Kesimpulan EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WAJAR DIKDA 9 TAHUN BAGI ANAK DARI KELUARGA MISKIN :Studi Evaluasi Kinerja Kebijakan di Kabupaten Cianjur.

154 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dan dikaitkan pula dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penting sebagai berikut : Pada tataran formulasi, pertama, Kabupaten Cianjur telah memiliki arah dan landasan kebijakan yang tepat dan kuat dalam mendukung upaya percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Tidak saja karena didukung oleh visi maupun visinya yang secara eksplisit dan tegas telah mencantumkan arti pentingnya pendidikan dan penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun, tetapi juga didukung oleh kebijakan dan komitmen pemerintah provinsi Jawa Barat yang melalui program Peningkatan Pendanaan Kompetisi PPK IPM-nya sangat meniscayakan arti pentingnya peningkatan indeks pendidikan sebagai bagian dari upaya akselerasi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia IPM. Bukan hanya itu, adalah Bupati dan Wakil Bupati Cianjur yang sejak dilantiknya pada bulan Maret tahun 2006 begitu lantang dan keras menyuarakan arti pentingnya pendidikan ”gratis” untuk tingkat SD dan SLTP sebagai bagian dari upaya untuk mempercepat penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di daerah yang dipimpinnya. Namun pada tataran implementasi, kedua, meskipun selama ini telah banyak upaya dan program berkait dengan penuntasan wajar Dikdas 9 tahun itu bisa dilakukan, dan meskipun pelaksanaan program-program itu telah banyak 253 155 memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam membantu meringankan beban pendidikan bagi anak dari keluarga miskin yang ditandai dengan adanya peningkatan Angka Partisipasi Sekolah, baik angka partisipasi kasar APK maupun angka partisipasi murni APM untuk tingkat SD dan SLTP, namun hasilnya ternyata masih jauh dari target yang telah ditentukan – gap implementation. Kurang cermatnya dalam proses melakukan pendataan sasaran, belum optimalnya kegiatan sosialisasi yang sangat diniscayakan dalam proses implementasi sebuah kebijakan, belum optimalnya peran dan fungsi Tim Wajar Dikdas yang telah dibentuk dalam menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya, terbatasnya kemampuan pemerintah daerah, terutama kemampuan dalam menyediakan dukungan dana dan sarana, belum terintegrasinya pelaksaan Wajar Dikdas 9 tahun dengan berbagai program terkait lainnya, adalah bebarapa faktor pokok yang selama ini menjadi penyebab pelaksanaan implementasi percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Cianjur ini belum berjalan secara efektif sesuai dengan target yang diharapkan. Kondisi ini diperparah oleh realitas yang menunjukan bahwa sekitar 30 persen dari total penduduk Cianjur yang jumlahnya telah mencapai angka lebih dari 2 juta jiwa itu, adalah mereka yang tergolong miskin dengan karakteristiknya yang begitu kompleks. Ketiga , banyak faktor yang selama ini menjadi penyebab anak dari keluarga miskin dengan karakteristiknya yang begitu kompleks itu terpaksa meninggalkan bangku sekolah sehingga tidak sempat menyelesaikan pendidikan dasarnya. Akumulasi dari masalah ekonomi yang sering melilit 156 kehidupan anak dari keluarga miskin, masalah kesadaran atau motivasi akan arti pentingnya pendidikan, termasuk kesadaran orang tuanya, masalah transportasi berkait dengan jauhnya jarak yang harus ditempuh dari domisili ke lokasi sekolah, serta masalah psikologis – malu sekolah - berkait dengan kelainan fisik, usia atau karena faktor lainnya, termasuk karena faktor lingkungan sosial dan sekolah yang tidak mendukung, adalah beberapa faktor penting yang dari penelitian terungkap menjadi penyebab mereka tidak bisa mengakses pendidikan dasar 9 tahun. Itulah pula beberapa faktor saling terkait yang selama ini belum banyak terpecahkan dengan layanan pendidikan yang diberikan pemerintah. Singkatnya, meskipun selama ini telah banyak upaya dan langkah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya untuk membantu meningkatkan akses pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, bahkan meskipun pemerintah telah sepenuhnya membebaskan seluruh pembiayaan pendidikan dasar 9 tahun, namun dalam beberapa aspeknya belum mampu mengakomodasi dan memecahkan seluruh masalah yang dihadapi anak dari keluarga miskin. Dengan kata lain, masih ada gap atau diskrepansi antara layanan pendidikan yang diberikan pemerintah selama ini dengan kebutuhan pendidikan yang dituntut anak dari keluarga miskin.

B. Implikasi Penelitian