2 Ranah afektif Misalnya: memperhatikan tayangan audiovisual receiving, aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan guru responding, mahir bekerjasama dalam kelompok internalisasi nilai.
3 Ranah psikomotorik Misalnya: mahir mencari informasi dari buku gerakan kompleks, terbiasa
tampil di depan kelas dengan adanya presentasi kelompok penyesuaian.
2.1.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA Sains
2.1.2.1.Pengertian IPA
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan BSNP 2006:143. Semiawan, Carin Sund dalam Bundu 2006:4
juga mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian IPA. Menurut Semiawan sains sebelumnya lebih dikenal dengan IPA dalam arti luas adalah pengajaran
dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara teratur dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode
saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir manusia. Hal ini
sejalan dengan pendapat Carin dan Sund yang mengungkapkan bahwa Sains merupakan pula suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada
data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan sehingga di dalamnya
memuat produk, proses dan sikap manusia.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli sains mengenai pengertian IPA, maka peneliti dapat simpulkan bahwa yang dimaksud IPA adalah sebuah ilmu
pengetahuan yang benar dan merupakan penerjemahan dari peristiwa-peristiwa alam dengan metode saintifik, teratur dan sistematik sehingga di dalamnya
memuat produk, proses dan hasil. Pada dasarnya setiap individu berhak mempelajari dan menemukan hal-hal baru mengenai alam, namun pengetahuan
hasil pemikiran kita tidak begitu saja dapat menjadi sebuah ilmu, melainkan membutuhkan berbagai kriteria dan validasi dari orang lain agar dapat diterima
oleh masyarakat luas.
2.1.2.2.Hakekat IPA Hakekat IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya perilaku
karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang
terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia Mariana dan Praginda 2009:6.
Menurut Bundu 2006:11 IPA secara garis besar memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Cain Evans https:hafis
muaddab.wordpress.com menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.
Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya IPA mencakup empat komponen, yaitu produk, sikap, proses, serta
teknologi. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat komponen IPA tersebut menurut Bundu 2006:12 :
2.1.2.2.1. IPA sebagai Proses
Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjut-
nya, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen. Berikut ini adalah proses IPA yang akan dilakukan dalam
penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual, diantaranya adalah: mengamati permukaan batuan yang ditumbuhi lumut,
mengklasifikasikan gambar batuan berdasarkan jenisnya, merumuskan hipotesis tentang darimanakah batuan berasal melalui pengamatan gambar siklus batuan,
menyimpulkan bahan utama pembentuk tanah, melakukan percobaan perlakuan suhu pada batuan untuk membuktikan pelapukan batuan secara fisika, dan lain-
lain. 2.1.2.2.2.
IPA sebagai Produk Ilmiah IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan
hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori Sains.
1 Fakta Sains Fakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada,
atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dibuktikan secara obyektif. Contoh materi berupa fakta dalam penelitian ini yaitu batu yang
ditumbuhi lumut menjadi lapuk, batuan memiliki sifat yang berbeda-beda.
2 Konsep Sains Konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta Sains yang saling
berhubungan. Contoh materi berupa konsep dalam penelitian ini misalnya pengertian pelapukan biologi, fisika, dan kimia.
3 Prinsip Sains Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau menjelaskan saling
keterhubungan sejumlah fakta. 4 Hukum Sains
Hukum Sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga
dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. 5 Teori Sains
Teori Sains merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan hukum atau gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk
menjelaskan gejala alam Iskandar 2001:4. 2.1.2.2.3.
IPA sebagai Sikap Ilmiah Sikap Sains adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan
mengembangkan pengetahuan baru. Menurut Wyne Harlen dalam Darmodjo dan Kaligis 1991:7 dalam bukunya Teaching and Learning Primary Science setidak-
tidaknya ada 9 aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD , yaitu : 1 sikap ingin tahu curiousity; 2 sikap ingin mendapatkan sesuatu yang
baru originality; 3 sikap kerjasama co-operation; 4 sikap tidak putus asa perseverance; 5 sikap tidak berprasangka open-mindedness; 6 sikap mawas
diri self criticism; 7 sikap bertanggung jawab responsibility; 8 sikap berfikir bebas independence in thinking; 9 sikap kedisiplinan diri self discipline.
Berikut adalah beberapa contoh sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada siswa dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media
audiovisual, yaitu sikap bertanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok, sikap ingin tahu tampak ketika siswa mengamati bahan pembentuk tanah, sikap
kerja keras tampak ketika siswa mengamati dan mendiskusikan gambar siklus batuan untuk dapat menyimpulkan darimana batuan berasal, dan lain-lain.
2.1.2.2.4. IPA sebagai Teknologi
Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan keterkaitan antara hakikat Sains dan teknologi menurut Mariana dan Praginda 2009:8 :
Bagan.2.2 Alur Materi Hakikat IPA dan Pendidikan IPA
Berdasarkan diagram di atas, Sains dan teknologi saling melengkapi sangat erat satu dengan yang lainnya. Penemuan dalam sains memungkinkan
pengembangan teknologi, dan hasil teknologi menyediakan instrumen yang baru sehingga mendukung proses observasi dan percobaan dalam sains. Berikut ini
adalah contoh teknologi yang akan disampaikan dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual: 1 batu apung sebagai
pondasi bangunan bersifat ringan dan tahan suhu panas, 2 batu granit untuk batu hias dekorasi; 3 budidaya dan komoditi ekspor salah satu bahan pembentuk
tanah yaitu cacing untuk menyuburkan pertanian. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA mengandung keempat
komponen tersebut. Maka dalam pendidikan IPA di sekolah-sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat komponen tersebut, sehingga pemahaman siswa
terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Apabila tidak, maka mengajarnya dikatakan belum lengkap.
