84 dihadapkan kepada banyak kesulitan karena banyak anak dari keluarga
miskin yang tidak bisa membayar iuran sekolah, kini masalahnya teratasi karena ada bantuan BOS.
b. Pemberian Bantuan Melalui Program Lainnya
Di luar Bantuan Operasional Sekolah BOS yang telah menjadi kebijakan pemerintah pusat dalam rangka mempercepat pencapaian target
Wajar Dikdas 9 tahun pada umumnya, dan membantu meringankan beban pendidikan bagi anak dari keluarga miskin pada khususnya, untuk maksud
dan sasaran yang sama, Kabupaten Cianjur juga, sebagaimana juga kabupaten lainnya, memiliki program yang disebut dengan BAGUS, yakni
Bantuan Gubernur untuk Siswa Miskin yang bersumber dari APBD Tingkat I jawa Barat yang disalurkan melalui Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat. Bedanya, jika bantuan dari program BOS diperuntukan untuk membantu beban biaya operasional Sekolah pada jenjang SDMI sampai
SMPMTs, maka program BAGUS ditujukan untuk membantu secara langsung meringankan beban biaya personal anak tidak mampu alias
miskin. Itu pun hanya diperuntukan bagi anak dari keluarga miskin yang berada pada jenjang pendidikan tingkat SMPMTs, termasuk anak yang
belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. Persisnya, demikian dikemukakan dalam Petunjuk Teknis Juknis
Penyaluran dan Pemanfaatan Dana Bagus 2008, bahwa sasaran program yang pada tahun sebelumnya 2007 yang terkenal dengan sebutan Kartu
Bebas Biaya Sekolah KBBS itu memiliki sasaran sebagai berikut 1 anak lulusan SDMI sederajat yang putus sekolah atau tidak melanjutkan
85 sekolah, 2 anak yang drop out di kelas 1,2,3 pada jenjang pendidikan
SMPMTsPKBM, 3 siswa kelas 2 dan 3 SMPMTsPKBM Paket B yang rawan DO berasal dari keluarga miskin yang pada tahun 2006 atau
2007 telah memperoleh BAGUS dan masih berada di sekolah. Singkatnya, jika penerima dan yang mengatur penggunaan BOS
adalah Kepala Sekolah, maka penerima program KBBS dan BAGUS adalah siswa secara langsung dengan besaran jumlah biaya yang diterima
persiswa adalah Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah pertahun untuk KBBS yang berjalan pada tahun 2005, dan Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah
persiswa pertahun untuk program BAGUS. Adapun penggunaannya diarahkan kepada 8 komponen biaya
pendidikan yang selama ini sering menjadi beban pendidikan anak dari keluarga miskin, yakni 1 pakaian seragam sekolah anak, 2 pakaian
khusus seragam sekolah, 3 pakaian pramuka, 4 pakaian olah raga, 5 sepatu, 6 tas sekolah, 7 alat tulis, dan 8 pembelian buku tulis.
Sementara bagi anak yang menjadi warga belajar pada program Paket B setara SMP, penggunaannya diarahkan kepada upaya untuk membiayai
lima komponen biaya pendidikan, yakni 1 pembelian alat tulis, 2 penyelenggaraan tes belajar, 3 buku pelajaran, 4 bahan keterampilan
belajar, dan 5 biaya transportasi. Singkatnya, demikian diungkapkan Kasubdin Dikdas pada Dinas P dan K Kabupaten Cianjur, Agus S Maelani,
bantuan program bernama BAGUS ini diberikan untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan bagi anak dari keluarga miskin yang
tidak terbiayai oleh bantuan yang bersumber dari program BOS.
86 Di bawah ini adalah data mengenai banyaknya sekolah SMPMts,
besarnya biaya dan banyaknya jumlah anak dari keluarga miskin di Kabupaten Cianjur yang telah dan sedang menikmati pemberian bantuan
program KBBS serta BAGUS, sebutlah pula beasiswa miskin, sebagai berikut :
Tabel 4. 21 : Perkembangan Bantuan Bagi Anak Miskin yang dialokasikan
Untuk Kabupaten Cianjur
+ +
,-
,
, ,--
,,
,,
,, ,,
,,-,,.
