Tanya: Proses pembuatan sebuah produk baru Pembiayaan Hunian Syariah

120 bisa sampe Rp.25 Milyar, karena kalau bank-bank lain rata-rata Rp.5 Milyar, selain itu kita bisa untuk pegawai kontrak yang memiliki kebutuhan akan rumah. Kan banyak orang yang belum berstatus pegawai tetap tapi sudah ada kebutuhan mempunyai rumah, misal karena udah nikah. Kekurangannya sendiri pricingnya yang tinggi dan tidak bisa melakukan evaluasi pricing karena murabahah. Kenapa bisa tinggi karena supaya sampe lunas fluktuasi dari biaya dana yaitu biaya deposito dapat di cover. Karena kan kalau murabahah kalau biaya deposito berubah-ubah, misal naik, kita gak bisa naikin, padahal biaya kita naik, makanya dari awal kita pricing lebih tinggi. Tapi lebih tingginya itu kita ngacu dari pasar. karena kalau kita selisihnya jauh dari pasar, produk kita gak laku juga dan karena kan pasarnya juga kebanyakan murabahah.

8. Tanya: Bagaimana dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produk PHS

Pembelian, baik faktor internal dari manajemen BMI dan juga faktor eksternal ? Jawab: Kebijakan dari Pemerintah seperti program subsidi KPR. Karena BMI tidak ikut program subsidi KPR dari Pemerintah jadi tidak berdampak apa-apa, karena ini kan pembiayaan rumah, konsumtif, bukan pembiayaan produktif. Jadi, kalau dalam ekonomi, disebut in elastis, kebijakan berubah impactnya kecil. Kan Pemerintah punya program di bidang perumahan kaya mensubsidi KPR, subsidi suku bunga atau uang muka, nah yang ikut program itu kan bank-bank BUMN. Kalau kebijakan Pemerintah secara makro, seperti peran Pemerintah dalam menstabilkan suku bunga. Misal, kalau Pemerintah gagal menstabilkan suku bunga, impactnya adalah ya untuk permintaan KPR jadi rendah. KPR yang bagus 121 itu jika suku bunganya stabil, jadi kemampuan masyarakat terjaga untuk permintaan KPR. Lalu kebijakan di bidang tenaga kerja. Seperti gaji, nilai UMR Upah Minimum Regional segala macem soal kesejahteraan pekerja. Kalau UMR terlalu rendah sehingga banyak orang yang tidak bisa membeli rumah, tapi secara keseluruhan kebijakan Pemerintah itu tidak berdampak. Karena orang itu mampu atau tidak mampu akan dipaksakan untuk membeli rumah kebutuhan dasar. Kecuali kalau pembiayaan yang sifatnya komersil seperti ekspor-impor, kebijakan Pemerintah akan berdampak sekali pengaruhnya. Selain itu, regulasi dari Pemerintah cukup mensupport untuk produk-produk perbankan syariah dan KPR saat ini sedang bagus. Untuk SDM, jadikan, eee ... harusnya kan kalau di bank-bank itu prestisnya adalah jumlah nasabah itu berbanding dengan jumlah SDM yang ngurusin dan prosesnya itu lebih efisiensi. Kalau ngerjainnya di cabang, efisiensinya jadi lebih rendah karena bagian-bagian di cabang jadi diberdayakan untuk ngurusin hal-hal yang sebenarnya bisa dilakuin di pusat. Seperti misalnya, taksasi atau penilaian jaminan itu cabang juga bisa ngelaksanain. Kan beda ya efisiensi antara 1 orang yang ditugasin seharian untuk keliling daerah untuk meriksa rumah sama satu orang yang punya tugas double job, misalnya meriksa jaminan dan tugas lain. Kecepatannya tergantung dari data-data yang diterima ... kalau untuk follow up itu langsung, begitu nasabah ngajuin kita langsung follow up, hari besoknya paling lama diproses, masalahnya apakah datanya sudah lengkap untuk diproses. Terus misalnya persetujuan, aplikasinya udah nih. Terus kan minta persetujuan, butuh