- 4 -
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
2. Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan IKK, dan keluaran pada Unit pengeluaran spending unit pada tingkat Satker atau Eselon II di lingkungan Unit Eselon I
sesuai Program yang menjadi tanggung jawabnya. KL merumuskan program dan kegiatan mengacu Surat Edaran Bersama
antara Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas dan Menteri Keuangan tanggal 19
Juni 2009 No.0142MPN062009 dan No. SE-1848MK2009 perihal Pedoman Reformasi Perencanaan dan Pembangunan. Rumusan program dan kegiatan yang
dihasilkan mencerminkan tugas-fungsi KL atau penugasan tertentu dalam kerangka Prioritas Pembangunan Nasional secara konsisten. Hasil restrukturisasi
tersebut telah diimplementasikan dalam dokumen RKP, Renja KL, RKA-KL, dan DIPA pada tahun 2011. Hal-hal yang telah dilaksanakan pada tahun 2011
penerapan PBK, KPJM, dan Format Baru RKA-KL secara penuh merupakan dasar penerapan PBK tahun 2012 dan tahun-tahun selanjutnya. Namun demikian
terdapat beberapa penyesuaianperubahan yang dilakukan dalam rangka pengembangan penerapan PBK.
Perumusan Hasil pada program dan Keluaran pada kegiatan dalam penerapan PBK merupakan hal penting disamping perumusan indikator kinerja
programkegiatan. Rumusan indikator kinerja ini menggambarkan tanda-tanda keberhasilan programkegiatan yang telah dilaksanakan beserta KeluaranHasil
yang diharapkan. Indikator kinerja inilah yang akan digunakan sebagai alat ukur setelah berakhirnya programkegiatan, berhasil atau tidak. Indikator kinerja yang
digunakan baik pada tingkat program atau kegiatan dalam penerapan PBK dapat dilihat dari sisi:
1. Masukan input Indikator input dimaksudkan untuk melaporkan jumlah sumber daya yang
digunakan dalam menjalankan suatu kegiatan atau program; 2. Keluaran output
Indikator output dimaksudkan untuk melaporkan unit barangjasa yang dihasilkan suatu kegiatan atau program.
3. Hasil outcome Indikator outcome dimaksudkan untuk melaporkan hasil termasuk kualitas
pelayanan suatu program atau kegiatan. Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, perlu pemahaman mendasar
dalam penyusunan anggaran mengenai alur pemikiran: 1. Keterkaitan antara kegiatan dengan program yang memayungi;
2. Keterkaitan keluaran kegiatan dengan cara pencapaiannya melalui Komponen. Keterkaitan antar komponen sebagai tahapan dalam rangka pencapaian
keluaran, sehingga tidak ditemukan adanya tahapanbagian kegiatan komponen dalam rangka pencapaian keluaran yang tidak relevan.
- 5 -
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
1.1.3 Pendekatan KPJM
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam
jangka waktu lebih dari 1 satu tahun anggaran.
Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif memerlukan suatu
tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi: a. penyusunan proyeksirencana kerangka asumsi ekonomi makro untuk jangka
menengah; b. penyusunan proyeksirencana target-target fiskal seperti tax ratio, defisit, dan
rasio utang pemerintah jangka menengah; c. rencana kerangka anggaran penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan jangka
menengah medium term budget framework, yang menghasilkan pagu total belanja pemerintah resources envelope;
d. pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing KL line ministries ceilings. Indikasi pagu KL dalam jangka menengah tersebut
merupakan perkiraan batas tertinggi anggaran belanja dalam jangka menengah; e. penjabaran pengeluaran jangka menengah line ministries ceilings masing-
masing KL ke masing-masing program dan kegiatan berdasarkan indikasi pagu jangka menengah yang telah ditetapkan.
Tahapan penyusunan proyeksirencana a sampai dengan d merupakan proses top down sedangkan tahapan e merupakan proses bottom up. Proses
estimasi bottom up seringkali dipisah atas proyeksi mengenai biaya dari pelaksanaan kebijakan yang sedang berjalan ongoing policies dan penyesuaiannya
sehubungan dengan upaya-upaya rasionalisasi programkegiatan melalui proses evaluasi programkegiatan, serta prakiraan atas biaya dari kebijakan baru new
policies.
Dalam rangka penyusunan RKA-KL dengan pendekatan KPJM, KL perlu menyelaraskan
kegiatanprogram dengan
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional RPJM Nasional dan Rencana Strategi Renstra KL, yang
pada tahap sebelumnya juga menjadi acuan dalam menyusun RKP dan Renja-KL.
1.2 Klasifikasi Anggaran
Klasifikasi anggaran merupakan pengelompokan anggaran berdasarkan organisasi, fungsi, dan jenis belanja ekonomi. Pengelompokan tersebut bertujuan
untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organiasasi KL, tugas-fungsi pemerintah, dan belanja KL.
1.2.1 Klasifikasi Menurut Organisasi
Klasifikasi organisasi merupakan pengelompokan alokasi anggaran belanja sesuai dengan struktur organisasi KL. Yang dimaksud organisasi adalah KL yang
- 6 -
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundangan yang berlaku. Suatu KL dapat terdiri dari unit-
unit organisasi Unit Eselon I yang merupakan bagian dari suatu KL. Dan suatu unit organisasi bisa didukung oleh satker yang bertanggungjawab melaksanakan
kegiatan dari program unit eselon I atau kebijakan pemerintah dan berfungsi sebagai Kuasa Pengguna Anggaran.
Klasifikasi anggaran belanja berdasarkan organisasi menurut KL disebut Bagian Anggaran BA. Dilihat dari apa yang dikelola, BA dapat dikelompokkan
dalam 2 dua jenis. Pertama, Bagian Anggaran KL yang selanjutnya disebut BA- KL adalah kelompok anggaran yang dikuasakan kepada MenteriPimpinan
Lembaga selaku Pengguna Anggaran. Kedua, Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, yang selanjutnya disebut BA-BUN adalah kelompok anggaran yang dikelola
oleh Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal.
Penetapan suatu organisasi sebagai Bagian Anggaran dalam hubungannya dengan pengelolaan keuangan negara mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengelolaan Keuangan Kementerian NegaraLembaga KL: a. MenteriPimpinan Lembaga adalah Pengguna AnggaranPengguna Barang
bagi KL yang dipimpinnya Pasal 4 ayat 1, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
b. Presiden selaku pemegang kekuasan pengelolaan keuangan negara menguasakan
pengelolaan keuangan
negara tersebut
kepada menteripimpinan lembaga selaku Pengguna AnggaranPenggguna Barang
KL yang dipimpinnya Pasal 6 ayat 2 huruf b, UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Lembaga adalah Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Negara LPNK;
d. Di lingkungan Lembaga Negara, yang dimaksud dengan Pimpinan Lembaga adalah Pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan lembaga
yang bersangkutan penjelasan Pasal 6 ayat 2 huruf b, UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
e. MenteriPimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran wajib menyusun RKA-KL atas Bagian Anggaran yang dikuasainya Pasal 4 Ayat 2, PP No. 90
tentang Penyusunan RKA-KL; f. Bagian Anggaran merupakan kelompok anggaran menurut nomenklatur KL,
oleh karenanya setiap KL mempunyai kode bagian anggaran tersendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas disimpulkan bahwa:
a. Menteri, Pimpinan LPNK, dan Sekretaris Jenderal Lembaga Negara adalah Pengguna Anggaran yang mendapat kuasa dari Presiden untuk mengelola
keuangan negara dari KL yang dipimpinnya;