, , ,,.
, , ,,. , , ,,.
Sumber : Dokumentasi pada Subdin Dikdas Kantor P dan K Kab. Cianjur
Dari tebel diatas terungkap bahwa sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, terdapat tiga bentuk program bantuan yang digulirkan
pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam rangka membantu meringankan beban pembiayaan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin.
Yang pertama, tahun 2005, adalah program yang disebut dengan Kartu Bebas Biaya Sekolah KBBS yang digulirkan pemerintah provinsi
87 Jawa Barat untuk membantu 8.900 anak sekolah. Yang kedua, adalah
program yang dikenal dengan sebutan Bantuan Gubernur Untuk Sekolah BAGUS yang sekaligus merupakan pengganti dari program KBBS dengan
jumlah biaya sebanyak 1,7 milyar untuk membantu sebanyak 3.434 siswa miskin selama tahun 2006, dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 5,3
milyar untuk membantu tidak kurang dari 10.1000 siswa miskin, atau Rp. 500.000,- persiswa dalam setahunnya. Sementara yang ketiga, adalah
program yang disebut dengan Bantuan Siswa Miskin BSM yang bersumber dari pemerintah pusat sekaligus juga sebagai pengganti dari
program BAGUS yang berakhir pada tahun 2007 dengan besaran biaya sebanyak 1,4 milyar untuk membantu hampir 5.000 siswa miskin dengan
masing-masing siswa memperoleh bantuan sebesar Rp. 576.000,- pertahunnya.
Tentang bagaimana implementasinya dilapangan, berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa siswa penerima manfaat dana Bagus,
termasuk wawancara dengan pengelolanya pada tingkat sekolah. Yang pasti, hampir semua sekolah penerima bantuan dana Bagus, tidak serta
merta memberikan bantuan tersebut dalam bentuk pemberian bantuan uang secara langsung kepada murid, melainkan semuanya dikelola oleh sekolah
sesuai dengan komponen peruntukan sebagaimana tercantum dalam Juknis. Alasannya, demikian diungkapkan oleh para pihak sekolah penerima
dana BAGUS, pemberian uang tunai secara langsung kepada anak justeru dikhawatirkan tidak mengenai sasaran karena sulit dalam pengendaliannya.
Lamun dipasihkeun artosna, saminggu oge seep kalau diberikan uangnya,
88 seminggu juga habis, kata Bapak Toto, guru olah raga sekaligus bagian
kesiswaan SMPN 4 Cianjur yang diberi tugas mengelola dana BAGUS disekolahnya. Sebaliknya, dengan pengaturan oleh sekolah diharapkan
setiap anak bisa menikmati dan menggunakan bantuan dana dimaksud sesuai dengan yang diharapkan.
Alasan lainnya, pihak sekolah terpaksa harus memutar otak karena alokasi dan kuota jumlah siswa miskin yang menerima bantuan dana
BAGUS disekolahnya ternya jauh lebih kecil dibanding jumlah total anak msikin yang diajukan. Parsisnya, kata Toto, dari 251 siswa miskin yang
diajukan pada tahun 2008, ternyata hanya 160 yang mendapatkan bantuan. Karenanya, pihak sekolah terpaksa harus mengatur kembali pembagiannya
sesuai dengan jumlah anak miskin yang ada disekolahnya. Dan itulah pula yang menyebabkan siswa tidak bisa memperoleh paket sesuai dengan yang
semestinya, Rp. 500.000,- persiswa dalam setahunnya. Mardi Sucipto, salah satu siswa kelas 2 penerima dana BAGUS di
SMPN 5 Cianjur, misalnya, mengaku kalau dari sekolahnya pernah menerima paket bantuan berupa buku tulis, seragam sekolah, baju pramuka,
kaos olah raga dan sepatu, kendati pun tidak mengetahui nilai harga dari bantuan yang diterimanya, termasuk tidak mengetahui kalau bantuan
