133 cenderung berlangsung hanya pada tempat-tempat yang secara langsung
berkaitan dengan urusan pendidikan seperti sekolah artau ruang-ruang rapat, sementara banyak ruang strategis lain seperti mesjid atau majlis ta’lim belum
banyak disentuh dan termanfaatkan. Maka tidak mengherankan kalau muncul kesan bahwa pelaksanaan
Wajar Dikdas 9 tahun ini dipersepsi dan terkesan masih merupakan tugas dan urusannya pemerintah semata, bahkan cenderung dianggap merupakan tugasnya
Dinas Pendidikan. Singkatnya, sosialisasi atau ”kominikasi” kebijakan yang menurut George Edward 1990 merupakan salah satu variable penting yang
akan menentukan keberhasilan implementasi kebijakan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
4. Kajian Terhadap Pendataan Sasaran
Sebagai bagian dari langkah perencanaan, upaya ini dilakukan tidak saja dalam rangka membuat peta atau potret tentang pencapaian pendidikan dasar
yang telah dicapai oleh masing-masing wilayah kecamatan sampai dengan Desa atau kelurahan, namun sekaligus juga dilakukan dalam rangka mempersiapkan
dan memperjelas sasaran yang akan menjadi fokus penggarapan kegiatan Wajar Dikdas 9 tahun menurut berbagai tingkatannya.
Namun dari hasil penelitian pula terungkap bahwa dari aspek mekanismenya sebagaimana telah ditetapkan, pelaksanaan pendataan sasaran ini
tidak berjalan sepenuhnya sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan. Wujud konkritnya, pendataan yang mestinya dilakukan secara langsung atau sensus, di
beberapa daerah dilakukan hanya dengan menggunakan data sekunder, yakni
134 hanya dengan cara merekap data yang telah ada, yakni data hasil pemutaakhiran
yang dilakukan BKKBN setiap tahunnya. Dari aspek substansinya, pelaksanaan pendataan sasaran tersebut juga
baru sebatas dilaksanakan dalam rangka mengungkap nama dan alamat, sementara alasan atau motif mereka tidak bersekolah, apalagi sampai
mengungkap klasifikasi anak miskin dan tidak miskin dengan kondisi sosial kulturalnya yang memang berbeda, sama sekali absen dari perhatian.
Itulah pula yang kemudian akan menjadi salah satu penyebab munculnya kesulitan dalam merumuskan dan menyampaikan pesan sosialisasi
atau motivasi dan penenrtuan progran intervensi yang perlu dilakukan dalam tahap berikutnya. Maka tidak mengherankan jika masalah akurasi dan validitas
hasil pendataannya pun layak dipertanyakan, bahkan dipersoalkan. Padahal tingkat efektivitas dari semua program yang akan dijalankan akan sangat
tergantung kepada tingkat akurasi data sasaran yang akan digarap. Singkatnya, dari tahap persiapan implementasinya saja – koordinasi,
sosialisasi dan pendataan sasaran, masih ada gap atau diskrepansi antara yang semestinya dilakukan dengan yang benar-benar dilakukan. Itulah pula temuan
penelitian yang kemudian akan mempengaruhi keberhasilan melakukan implementasinya.
5. Kajian Terhadap Pelaksanaan Program dan Kinerjanya