soal, maka sebagian besar dari mereka lebih memilih diam dan tidak mengerjakan soal tersebut. Latihan soal yang diberikan pada kelompok ini sama dengan latihan
soal pada kelompok eksperimen. Proses pembelajaran dirasa kurang optimal karena kurang mampu menjangkau kesuluruhan siswa. Kelas sangat didominasi
oleh guru dan siswa yang pintar saja. Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian postes, secara umum hasil
akhir siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI telah memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam proses penelitian ini. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang
maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun mempunyai
keterbatasan. Hal tersebut antara lain: 1.
Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, sehingga belum dapat
digeneralisasikan pada pokok bahasan yang lain. 2.
Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, sedangkan aspek lain tidak
dikontrol. 3.
Pengadaan alat peraga tidak maksimal karena keterbatasan biaya peneliti, sehingga sangat berpengaruh terhadap kefektifan pembelajaran dengan
pendekatan SAVI. 4.
Pengontrolan terhadap alokasi waktu dalam proses pembelajaran dengan pendekatan SAVI belum maksimal, sehingga berpengaruh pada keoptimalan
pembelajaran itu sendiri.
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa di SMPN 138 Jakarta, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang pembelajarannya
diterapkan pedekatan SAVI memiliki nilai rata-rata 69,36. Skor tertinggi yang dicapai pada kategori tahapan kemampuan pemecahan masalah adalah tahapan
memahami masalah, yaitu sebesar 90,83. Hal tersebut terjadi karena siswa sudah cukup terbiasa dalam mengumpulkan informasi dan merumuskan
masalah dari soal yang diberikan. Sedangkan skor terendah yang dicapai pada kategori tahapan kemampuan pemecahan masalah adalah tahapan memeriksa
kembali, yaitu sebesar 37,78. Hal ini terjadi karena siswa sudah merasa cukup ketika telah mendapatkan hasil dari soal yang diberikan, mereka tidak
memeriksa kembali kebenaran hasil yang telah diperoleh. 2.
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang pembelajarannya secara konvensional memiliki nilai rata-rata 61,08. Skor tertinggi yang dicapai
pada kategori tahapan kemampuan pemecahan masalah adalah tahapan memahami masalah, yaitu sebesar 82,50. Siswa sudah cukup terbiasa dalam
menentukan masalah dan mengumpulkan informasi dari soal yang diberikan, namun ada beberapa siswa yang kurang lengkap dalam memahami masalah
dan kurang tepat dalam merumuskan masalah. Sedangkan skor terendah pada kategori tahapan kemampuan pemecahan masalah dicapai pada tahapan
memeriksa kembali, yaitu sebesar 15,28. Selain karena siswa belum terbiasa dalam tahapan ini, rendahnya skor kemampuan pemecahan masalah pada
tahapan memeriksa kembali juga disebabkan karena siswa merasa khawatir soal yang dikerjakan tidak terselesaikan dengan waktu yang terbatas.