Faktor-Faktor Penunjang Kedisiplinan Disiplin Kerja
oleh para bawahannya. Para pimpinan harus dapat memb erikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata
dengan perbuatannya. Maka diyakini bahwa jika seorang pemimpin dapat berbuat seperti diatas, para bawahannya pun akan
ikut baik, tetapi jika teladan pimpinan kurang baik kurang disiplin, maka para bawahan pun akan ikut bekerja dengan
seenaknya sendiri. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya.
3. Kompensasi Kompensasi sangatlah penting karena merupakan dorongan
utama seseorang untuk bekerja, dan juga karena kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan mempunyai kadar
pengaruh yang tinggi terhadap disiplin kerja pada diri karyawan. Setiap perusahaan atau organisasi manapun sebaiknya dapat
menetapkan kompensasi yang seimbang dengan beban kerja yang diberikan karyawan, sehingga bukan saja menjamin terwujudnya
tujuan pembinaan karyawan tetapi juga dapat menciptakan karyawan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk kedepannya,
selain itu juga untuk meningkatkan omset output produksi agar semakin berpengaruh didalam perusahaan atau organisasi.
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawannya yang dapat dinilai dengan uang
dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompensasi bukanlah upah meskipun upah merupakan bagian dari kompensasi. Kompensasi selain berbentuk uang dapat pula dapat
berupa fasilitas perumahan, tunjangan keluarga, fasilitas kendaraan, asuransi kesehatan, dan lain- lain.
4. Keadilan Pimpinan perusahaan harus dapat bersikap adil, karena
keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan dalam perusahaan. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam
pemberian balas jasa maupun pemberian hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Dengan
keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula, jadi keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan
supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula. 5. Waskat Pengawasan Melekat
Waskat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan adanya
waskat berarti pimpinan atau atasan harus bersifat aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan
prestasi kerja bawahannya. Dalam hal ini pimpinan atau atasan dituntut dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada
bawahannya yang mengalami kesulitan atau masalah dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Pengawasan melekat ini efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan, Karena karywan merasa perhatian,
bimbingan, petunjuk, arahan dan pengawasan langsung dari atasan. Dilain pihak, dengan adanya waskat, atasan atau pimpinan
juga secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan dari setiap individu bawahannya, sehingga dari
penilaian setiap bawahan bersifat objektif atau transparan. Waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan
dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara bawahan dan atasan
terwujudlah kerjasama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.
6. Sanksi Hukuman Sanksi hukuman dalam perusahaan sangatlah tepat untuk
dinyatakan, karena baik berat atau ringannya sanksi hukuman dapat langsung mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan.
Namun sanksi hukuman tersebut alangkah baiknya berupa hukuman yang sifatnya mendidik karyawan untuk mengubah
perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya wajar dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedsiplinan dalam perusahaan. Sanksi
hukuman juga seharusnya tidak terlalu ringan atau terkalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik.
7. Ketegasan Atasan harus bersifat tegas karena ketegasan pimpinan
dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani bertindak untuk
menghukum setiap karyawan yang tidak disiplin sesuai dengan sanksi yang telah ditetapkan. Jika pimpinan berani bertindak tegas
maka pimpinan itu akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demikian pimpinan atau atasan akan
memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Tetapi jika sebaliknya, apabila seorang pemimpin kurang
tegas atau tidak berani menghukum karyawan yang tidak disiplin, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan
sikap tidak disiplin karyawan akan semakin banyak karena para karyawan beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukuman tidak
berlaku lagi atau hanya bersifat formalitas. 8. Hubungan kemanusiaan
Didalam suatu perusahaan hubungan kemanusiaan juga sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan.
Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal ataupun
horisontal diantara semua karyawannya agar terwujud lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal seperti ini akan
membangkitkan motivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sedangkan Alex S. Nitisemitro 1992:200 menjelaskan tentang 6 enam hal menunjang kedisiplinan.
9. Kesejahteraan Dari tingkat kesejahteraan yang cukup, manusia dapat
hidup layak. Dengan kelayakan hidup ini para karyawan akan lebih tenang dalam menghadapi tugas-tugasnya, dan dengan
ketenangannya yang berbekal kesejahteraan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin.
10. Ancaman Untuk penegakkan kedisiplinan perlu adanya ketegasan
bagi mereka yang indisipliner. Disini berarti ancaman tidak dapat dilakukan sendiri untuk menegakkan kedisiplinan, karena
kedisiplinan sebenarnya merupakan kebiasaan, maka ancaman yang diberikan bukanlah suatu hukuman tetapi lebih ditekankan
agar mereka melaksanakan kebiasaan atau tugas-tugas dengan lebih baik dianggap baik.
11. Ketegasan Suatu ancaman atau sanksi hukuman yang tidak
dilaksanakan dengan tegas dan konsekuen justru akan lebih buruk akibatnya. Jika suatu pelanggaran dilakukan tanpa adanya suatu
tindakan atau membiarkan pelanggaran itu terjadi berlarut- larut akan mengakibatkan karyawan menganggap bahwa sanksi yang
diberikan hanyalah ancaman kosong belaka atau hanya untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semata- mata menakuti karyawannya tetapi tanpa adanya tindakan. Kalau dibiarkan terus, mereka akan berani melanggar lagi karena
tidak ada tindakan-tindakan yang tegas. 12. Partisipasi
Dengan memasukkan unsur partisipasi dari karyawan maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman
hukuman adalah hasil dari persetujuan bersama. Misalnya: suatu perusahaan ingin melaksanakan kedisiplinan yaitu agar setiap
karyawan datang tepat pada waktunya, disini pimpinan juga mengemukakan arti pentingnya masuk tepat pada waktunya bagi
kemajuan perusahaan tersebut. Jika perusahaan berhasil memasukkan unsur partisipasi
dalam peraturan yang mencantumkan ancaman hukuman, maka kecenderungan mereka akan lebih konsekuen dalam
melaksanakannya. Disamping itu juga perusahaan tidak bertindak secara dictator atau sewenang-wenang dalam membuat peraturan.
13. Tujuan dan Kemampuan Dalam perusahaan untuk memajukan kedisiplinan bukan
hanya sekedar untuk aturan penegakkan kedisiplinan saja tetapi juga dapat sebagai penunjang untuk tujuan yang ingin dicapai
perusahaan. Kedisiplinan yang ditumbuhkan atau ditegakkan haruslah sesuai dengan kemampuan dari para karyawan. Jadi disini
perusahaan harus meneliti terlebih dahulu peraturan yang akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikeluarkan, mungkinkah peraturan yang akan dikeluarkan ini sesuai dengan kemampuan karyawan atau tidak.
14. Teladan Pemimpin Teladan pimpinan mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam menegakkan kedisiplinan, sebab pimpinan merupakan panutan dan sorotan dari bawahannya. Dengan contoh penegakkan
kedisiplinan diatas, bila suatu perusahaan ingin menegakkan kedisiplianan agar para karyawan datang tepat pada waktunya,
maka hendaknya diusahakan agar pimpinan juga datang tepat pada waktunya, terutama pimpinan yang langsung berhubungan dengan
para karyawan. Dengan teladan yang demikian maka dapat diharapkan para karyawannya akan dapat lebih berdisiplin, bukan
sekedar takut akan hukuman, akan tetapi terlebih karena segan kepada pimpinannya yang datang selalu tepat pada waktunya.