Teori Motivasi. Motivasi Kerja a. Pengertian Motivasi Kerja

konsekuensi perilaku dimasa lalu mempengaruhi tindakan dimasa mendatang dalam suatu siklus proses belajar. Menurut teori yang dikemukakan oleh David McCleland beserta rekan–rekannya, setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan yaitu : a. Need for Achievement nAch Bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan itu bahkan mencakup seluruh segi kehidupan dan penghidupan seseorang. Dalam kehidupan organisasional, kebutuhan untuk berhasil biasanya tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penetapan standar itu dapat bersifat intrinsik, akan tetapi dapat pula bersifat ekstrinsik. Artinya, seseorang dapat menentukan bagi dirinya sendiri standar karya yang ingin dicapainya. Apabila seseorang tergolong sebagai insan yang maksimalis, standar yang ditetapkan bagi dirinya adalah standar yang tinggi bahkan mungkin melebihi standar yang ditetapkan secara ekstrinsik, yaitu oleh organisasi. Akan tetapi bila seseorang tergolong sebagai insan yang minimalis, tidak mustahil bahwa standar yang ditetapkannya sebagai pegangan lebih rendah dari standar yang ditetapkan secara ekstrinsik. Berarti dengan nAch yang besar seseorang yang berusaha berbuat sesuatu misalnya dalam penyelesaian tugas yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dipercayakan kepadanya akan berusaha lebih baik dibandingkan dengan orang–orang lain. Orang demikian biasanya berusaha menemukan situasi di mana ia dapat menunjukkan keunggulannya, seperti dalam pengambilan keputusan dan melakukan sesuatu yang dapat memberikan kepadanya umpan balik dengan segera tentang hasil yang dicapainya di mana ia dapat mengetahui apakah ia meraih kemajuan atau tidak. b. Need for Power nPo Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini: Pertama, adanya seseorang yang mempunyai kebutuhan berpengaruh pada orang lain. Kedua, orang lain terhadap siapa pengaruh itu digunakan. Ketiga, persepsi ketergantungan antara seseorang dengan orang lain. Meskipun benar bahwa dalam kehidupan organisasional, bawahanlah yang biasanya tergantung pada atasannya, tetapi sesungguhnya ketergantungan itu tidak semata–mata terbatas pada adanya hubungan atasan dengan para bawahannya. Artinya setiap kali seseorang bergantung pada orang lain untuk sesuatu hal, pengaruh orang kepada siapa orang lain menggantungkan dirinya sudah berarti terpenuhinya nPo orang yang bersangkutan. Semakin besar tingkat ketergantungan orang lain pada seseorang, semakin besar pula pengaruh orang tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pada pihak lain itu. Demikian pula halnya dalam kehidupan organisasional. Apabila seorang manajer mempunyai kekuasaan untuk menentukan nasib seorang pekerja, misalnya dalam hal promosi, pemberian penghargaan, atau pengenaan sanksi disiplin yang berupa teguran, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat atau bahkan penurunan pangkat dan jabatan, pekerja tersebut menjadi sangat tergantung pada atasan yang memiliki wewenang tersebut. c. Need for affiliation nAff Kebutuhan affiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap manusia, terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaannya. Artinya, kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan mereka yang menduduki jabatan manajerial, tetapi juga kebutuhan para bawahan yang tanggung jawab utamanya melaksanakan kegiatan operasional. Kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan akan afiliasi pada umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain dalam organisasi, apakah orang lain itu teman sekerja yang setingkat atau atasan. Kebutuhan akan afiliasi biasanya diusahakan agar terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain. Meskipun demikian tetap perlu diingat bahwa sampai sejauh mana seseorang bersedia bekerjasama dengan orang lain dalam kehidupan organisasionalnya tetap diwarnai oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI persepsinya tentang apa yang akan diperolehnya dari usaha kerjasama tersebut Sondang P.Siagian, 1989:167.

c. Jenis-jenis Motivasi

Ada dua jenis motivasi yang secara proses berbeda dalam mempengaruhi seseorang yaitu: 1 Motivasi Positif Motivasi positif merupakan proses untuk mempengaruhi seseorang untuk menjalankan sesuatu yang dimaksudkan dengan cara membentuk untuk mendapatkan “hadiah“ yang dapat diwujudkan dengan bonus, uang, penghargaan dan lain sebagainya. Motivasi positif dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Informasi Pemberian motivasi yang jelas akan sangat berguna untuk menghindari adanya gosip dan desas-desus yang akan menurunkan semangat untuk bekerja. b. Penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan Pemberian penghargaan ini merupakan alat yang sangat berguna apalagi kebanyakan manusia senang dan merasa puas menerima pengakuan terhadap pekerjaan yang dilakukan dengan baik. c. Pemberian perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai seorang individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. Persaingan Sikap dasar yang bisa dimanfaatkan oleh para pimpina n dengan memberikan rangsangan motivasi persaingan yang sehat dalam menjalankan pekerjaan. e. Partisipasi Partisipasi digunakan sebagai salah satu bentuk motivasi positif yaitu bisa dikenal sebagai manajemen yang demokratis. Dengan dijalankan partisipasi ini akan diperoleh sebagai manfaat, seperti keputusan-keputusan yang lebih baik karena banyaknya sumber pikiran. f. Kebanggaan Rasa bangga bisa timbul bila karyawan mampu menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu yang telah disepakati bersama. g. Uang Penggunaan uang sebagai alat memotivasi karyawannya juga berguna untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. 2 Motivasi Negatif Motivasi negatif adalah proses mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang dinginkan, tetapi teknik dasar atau metodenya yang digunakan adalah lewat kekuatan atau kekerasan dengan paksaan yang menjadikan para karyawannya menjadi ketakutan.