumen penyimpanan obat sudah sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010. 3. Output Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya Penyimpanan obat di gudang farmasi masih belum efisien, hal ini dikarenakan banyaknya komponen penyimpanan yang belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, dan berdasarkan indikator efisiensi penyimpanan berikut : a Kesesuaian jumlah stok obat fast moving antara pencatatan dengan stok fisik di gudang farmasi pada bulan Mei 2014 sebesar 76,9, ini masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam pedoman penyimpanan obat milik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 yang seharusnya kesesuaian sebesar 100. b Persentase obat kadaluarsa dan rusak di gudang farmasi pada bulan Mei 2014 sebesar 2,2. masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam pedoman penyimpanan obat obat milik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 karena seharusnya sebesar 0. c Stock Mati Death Stock obat yang ada di gudang farmasi pada bulan Mei 2014 sebesar 1,36, ini masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam pedoman penyimpanan obat milik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 karena seharusnya 0 atau dibawah 1. d Kesesuaian pengeluaran obat FIFO dan FEFO juga masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam pedoman penyimpanan obat milik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 yang seharusnya memperhatikan FIFOFEFO.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Petuga Gudang Farmasi

1. Petugas gudang farmasi diharapkan bisa mulai memanfaatkan kartu stock obat yang sudah disediakan oleh manajemen rumah sakit, untuk meminimalisir kesalahan dalam pencatatan jumlah obat. 2. Petugas gudang diharapkan mulai melakukan pengaturan obat di rak-rak penyimpanan yang disediakan. Dengan cara memisahkan obat berdasarkan jenis sediaan obat. Kemudian mengurutkan obat- obat tersebut berdasarkan abjad untuk memudahkan penyimpanan. Jika obat tidak muat untuk diletakkan di rak penyimpanan, maka obat bisa dimasukkan ke dalam satu kardus dan diberi keterangan nama obat, jumlah dan tanggal kadaluarsa. 3. Diharapkan petugas gudang bisa memulai menyusun persediaan obat dan melakukan pengeluaran obat dengan sistem FIFO dan