1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Winataputra 2007 mendefinisikan IPS di sekolah dasar sebagai suatu studi masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah sosial dapat dipahami siswa. Berdasarkan definisi tersebut, IPS memiliki peranan
penting. Salah
satunya sebagai
sarana memecahkan
persoalan kemasyarakatan masa kini. Siswa diharapkan dapat menghadapi dan
memecahkan masalah sosial sehari-hari. Faktanya, dalam mengajarkan IPS masih ditemui kendala. Data
tersebut diperoleh berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan saat november 2011. Observasi dilakukan saat pembelajaran IPS di SDK Duwet
pada siswa kelas V semester I. Durasi observasi adalah 2 jam mata pelajaran atau sekitar 70 menit. Hal yang diamati meliputi aktivitas siswa di kelas
terutama tentang aspek keaktifan siswa. Wawancara dilakukan pada siswa dan guru. Durasi wawancara adalah 60 menit.
Berdasarkan hasil wawancara, guru menyatakan bahwa mempelajari IPS itu rumit karena IPS berisi tentang materi sosial dan bersifat hafalan.
Materi sosial yang banyak, sedangkan waktu untuk mempelajari terbatas. Guru memutuskan untuk menggunakan metode ceramah. Alasannya adalah
agar materi dapat diajarkan dan terselesaikan tepat pada waktu yang telah
direncanakan. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari IPS. Siswa dituntut memahami dan menarik hubungan antara peristiwa yang satu dan
lainnya. Siswa menyatakan bahwa terdapat berbagai istilah yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya, pengetahuan dan
informasi sebatas produk hafalan. Hasil belajar yang diperoleh tidak memuaskan. Guru menambahkan bahwa keaktifan siswa di kelas V dalam
pembelajaran IPS tidak merata. Hanya 25 atau sekitar 7 dari 27 siswa yang aktif dalam pempelajaran IPS.
Kendala tersebut berdampak pada prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM rendah. Hal
tersebut nampak pada salah satu Kompetensi Dasar KD pembelajaran IPS di sekolah dasar kelas V semester 2 yaitu menghargai jasa dan peranan
perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Rata-rata nilai hasil belajar siswa tahun pelajaran 20102011 adalah 64,95. Kriteria
Ketuntasan Minimal KKM mata pelajaran IPS di SD Kanisius Duwet adalah 65. Persentase siswa tidak tuntas KKM adalah 57,90 atau 11 siswa.
Persentase siswa tuntas KKM adalah 42,10 atau 8 siswa. Materi ini penting karena persiapan kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa
bersejarah tentang
perjuangan bangsa
Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan. Dengan pemahaman yang tepat, diharapkan siswa dapat
menghargai jasa pahlawan dan mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang berguna. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pada KD ini perlu
ditingkatkan.
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, guru mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah. Keaktifan siswa hanya terpusat pada
beberapa siswa. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran 17 Data Keaktifan Siswa halaman 308. Berdasarkan
kriteria keaktifan yang dibuat peneliti, keaktifan belajar siswa SDK Duwet dalam pembelajaran IPS masih rendah. Dari 27 siswa, siswa yang bertanya
10 anak 37,03. Siswa yang menjawab pertanyaan 8 anak 29,62. Siswa yang berpendapat 10 anak 37,03.
Peneliti menduga ada dua penyebab. Penyebab pertama terletak pada metode yang digunakan guru. Metode pembelajaran yang digunakan terbatas
pada metode ceramah. Komunikasi terbatas antara siswa dengan guru. Siswa akan bertanya maupun menanggapi pendapat hanya jika ditunjuk. Guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi. Aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, menulis, dan menjawab. Siswa kurang
terlibat dan pasif, sehingga kegiatan belajar menjadi tidak efektif. Komunikasi antar siswa diabaikan. Padahal komunikasi antar siswa penting,
agar mendukung belajar bermakna. Komunikasi merupakan bentuk keaktifan belajar siswa yang diperoleh melalui pengalaman langsung. Johnson 2010
menyebutkan bahwa “pada saat seseorang aktif secara fisik, kebanyakan
orang akan mudah mengingat sebuah informasi yang mereka peroleh ”
hlm.155 ; alasannya adalah adanya sensasi fisik yang dapat mempengaruhi struktur otak. Port dalam Johnson 2010 menambahkan
bahwa “Kegiatan fisik dapat mengirimkan pesan ke otak yang menjadi dasar bagi pembentukan
jaringan saraf yang kuat” hlm.156. Penyebab kedua terletak pada penekanan ranah kognitif yang terbatas pada kemampuan menghafal. Hasil
belajar yang diperoleh melalui metode ceramah terbatas pada hafalan. Siswa menghafal yang dikatakan guru. Siswa mengingat hal-hal yang dicatat selama
pelajaran. Siswa tidak mengalami dan terlibat melalui pengalaman langsung. Hasilnya pembelajaran yang berupa hafalan cepat dilupakan. Hal ini
dikarenakan kurangnya kebermaknaan belajar. Pembelajaran IPS di sekolah dasar seharusnya mengaktifkan siswa. Assessment Reform Group dalam
Mansur dan Rasyid 2009 menyatakan bahwa, “Keterlibatan diri siswa
secara aktif menjadi faktor utama untuk memperbaiki proses pembelajaran” hlm.91. Perlu disadari pentingnya mengembangkan model pembelajaran
agar membantu siswa belajar bermakna dan mengaktifkan siswa dengan mempertimbangkan efisiensi waktu. Situasi ini harus segera diatasi agar tidak
meghambat pencapaian prestasi belajar siswa. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, peneliti berupaya
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui penelitian tindakan kelas PTK.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu kinerja tim yang menekankan pada aktivitas dan interaksi dimana siswa akan bertanggung
jawab terhadap kemajuan tim dan kemajuan diri sendiri melalui kuis individu. Melalui STAD, siswa bekerja dalam kelompok untuk menguasai
pelajaran yang diberikan guru, siswa bertanggung jawab terhadap kemajuan individu maupun tim, serta meningkatkan interaksi siswa dalam
pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V semester 2 SD Kanisius Duwet tahun pelajaran
20112012.
B. Pembatasan Masalah