keberhasilan dimana siswa mengalami ketuntasan belajar 80 dalam kategori sangat tinggi.
4.2.1.3.3. Kajian Empiris
Peningkatan hasil belajar dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini juga sejalan dengan peningkatan hasil belajar
yang dilakukan oleh Winarso 2013 dan Utami 2013 dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar Sifat Cahaya dengan Metode Inkuiri”. Perolehan nilai hasil belajar pada siklus I mencapai ketuntasan klasikal sebanyak
73,3. Sementara perolehan nilai hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan dengan mencapai peningkatan ketuntasan klasikal sebanyak 80.
4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan di kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang diperoleh kesimpulan bahwa melalui penerapan model
inkuiri berbantukan media audiovisual, kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar di kelas tersebut dapat
meningkat. Hal ini dapat diketahui pada keterampilan guru memperoleh persentase rata-rata siklus I dengan kategori tinggi, siklus II meningkat dengan
kategori tinggi, dan pada siklus III dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I kategori tinggi, siklus II meningkat dengan kategori
tinggi, dan siklus III dengan kategori sangat tinggi. Selain itu pada siklus I kategori ketuntasan belajar sedang, pada siklus II kategori ketuntasan belajar
tinggi, dan pada siklus III dengan kategori ketuntasan sangat tinggi.
Maka dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar melalui penerapan model
inkuiri berbantukan media audiovisual, pembelajaran IPA yang ideal harus berpusat pada siswa. Artinya siswa yang banyak belajar sambil bekerja.
Mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman langsung, baik secara mental maupun fisik. Dengan pembelajaran yang demikian, maka pengetahuan
yang diperoleh lebih bermakna. Sementara guru berperan sebagai fasilitator, motivator, director, rewarder, dan administrator.
Selain itu guru seharusnya mampu menciptakan skenario pembelajaran yang siswanya dihadapkan pada sebuah permasalahan untuk dipecahkan. Agar
permasalahan yang disajikan lebih konkret dan mendorong siswa untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut, maka media audiovisual yang digunakan harus
dipersiapkan dengan matang. Kriterianya antara lain : 1 berdurasi cukup; 2 mampu menimbulkan rasa ingin tahu siswa; 3 mengandung rumusan masalah
yang membutuhkan pemikiran logis dan kritis; 4 jelas dan menarik; 5 mengarahkan permasalahan dari yang sederhana menuju ke kompleks; 6 bahasa
yang digunakan sederhana; dan 7 penggunaan contoh ilustrasi mengena pada pernasalahan.
Guru juga harus mampu menciptakan kelas yang demokratis, yaitu siswa secara bebas dapat mengemukakan pendapatnya dan bertanya. Guru juga harus
memiliki kemampuan bertanya yang baik. Karena teknik bertanya sangat dibutuhkan dalam pembelajaran, misalnya dalam mengarahkan siswa pada
permasalahan, mengaktifkan siswa, serta mengetahui sejauhmana proses berpikir
siswa. Pembelajaran inkuiri yang memfasilitasi siswa dalam pemecahan masalah, menuntut guru untuk mampu memberikan keyakinan pada siswa bahwa masalah
pasti dapat terpecahkan, sehingga guru bertugas untuk mengarahkan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Untuk meningkatkan motivasi siswa
dan memberikan rasa percaya diri siswa, maka guru juga harus memberikan reward dengan segera.
Agar mencapai pembelajaran yang optimal, di samping keterampilan guru yang harus baik, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA yang menerapkan model
inkuiri berbantukan media audiovisual ini juga menjadi faktor penentu keberhasilan. Siswa seharusnya memiliki kesadaran akan pentingnya kerjasama
dalam kelompok. Meskipun tugas diselesaikan secara berkelompok, namun tanggung jawab dan kesadaran untuk memahami materi harus dimiliki setiap
siswa. Siswa juga harus mampu mengembangkan potensinya dalam memimpin kelompok, bekerjasama dalam tim, keterampilan bertanya, berpendapat, dan
percaya diri melalui presentasi, serta terampil dalam praktek. Selain keterampilan guru yang harus baik dan aktivitas siswa yang optimal,
maka peran sekolah dalam memfasilitasi pembelajaran juga sangat diperlukan. Misalnya dalam penyediaan peralatan untuk penayangan media, bahan yang
dibutuhkan dalam percobaan, dan lain-lain.
285
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA dengan model inkuiri berbantukan media
audiovisual pada siswa kelas V SDN Mangkang Kulon 02 Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa :
1 Keterampilan guru meningkat yaitu pada siklus I memperoleh kategori tinggi, siklus II memperoleh kategori tinggi, dan pada siklus III memperoleh kategori
sangat tinggi. Dengan pencapaian kategori sangat tinggi pada siklus III, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah banyak
didominasi kegiatan siswa. 2 Aktivitas siswa meningkat yaitu pada siklus I memperoleh kategori tinggi,
siklus II memperoleh kategori tinggi, dan pada siklus III memperoleh kategori sangat tinggi. Dengan kategori sangat tinggi yang diperoleh pada siklus III,
maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang muncul lebih banyak daripada
pembelajaran yang
konvensional, seperti
keterampilan memformulasi hipotesis sebagai penerapan keterampilan proses tingkat
lanjut, keterampilan mencari informasi dari berbagai sumber, dan lain-lain. 3 Peningkatan pada keterampilan guru dan aktivitas siswa, bermuara pada
peningkatan hasil belajar. Hasil belajar siswa meningkat yaitu pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 62,57 dengan ketuntasan belajar berada pada kategori