Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada

2 Penyajian Setelah tujuan ditetapkan dan persiapan selesai, maka tibalah waktunya untuk penyajian. 3 Penerapan Suatu pelajaran atau informasi tidak ada artinya kalau seseorang tidak dapat menggunakan atau tidak bisa menerapkannya dalam penghidupan sehari-hari. Untuk menguatkan dasar bagi penerapan itu dapat dilakukan beberapa hal misalnya praktek, pertanyaan-pertanyaan, ujian, dan diskusi. 4 Kelanjutan Pendekatan secara menyeluruh dan berulang-ulang besar pengaruhnya. Oleh karena itu, jika ada kesempatan pelajaran atau pesan yang telah diberikan harus diulang-ulang.

2.1.5. Penerapan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pada

Pembelajaran IPA 2.1.5.1. Pengertian Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Richard Suchman untuk membelajarkan siswanya pada proses penyelidikan dan menjelaskan fenomena yang tidak biasa Joyce and Weil 1996:193. Bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan kedisiplinan intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model inkuiri didukung oleh teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Seymour Papert, dalam teori ini mengungkapkan bahwa manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri Rifa‟i dan Anni 2009:225. Agar dapat menyajikan permasalahan secara nyata sehingga merangsang siswa berpikir kritis, penerapan model inkuiri didukung dengan penggunaan media audiovisual. Menurut Kustandi dan Sutjipto 2011:34 media audiovisual adalah media yang menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis atau elektronik, untuk menyajikan pesan- pesan audio dan visual. Penggunaan media audiovisual ini didukung oleh teori pembelajaran visual yang menyebutkan bahwa pesan yang ditampilkan melalui gambar dapat mendorong aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dalam desain pembelajaran melalui televisi atau video yang menonjolkan gambar sebagai alat yang dimuati pesan pendidikan Uno 2008:55. Jadi dapat disimpulkan bahwa model inkuiri berbantukan media audiovisual adalah sebuah rancangan kegiatan pembelajaran dimana guru membelajarkan siswa pada sebuah penyelidikan dan pemecahan masalah secara terbuka namun tetap disiplin serta menggunakan media audiovisual sebagai pendukung dalam proses pembelajaran, artinya siswa secara aktif mengkonstruk pengetahuannya melalui pengalaman langsung sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih mendalam dengan tetap memperhatikan kelogisan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini peneliti melaksanakan tahapan model inkuiri yang dikombinasikan dengan tahapan media audiovisual. Siswa dihadapkan pada sebuah permasalahan yang disajikan dalam bentuk audiovisual kemudian dipecahkan secara berkelompok dan diakhiri dengan penayangan audiovisual solusi permasalahan. Secara lebih lanjut akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. 2.1.5.2. Karakteristik Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual 2.1.5.2.1. Sintak Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual Tabel 1.1 Tahapan model inkuiri yang dikombinasikan dengan tahapan media audiovisual Tahapan Model Inkuiri Tahapan Media Audiovisual Tahapan Model Inkuiri+Media audiovisual Persiapan Orientasi Penyampaian orientasi umum Merumuskan masalah Penyajian Penayangan media audiovisual untuk menampilkan permasalahan Penerapan Mengajukan pertanyaan-pertanyaan Mengajukan hipotesis Membuat hipotesis Mengumpulkan data Mengumpulkan informasi dari sumber data Menguji hipotesis Menentukan jawaban antara hipotesis dan hasil pengumpulan data Merumuskan kesimpulan Kelanjutan Penayangan media audiovisual sebagai data akurat untuk membuat kesimpulan Sumber : Tahapan model inkuiri bersumber dari Hamruni 2012:95 Tahapan media audiovisual bersumber dari Suleiman 1988:21 Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, peneliti memadukan sintak model inkuiri dengan sintak media audiovisual. Untuk tahap persiapan media audiovisual, tidak dicantumkan dalam sintak gabungan, karena hal ini dilakukan di luar kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Pada tahap