dimaksud berasal dari dana bantuan yang bersumber dari BAGUS. Hal itu dikuatkan oleh pengakuan orang tuanya, Bapak Bedi yang
sehari-harinya bekerja sebagai tukang becak. Syukur we aya keneh nu mantuan, sok sanajan teu nyukupkeun syukur masih ada yang membantu,
walau pun tidak mencukupi, tegasnya ketika ditanya tentang pemberian
89 bantuan tersebut. Disebut tidak mencukupi, karena setiap harinya anak
masih harus mengeluarkan biaya transportasi, bahkan masih harus mengeluarkan biaya untuk membeli keperluan sekolah yang lainnya, keluh
orang tuanya yang ternyata memiliki 7 orang anak tersebut. Apa yang dialami Mardi Sucipto, berbeda dengan yang dialami
Nurinda, siswi kelas 2 SMPN 4 Cianjur. Anak dari seorang tukang Mie Ayam ini mengaku telah menerima paket seperti yang diterima Mardi
Sucipto yang siswa SMPN 5 Cianjur itu. Bedanya, dari sekolahnya ia juga menerima bantuan uang tunai sebesar Rp. 90.000,- untuk keperluan
transportasi. Hal ini dibenarkan oleh pihak sekolah yang mengatakan bahwa setiap siswa memang memperoleh satu paket buku tulis, pakaian dan
sebagainya senilai Rp.410.000,-, dan sisanya sebesar Rp.90.000,- diberikan tunai kepada setiap siswa untuk membantu transportasi.
Celakanya, Nurinda yang merupakan anak kedua dari 4 bersaudara tersebut mengeluhkan kalau baju seragam yang diterima dari sekolahnya
ternyata tidak bisa dipakai karena kekecilan. Teu kaanggo, tuh masih nagjugrug di bumi tidak terpakai, sampai saat ini masih utuh ada di
rumah, keluh ibunya, Ibu Nuraeni, yang suhari-harinya bekerja hanya membantu suaminya sebagai pedagang Mie Ayam. Ia juga mengeluhkan
beratnya beban biaya transportasi, termasuk uang jajan anaknya ke sekolah yang bisa mencapai Rp.10.000,- setiap harinya, atau sekitar Rp. 250.000,-
setiap bulannya. Itu pun belum termasuk keperluan biaya sekolah yang lainnya, sebut seperti pemberian Lembar Kerja Siswa LKS yang masih
sering dibebankan kepada siswa, tegas orang tuanya.
90 Masalah yang sama juga dikeluhkan orang tua anak dari Nining, salah
seorang siswa penerima dana BAGUS yang masih duduk dibangku kelas 3 SMPN 3 Karangtengah. Meskipun anaknya sama memperoleh bantuan
paket baju seragam, sepatu dan alat tulis, namun tanpa ada bantuan biaya transport sebagaimana diterima anak miskin di SMPN 4 Cianjur, namun ia
yang bekerja hanya sebagai buruh tersebut merasa begitu terbebani dengan pungutan sekolah untuk pembelian lembar kerja siswa LKS yang biayanya
mencapai Rp. 7.500,- per mata pelajaran. Ia juga mengeluhkan besarnya biaya transport sekolah anak yang setiap hari harus dikeluarkan.
Singkatnya, meskipun bantuan dana yang bersumber dari dana BAGUS senilai Rp 500.000,- persiswa itu sedikit banyak telah membantu
meringankan beban biaya pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, namun jika dikaitkan dengan kebutuhan riel mereka, jumlahnya ternyata
masih jauh lebih kecil dibanding dengan yang mereka butuhkan. Masalah lainnya, jumlah kuota anak miskin yang memperoleh
bantuan ternayata juga jauh dari jumlah anak miskin yang diajukan sekolah. Dan celakanya, kondisi itu juga diperparah oleh pihak sekolah yang
kebanyakan masih menarik biaya dari siswa, termasuk siswa dari keluarga miskin, sebut seperti untuk pembelian LKS, kendati pemerintah juga sudah
menyiapkan dana BOS. Dan itulah pula yang menurut peneliti menjadi salah satu kendala dalam akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun di
Kabupaten Cianjur selama ini.
91
7. Dukungan Anggaran