Upaya Peningkatan Akses Melalui Pembukaan Kelas Jauh

63 maka kontribusi SMP Terbuka dengan jumlah siswanya sebanyak 9.285 anak itu menjadi lebih besar lagi, yakni 8,08 persen. Namun diakui oleh Wakil Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, besarnya kontribusi secara kuantitatif yang disumbangkan SMP Terbuka ini, tidak berarti bahwa kehadiran satuan pendidikan ini tidak memiliki masalah dan kendala. Masalah mutu yang ditandai rendahnya mutu lulusan, merupakan salah satu masalahnya. Bahkan dari aspek proses belajar mengajar dengan keterbatasan tenaga dan sarananya, termasuk kondisi sosial ekonomi para muridnya, yakni anak dari keluarga miskin dengan karakteristiknya yang begitu kompleks, merupakan masalah lain yang dihadapi dalam pengembangan SMP Terbuka. ”Murid-murid di SMP Terbuka di sini sering tidak hadir di Tempat Kegiatan Belajar TKB lantaran sering dipanggil orang tuanya untuk bekerja, bahkan ada yang menikah”, tegas Drs Dadang yang selama ini mengelola SMP Terbuka di Kecamatan Sukaresmi. Fakta ini sekaligus mengingatkan bahwa upaya untuk mendekatkan pelayanan dan menggratiskan pendidikan saja tidaklah cukup, karena banyak faktor lain yang selama ini belum disentuh kebijakan yang dijalankan pemerintah.

e. Upaya Peningkatan Akses Melalui Pembukaan Kelas Jauh

Jika model SMP Terbuka merupakan model penyelenggaraan pendidikan mandiri yang dilaksanakan untuk menampung akses anak yang tinggal di daerah terpencil, maka model SMP Kelas Jauh diselenggarakan di daerah atau lokasi yang memiliki banyak calon anak namun karena beberapa alasan, sebutlah karena keterbatasan anggaran, belum memungkinkan dibangun ruang kelas Baru 64 RKB. Namun demikian, penyelenggaraan Kelas Jauh dilaksanakan dilokasi yang memungkinkan bisa dibangun Unit Sekolah Baru USB sehingga kelak, setelah dukungan yang dibutuhkannya memungkinkan – ketersediaan dukungan anggaran dan ketersediaan tanah - bisa diresmikan sebagai unit sekolah baru USB. Dari hasil penelitian terungkap bahwa kehadiran model pendidikan alternatif ini ternyata cukup membantu meningkatkan akses anak dari keluarga miskin. Wujudnya, jumlah anak yang memanfaatkan model pendidikan ini meningkat dari 2.968 anak pada tahun 2004 menjadi 3.124 pada tahun 2005, dan meningkat lagi menjadi 3.760 pada tahun 2006. Satu tahun berikutnya, tahun 2007, jumlahnya meningkat menjadi 3.835 anak dan meningkat lagi menjadi 3.911 anak pada tahun 2008. Jika dibanding dengan jumlah total anak sekolah usia SLTP sebesar 114.913, maka secara kuantitatif kontribusi penyelenggaraan model SMP Kelas Jauh ini mencapai angka 3,40 persen, sebuah angka yang walaupun lebih rendah dibanding kontribusi penyelenggaraan model SMP Terbuka, namun relatif cukup efektif dalam mendukung upaya percepatan Wajar Dikdas 9 tahun. Sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang penyelenggaranya, walaupun mutu lulusan dari model sekolah ini tidak bisa disamakan dengan mutu lulusan dari sekolah reguler, namun kehadirannya cukup membantu meringankan beban pendidikan dasar bagi anak yang umumnya merukapan anak dari keluarga miskin yang karena kemiskinannya tidak mampu sekolah dilokasi yang jauh dari rumahnya. 65

f. Upaya Peningkatan Akses Melalui Jalur Pendidikan Non Formal