orientasi, guru menyampaikan orientasi secara umum yang meliputi pokok kegiatan inkuiri dengan kalimat yang sederhana, menjelaskan topik yang akan dipelajari, tujuan hasil belajar yang diharapkan serta pentingnya topik untuk memotivasi siswa. Kemudian dalam tahap merumuskan masalah, dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah tahap penyajian media audiovisual permasalahan. Penyajian permasalahan dengan menggunakan media audiovisual memiliki beberapa kelebihan. Seperti yang diuraikan Suleiman 1988:17, yaitu dapat menghindarkan salah pengertian, mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak dan menarik minat siswa. Permasalahan yang diajukan juga dapat menciptakan situasi proses belajar menjadi lebih merangsang Roestiyah 2008:76. Pada siklus I1 dengan topik siklus batuan permasalahan diajukan berupa gambar batuan dengan tanah hasil pelapukannya yang disertai dengan pertanyaan dan kolom keterangan yang masih kosong. Pada siklus I2 dengan topik ciri-ciri batuan permasalahan diajukan dengan menyajikan gambar dua batuan dari jenis yang berbeda untuk dibandingkan disertai dengan deskripsi “samakah” dan “bedakah”. Untuk siklus II1 dengan topik pelapukan batuan, permasalahan berupa video abrasi laut. Permasalahan pada siklus II2 dengan topik bahan pembentuk tanah dan lapisan tanah disajikan dengan menampilkan video dua tempat yang berbeda untuk dibandingkan komposisi tanahnya, video pertama menampilkan seorang petani yang tengah membajak sawah dan video kedua berupa pantai yang kumuh karena banyak sampah. Pada siklus III1 dengan topik daya resap air pada berbagai jenis tanah, permasalahan disajikan dengan menampilkan tanaman pada dua jenis tanah yang berbed a disertai dengan pertanyaan “subur manakah?”. Dan untuk siklus III2 dengan topik proses terjadinya bumi, permasalahan disajikan dengan menampilkan video tata surya. Pada setiap akhir tayangan, guru mencantumkan pertanyaan rumusan masalah yang akan dipecahkan siswa. Tahap kedua dalam merumuskan masalah yaitu setelah penayangan media audiovisual permasalahan selesai, dilanjutkan pertanyaan-pertanyaan dari guru untuk memperjelas masalah. Pada tahap membuat hipotesis, siswa dibentuk secara berkelompok dengan setiap kelompoknya berjumlah 4-5 siswa untuk mendiskusi- kan jawaban dugaan kelompok. Setelah berdiskusi setiap kelompok menyampai- kan hipotesis beserta alasannya. Pada tahap ini, siswa didorong untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri Roestiyah 2008:76. Pada tahap mengumpulkan informasi dari sumber data, siswa melakukan praktek, diskusi dan atau mencari informasi dari buku secara berkelompok. Kemudian siswa menuliskannya pada LKPD yang telah disediakan. Pada tahap ini tampak kelebihan model inkuiri, yaitu memberikan waktu pada siswa secukupnya untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi, serta mengembangkan “self concept” pada diri siswa Roestiyah 2008:76. Pada siklus I1 dan siklus III2 guru tidak mengadakan praktek karena materi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan praktek. Sehingga pada siklus I1 informasi diperoleh dari buku dan pengamatan gambar. Lalu untuk siklus III2 informasi diperoleh dari penyusunan kartu peristiwa terjadinya bumi. Pada tahap menentukan jawaban antara hipotesis dan hasil pengumpulan data, siswa berdiskusi untuk menentukan jawaban yang diyakini. Apakah memilih hipotesis atau memilih informasi yang diperoleh setelah pengumpulan data. Siswa didorong untuk bekerja secara obyektif, jujur dan terbuka. Pada tahap ini jawaban harus disertai alasan pemilihan jawaban, untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa. Tahap terakhir yaitu penayangan media audiovisual sebagai data akurat untuk membuat kesimpulan. Guru menayangkan media audiovisual sebagai jawaban dari permasalahan. Pada siklus I1 berupa video pembentukan batuan beku, gambar siklus batuan dan deskripsi 3 jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya. Pada siklus I2 berupa gambar berbagai batuan dan deskripsi cirinya. Pada siklus II1 berupa penjelasan disertai gambar contoh ketiga jenis pelapukan. Untuk siklus II2 