2.1.2.3.Pembelajaran IPA di SD
Pada bagian latar belakang Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD MI alinea 3 diungkapkan bahwa pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah scientific inquiry yaitu menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup BSNP 2006:143. Selain itu pembelajaran IPA yang benar haruslah mencakup
keempat komponen hakikat IPA, yaitu proses, produk, teknologi dan sikap ilmiah. Dengan pembelajaran yang mencakup keempat komponen tersebut, maka
pembelajaran menjadi lengkap dan optimal.
Dalam kurikulum IPA sekolah dasar, pembelajaran IPA memuat tiga komponen Bundu 2006:49: 1 harus merangsang pertumbuhan intelektual dan
perkembangan siswa; 2 harus melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan
praktikum percobaan tentang hakikat IPA; 3 IPA pada sekolah dasar seharus- nya: mendorong dan merangsang terbentuknya sikap ilmiah, mengembangkan
penggunaan keterampilan proses IPA, mengetahui pola dasar penguasaan IPA,
merangsang tumbuhnya sikap berpikir kritis dan rasional.
Selain itu pembelajaran IPA di SD harus menggunakan keterampilan proses IPA. Menurut Semiawan dalam Aisyah 2007:6.3 pendekatan keterampilan
proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
hasil belajar. Ia juga mengemukakan alasan yang melandasi perlunya penerapan keterampilan proses, yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini
maka tidaklah mungkin seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep pada siswanya dan jika dipaksakan akibatnya siswa mungkin memiliki banyak penge-
tahuan namun tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan melalui berbagai keterampilan dalam Nasution 2007:1.8.
Menurut Funk dalam Moedjiono dan Dimyati 1991:16 ada berbagai keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-
keterampilan dasar basic skills dan keterampilan terintegrasi integrate skills. Keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah:
Tabel 2.2
Keterampilan-keterampilan Proses
Keterampilan dasar basic skills
Keterampilan terintegrasi integrate skills
1 Mengobservasi 1 Memformulasi hipotesis
menamai variabel 2 Mengklasifkasi
2 Membuat definisi operasional 3 Memprediksi
3 Melakukan eksperimen menginterpre tasikan data
4 Mengukur 4 Melakukan penyelidikan
5 Mengkomunikasikan 6 Menginferensi
7 Mengenal hubungan ruang
dan waktu 8 Mengenal
hubungan- hubungan angka
Sumber : Nasution 2007: 1.3-2.3
Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, keterampilan proses yang akan digunakan adalah keterampilan
tingkat dasar dan keterampilan terintegrasi, diantaranya yaitu : 1 Keterampilan observasi tampak ketika siswa mengamati bahan-bahan pem-
bentuk tanah. 2 Keterampilan klasifikasi tampak ketika siswa mengklasifikasi gambar ber-
bagai batuan berdasarkan jenisnya. 3 Keterampilan mengukur tampak ketika siswa membandingkan volume air
hasil resapan dari berbagai jenis tanah. 4 Keterampilan komunikasi tampak ketika siswa mengkomunikasikan urutan
bahan-bahan pembentuk tanah dalam bentuk bagan. 5 Keterampilan menginferensi tampak ketika siswa menyimpulkan proses
terjadinya bumi.
6 Keterampilan memformulasi hipotesis, tampak ketika siswa mendiskusikan dugaan jawaban tentang darimanakah batuan berasal.
7 Keterampilan melakukan eksperimen tampak ketika siswa melakukan percobaan pelapukan batuan secara fisika dengan perlakuan suhu pada
batuan. Pembelajaran sains juga harus diterapi model pembelajaran yang inovatif,
salah satunya adalah model inkuiri. Pembelajaran sains merujuk pada proses- proses pencarian sains yang dilakukan para ahli. IPA memiliki suatu metode, yang
dikenal dengan scientific method atau metode ilmiah yang meliputi kegiatan- kegiatan seperti: 1 perumusan masalah; 2 penyusunan kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis; 3 perumusan hipotesis; 4 pengujian hipotesis; dan 5 penarikan kesimpulan Mariana dan Praginda 2009: 6. Sementara ittu sintaks dari
model inkuiri menurut Hamruni 2012: 95, yaitu : 1 orientasi; 2 merumuskan masalah; 3 mengajukan hipotesis; 4 mengumpulkan data; 5 menguji
hipotesis; 6 merumuskan kesimpulan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahapan pelaksanaan inkuiri sejalan dengan karakteristik IPA,
yaitu adanya metode ilmiah dalam proses pencarian sains. Sehingga pembelajaran IPA cocok diterapi model inkuiri.
Model inkuiri adalah model yang dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan. Model ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika tersedia media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu media yang
dapat menyajikan permasalahan secara nyata sehingga merangsang siswa berpikir
kritis. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah media audio- visual.
Tujuan pembelajaran IPA yang dikehendaki dalam KTSP IPA SD akan dapat dicapai dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum IPA sekolah
dasar, pembelajaran yang disarankan dalam KTSP, menerapkan keterampilan proses, mencakup semua komponen hakikat IPA, serta diterapi model pembelajar-
an inovatif yaitu model inkuiri berbantukan media audiovisual. Dengan pem- belajaran IPA yang demikian, maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.
2.1.3. Penerapan Model Inkuiri