BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produk Finansial Derivatif
Produk finansial derivatif atau produk turunan merupakan efek turunan dari efek utama, baik efek bersifat penyertaan saham, maupun efek bersifat
utang obligasi. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari efek utama maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang
nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain yang mendasari atau disebut juga underlying assets Safitra et al. 2011.
Dalam pengertian lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara dua atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau
menjual suatu aset atau komoditas yang dijadikan sebagai objek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama
antara pihak penjual dan pihak pembeli. Nilai pada masa mendatang dari objek yang diperdagangkan tersebut aset maupun komoditas sangat dipengaruhi oleh
instrumen induknya yang ada di spot market. Dua klasifikasi terbesar dari derivatif adalah derivatif berbasis forward
forward-based derivatives dan derivatif berbasis opsi options-based derivatives
. Derivatif yang terdapat di bursa efek adalah derivatif keuangan financial derivatives. Variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-
instrumen keuangan berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang currency, tingkat suku bunga, dan instrumen keuangan lainnya. Instrumen
derivatif sering digunakan para pelaku pasar pemodal dan perusahaan efek sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai hedging atas portofolio yang
mereka miliki. Terkait dengan peningkatan modal dalam perseroan, dikenal sekurang-
kurangnya tiga jenis instrumen efek yang merupakan turunan dari saham. Ketiga derivatif tersebut adalah rights, warrant waran, dan opsi Safitra et al. 2011.
2.2 Sejarah Opsi
Walaupun tidak diketahui secara pasti sejak kapan pertama kalinya kontrak opsi diperdagangkan, namun diperkirakan para ahli matematika dan ahli
filosofi sejak zaman Romawi dan Yunani dulu telah menggunakan metode yang sama seperti kontrak opsi. Para ahli matematika dan ahli filosofi tersebut, saat itu
yakin akan prospek buah zaitun olive ke depan akan sangat baik, sehingga menggunakan opsi untuk mengantisipasi harga di kemudian hari. Saat musim
sepi, dimana permintaan akan olive tidak ada, mereka memperoleh hak dengan harga sangat rendah dan kemudian menunggu permintaan sedang banyak sehingga
harga olive naik tinggi sekali, karena itu mereka yang mempunyai hak membeli di harga perjanjian yang rendah tadi, menggunakan haknya guna mendapatkan hasil
berlipat ganda Karnadjaja et al. 2007. Di Belanda pada awal tahun 1660-an, perdagangan kontrak opsi untuk
bunga tulip mulai dikembangkan. Pada awalnya pedagang bunga tulip menggunakan call option hak beli untuk memastikan harga yang layak untuk
memenuhi permintaan. Di saat yang bersamaan, para petani bunga tulip menggunakan put option hak jual untuk memastikan harga jual yang memadai.
Tetapi perdagangan kontrak opsi di Belanda ini tidak bertahan lama, setelah para spekulan mulai ikut-ikutan memperdagangkan kontrak opsi untuk mencari
keuntungan. Saat harga pasar sedang jatuh, banyak sekali spekulan-spekulan yang tidak mampu memenuhi kewajiban mereka, sehingga membuat perekonomian
hancur pada saat itu. Tidaklah mengejutkan, dalam situasi atau pasar yang tidak ada regulasi pada saat itu, para spekulan telah mencemari kepentingan pihak-
pihak yang benar-benar berkepentingan terhadap kontrak opsi tersebut, yaitu para petani maupun para pedagang bunga tulip. Kejadian yang kurang lebih serupa
seperti di Belanda, terulang di Inggris kira-kira 100 tahun kemudian. Sejak itu perdagangan kontrak opsi dianggap ilegal oleh pemerintah Inggris saat itu.
Karnadjaja et al. 2007.
2.3 Awal Permulaan Opsi di Amerika