Tujuan pengeluaran obat dengan sistem FIFO dan FEFO adalah untuk menghindari kerugian akibat obat yang kadaluarsa karena disimpan terlalu lama
dan tidak terdeteksi Pudjaningsih, 1996. Sehingga tujuan dari penyimpanan obat pun dapat tercapai dengan baik dan sistem penyimpanan obat yang efisien
dapat tercapai.
144
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Input Penyimpanan Obat di gudang farmasi rumah sakit Mulya
a Sumber daya manusia gudang yang tersedia di gudang farmasi masih
belum sesuai dengan ketentuan minimal yang dibuat dalam pedoman penyimpanan obat Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2010, karena hanya terdiri dari petugas gudang dan penanggung jawab gudang yang merangkap sebagai kepala Instalasi Farmasi. Sementara
itu, kesesuaian antara keterampilan dan pengetahuan petugas gudang farmasi dengan kegiatan penyimpanan yang dilakukan sudah sesuai
dengan pedoman Penyimpanan Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 namun masih dibutuhkan pelatihan.
b Anggaran penyimpanan obat masih belum sesuai dengan pedoman
penyimpanan obat Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010, karena seharusnya rumah sakit menyediakan anggaran perbaikan
dan perawatan gudang serta perlatan yang ada di gudang minimal 1 dari biaya peralatan yang ada.
c Prosedur penyimpanan obat di gudang farmasi RS Mulya sudah sesuai
dengan pedoman penyimpanan obat Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 meskipun prosedur penerimaan, penyusunan obat
dan stock opname ada yang belum dilaksanakan oleh petugas. d
Dokumen Penyimpanan Obat masih belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan tahun 2010 karena dokumennya hanya terdiri dari buku harian penerimaan obat, buku harian pengeluaran obatbuku defecta,
laporan pengeluaran obat, laporan stock opname, kartu induk persediaan obat dan kartu stock obat.
e Sarana dan prasarana penyimpanan yang tersedia di gudang farmasi
rumah sakit masih belum sesuai luas dan jumlahnya berdasarkan ketentuan minimal yang dibuat oleh pedoman penyimpanan obat yang
di buat oleh Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010.
2. Proses Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit Mulya
a Kegiatan penerimaan obat yang dilakukan oleh petugas gudang farmasi
masih belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang ditetapkan oleh Dirjend Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2010, karena pada saat penerimaan belum memperhatikan tanggal kadaluarsa obat.
b Pengaturan tata letak ruang penyimpanan obat dan sistem penyimpanan
obat belum sesuai dengan pedoman penyimpanan obat yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010. Karena belum
menggunakan sistem FIFOFEFO, belum diurutkan sesuai abjad, peletakkannya masih belum dipisahkan antara satu jenis obat dengan
jenis obat lainnya dan belum memberikan label namaketerangan obat termasuk kartu stok obat.
c Kegiatan pengeluaran obat yang dilakukan belum sesuai dengan
pedoman penyimpanan obat yang dibuat oleh Dirjen Bina Kefarmasian