60 C setara SLTA pun dilaksanakan di pesantren ini. Yang cukup membanggakan,
meskipun kegiatan pembelajaran di pondok pesantren dilaksanakan secara tutorial yang dilengkapi dengan fasilitas ICT.
Menurut data yang ada, dari banyak Pondok Pesantren yang telah menyelenggarakan Program Wajar Dikdas ini, saat ini tercatat ada sekitar 2.875
santri yang tercatat sebagai siswanya. Artinya, kehadiran Pondok Pesantren Salafiyah ini paling tidak telah menyumbangkan sebesar 2,8 persen dalam
menampung anak usia 13-15 tahun yang pada tahun 2008 berjumlah 137.015 anak.
Jika ditambah dengan jumlah santri yang sedang mengikuti program yang disebut dengan Pontren Cerdas Seatap, bnetuk penyelenggaraan
pendidikan dasar 9 tahun di pesantren yang sengaja dikembangkan sebagai bagian dari Program Proyek Pendanaan Kompetisi PPK_ – IPM yang didanai
Pemerintah Provinsi sebanyak 7.703 siswa, maka jumlah total siswanya menjadi 10.578 anak, atau sekitar 3 persen dibanding dengan jumlah total SLTP
sederajat yang mencapai angka 344.739 anak.
d. Upaya Peningkatan Akses Melalui Pengembangan SMP Terbuka
Masih dalam rangka meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, khususnya bagi tamatan SDMI yang karena beberapa alasan tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan pada jenjang SLTP, serta mengacu pula kepada kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah pusat, maka
pengembangan SMP Terbuka yang memiliki karakteristik tersendiri itu juga menjadi pilihan yang dikembangkan di Kabupaten Cianjur dalam rangka
memperluas akses pendidikan dasar bagi anak dari keluarga miskin.
61 Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Cianjur, SMP terbuka ini tidak lain merupakan salah satu satuan penyelenggara pendidikan tiga tahun yang menggunakan kurikulum seperti SLTP regular,
namun dengan pola kegiatan belajar mengajarnya yang berbeda, yakni yang menekankan kepada prinsip belajar mandiri, atau cara belajar yang dilakukan
sendiri oleh siswa dan membatasi seminimal mungkin bantuan orang lain. Itu sebabnya, media utama yang digunakannya adalah bahan belajar
mandiri berupa modul yang ditunjang oleh media lain yang relavan. Adapun waktu dan tempat belajar secara kelompoknya ditentukan bersama oleh siswa
dan guru pembimbingnya. Sementara waktu dan tempat belajar mandirinya ditentukan sendiri oleh siswanya.
Dijelaskan oleh Kasubdin Dikdas Dinas P dan K Kabupaten Cianjur, Drs. Agus Maelani, bahwa kehadiran jenis satuan pendidikan yang merupakan
salah satu kebijakan yang berasal dari pemerintah pusat ini sengaja dikembangkan di Kabupaten Cianjur dengan maksud untuk memenuhi tuntutan
pelayanan pendidikan dasar yang tidak tertampung pada SLTP reguler yang umumnya merupakan anak dari keluarga tidak mampu, disamping untuk
menampung anak lainnya yang kebetulan bertempat tinggal jauh dari lokasi SLTP yang tersedia.
Lebih jauh diungkapkan, kehadiran SMP Terbuka juga sengaja dikembangkan untuk memenuhi tuntutan pelayanan pendidikan dasar bagi anak
yang karena kemiskinannya, sebutlah karena harus banyak membantu beban ekopnomi keluarganya, terpaksa tidak memiliki banyak kesempatan untuk
mengkuti pendidikan dasar pada sekolah reguler. Adanya fleksibilitas dalam
62 cara belajar siswa, cara belajar mandiri, yang memungkinkan siswa tetap bisa
membantu pekerjaan orang tuanya, adalah hal lain yang dinilai sangat efektif dalam rangka mempermudah akses pendidikan bagi anak dari keluarga miskin
Menurut sumber yang ada pada Kasubdin Dikdas Dinas P dan K Kabupaten Cianjur, sampai tahun 2008 ini telah berhasil dikembangkan
sebanyak 41 buah SMP Terbuka yang tersebar di 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur dengan jumlah total murid sebanyak 9.285 siswa.
Rinciannya, sebanyak 3.947 merupakan murid yang masih duduk di kelas I, sebanyak 2.710 untuk kelas 2, dan sisanya sebanyak 2.628 adalah anak yang
sudah berada pada bangku sekolah kelas 3, atau kelas akhir. Bandingkan dengan jumlah total siswa SMP Terbuka pada tahun 2006 yang baru mencapai angka
1.170 siswa. Dengan trend itu, dalam perkembangan terakhirnya kehadiran SMP
terbuka ini telah memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam meningkatkan akses pendidikan bagi anak dari keluarga miskin pada khususnya,
dan pencapaian Wajar Dikdas 9 tahun pada umumnya. Persisnya, jika jumlah total anak usia 13-15 tahun usia SLTP pada
tahun 2008 tercatat sebanyak 137.015 anak, maka kontribusi SMP Terbuka dengan jumlah siswanya yang telah mencapai angka 9.285 anak jatuh pada
angka 6,77 persen, sebuah kontribusi yang secara kuantitatif cukup berarti jika diakitkan dengan upaya peningkatan APKAPM pada khususnya, dan beban
berat pendidikan pemerintah Kabupaten Cianjur pada umumnya. Bahkan jika dibandingkan dengan jumlah total anak sekolah usia SLTP sebanyak 114.913,
63 maka kontribusi SMP Terbuka dengan jumlah siswanya sebanyak 9.285 anak itu
menjadi lebih besar lagi, yakni 8,08 persen. Namun diakui oleh Wakil Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur,
besarnya kontribusi secara kuantitatif yang disumbangkan SMP Terbuka ini, tidak berarti bahwa kehadiran satuan pendidikan ini tidak memiliki masalah dan
kendala. Masalah mutu yang ditandai rendahnya mutu lulusan, merupakan salah satu masalahnya. Bahkan dari aspek proses belajar mengajar dengan
keterbatasan tenaga dan sarananya, termasuk kondisi sosial ekonomi para muridnya, yakni anak dari keluarga miskin dengan karakteristiknya yang begitu
kompleks, merupakan masalah lain yang dihadapi dalam pengembangan SMP Terbuka.
”Murid-murid di SMP Terbuka di sini sering tidak hadir di Tempat Kegiatan Belajar TKB lantaran sering dipanggil orang tuanya untuk bekerja,
bahkan ada yang menikah”, tegas Drs Dadang yang selama ini mengelola SMP Terbuka di Kecamatan Sukaresmi. Fakta ini sekaligus mengingatkan bahwa
upaya untuk mendekatkan pelayanan dan menggratiskan pendidikan saja tidaklah cukup, karena banyak faktor lain yang selama ini belum disentuh
kebijakan yang dijalankan pemerintah.
e. Upaya Peningkatan Akses Melalui Pembukaan Kelas Jauh