berupa gambar dua jenis tanah, yaitu tanah pada halaman sekolah dan tanah pada lapangan sepakbola disertai deskripsi bahan pembentuknya. Lalu untuk siklus III1 berupa diagram daya resap air pada berbagai jenis tanah. Untuk pertemuan yang terakhir yaitu siklus III2 berupa video proses terjadinya bumi dan kartu peristiwa terjadinya bumi yang telah disusun. Dalam penelitian, tayangan balikan disajikan secara berulang dan dihentikan pada hal-hal yang ditekankan. Guru juga meminta siswa untuk mencatat apa yang tertera pada tayangan. Penggunaan media audiovisual sebagai umpan balik memiliki kelebihan yaitu mampu mengekalkan pengertian yang didapat. Kelompok yang jawabannya sesuai dengan tayangan akan memperoleh kepuasan secara intrinsik. Tahapan ini diakhiri dengan penyampaian kesimpulan oleh siswa. Penyampaian kesimpulan dapat mengembangkan kecakapan siswa dalam mengkomunikasikan ide secara lisan. Kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam penelitian ini dapat diamati dan diukur selama tahapan berlangsung. 2.1.5.2.2. Sistem Sosial Dalam model inkuiri, Suchman bertujuan menciptakan sistem sosial yang kooperatif dan disiplin. Meskipun sistem sosial dalam model ini dimonitori oleh guru, namun bersifat terbuka untuk berpendapat. Model ini dapat mengembang- kan keterampilan siswa dalam memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar, keterampilan berdiskusi, melakukan eksperimen, dan berdiskusi dengan guru. Sementara peran guru adalah memilih dan menciptakan situasi permasalah- an, mengarahkan penyelidikan berdasarkan prosedur inkuiri, memberikan informasi yang diperlukan selama penyelidikan, membantu siswa untuk mem- fokuskan pada penyelidikan, memfasilitasi diskusi antar siswa. Joyce dan Weil 1996:199 Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, peneliti menciptakan sistem sosial yang kooperatif, terbuka dalam mengemukakan ide namun tetap memegang pada kelogisan. Sistem sosial yang terbuka untuk berpendapat, dapat mengembangkan keterampilan bertanya dan keterampilan bekerjasama siswa. Siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber, baik tutor sebaya, buku-buku, pengamatan ketika eksperimen, maupun dari guru. Sementara peran guru dalam penelitian ini diantaranya adalah menyajikan permasalahan dengan menayangkan media audiovisual permasalahan dilanjutkan pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan pokok kegiatan inkuiri, membentuk kelompok-kelompok diskusi yang heterogen, dan mendatangi setiap kelompok untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan. Keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam penelitian ini, salah satunya dapat diukur dari sistem sosial yang terbentuk. Misalnya keterampilan guru dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dapat diamati apakah guru sudah menciptakan sistem sosial yang terbuka dalam berpendapat yaitu dengan adanya penyebaran pertanyaan. Sementara aktivitas siswa dalam sistem sosial yang terbuka ini dapat diamati dari keaktifan siswa dalam bertanya. 2.1.5.2.3. Prinsip Reaksi Reaksi penting yang harus dilakukan guru banyak dibutuhkan pada tahap kedua dan ketiga Joyce dan Weil 1996: 200. Tahap kedua, tugas guru adalah membantu siswa dalam inkuiri. Jika pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”, maka guru harus meminta siswa mengulangi pertanyaan tersebut sehingga mereka mampu mengumpulkan data, guru juga harus mengarahkan siswa pada permasalahan. Pada tahap ketiga, guru bertugas untuk membimbing penyelidikan siswa. Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, reaksi yang guru berikan bertujuan membimbing siswa dalam melakukan proses inkuiri. Keterampilan guru dapat diamati pada beberapa hal, diantaranya adalah usaha guru dalam memperjelas masalah, memberikan petunjuk kegiatan, mengingatkan masalah yang akan dibahas, memberikan bantuan pada setiap kelompok dan menegur siswa yang tidak melaksanakan tugasnya. 2.1.5.2.4. Sistem Pendukung Sistem pendukung yang optimal tercipta apabila guru memahami proses intelektual dan strategi inkuiri, serta memfasilitasi berbagai sumber belajar yang berkaitan dengan permasalahan Joyce dan Weil 1996:200. Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, peneliti menerapkan tahapan inkuiri dengan mempertimbangkan perkembangan kognitif siswa yang berada pada tahap operasional konkret menuju ke tahap operasi formal. Sehingga guru memfasilitasi siswa berbagai sumber belajar, baik berupa bahan percobaan maupun media audiovisual. Media audiovisual yang digunakan untuk memperjelas permasalahan, disesuaikan dengan taraf berpikir siswa. Kualitas keterampilan guru dalam menyajikan permasalahan berbantukan media audiovisual dapat diukur dengan kriteria menarik tidaknya tayangan, apakah menimbulkan rasa ingin tahu, apakah penggunaan contoh dan ilustrasi sesuai dan apakah bahasa yang digunakan sederhana. Penggunaan media audiovisual dalam menyajikan permasalahan dan sebagai tayangan balikan memiliki beberapa kelebihan. Seperti yang diungkapkan Suleiman 1988:17 bahwa kelebihan media audiovisual antara lain: 1 menghindarkan salah pengertian, 2 mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak; 3 diminati siswa, dan 4 mengekalkan pengertian yang didapat. Poin 1, 2, dan 3 adalah kelebihan penggunaan media audiovisual sebagai tayangan permasalahan, sementara poin 4 adalah kelebihan penggunaan media audiovisual sebagai tayangan balikan. 2.1.5.2.5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Model pembelajaran inkuiri memiliki tujuan instruksional yaitu proses ilmiah dan strategi kreatif dalam penyelidikan. Sementara dampak pengiring model inkuiri adalah semangat berkreativitas, pembelajaran mandiri dan bebas, memiliki toleransi dengan ambiguitas, pandangan bahwa pengetahuan dapat dibuktikan. Joyce dan Weil 1996:199 Dalam penelitian yang menerapkan model inkuiri berbantukan media audiovisual ini, tujuan instruksional untuk mengembangkan proses ilmiah pada siswa dilakukan dengan menyajikan permasalahan untuk dipecahkan secara berkelompok. Sehingga siswa terbiasa berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap penemuannya. Keilmiahan siswa dapat diamati pada aktivitas siswa dalam menambahkan alasan pemilihan hipotesis dan menyampaikan alasan pemilihan jawaban. Sementara tujuan instruksional untuk mengembangkan strategi kreatif siswa dalam penyelidikan dilakukan dengan memfasilitasi siswa dalam percobaan dan diskusi kelompok. Sehingga siswa kreatif dalam praktek dan terampil dalam mengolah informasi dari berbagai sumber penyelidikan yang dilakukan. Dampak pengiring adalah karakter yang terbentuk sebagai hasil dari proses pembelajaran IPA melalui penerapan model inkuiri berbantukan media audiovisual meliputi jujur dengan hasil percobaan meskipun tidak sesuai dengan perkiraan, toleransi dengan adanya perbedaan pendapat, kerja keras dalam mengamati percobaan, mandiri dalam memperoleh pengetahuan, komunikatif dalam menyampaikan hasil diskusi pendapat, bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam kelompok.

2.1.6. Hubungan Model Inkuiri Berbantukan Media Audiovisual dengan

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI 02 SEMARANG

1 11 296

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PBL DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 12 274

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TALKING STICKBERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 02 KOTA SEMARANG

0 9 206

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GEOMETRI MELALUI PMRI VARIASI TARI BAMBU BERBANTUAN KOMIK PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 SEMARANG

0 36 336

PENERAPAN METODE MIND MAPPING BERBANTUKAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 SEMARANG

0 4 197

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN 02 KOTA SEMARANG

0 2 348

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN WONOSARI 02 KOTA SEMARANG

1 5 467

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN WONOSARI 02 SEMARANG

0 18 265

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL CTL BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN 02 KOTA SEMARANG

1 7 260

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANG KULON 02 KOTA SEMARANG

0 5 221