b. Keadaan Peserta Didik.
Data terakhir siswaMI. Al Khairiyah tahun pelajaran 2012-2013 terdiri dari 168 orang. Sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Data Siswa MI. Al Islamiyah 01 Pagi
No. Kelas
L P
Jumlah 1
I 20
17 37
2 II
11 17
28 3
III 16
12 28
4 IV
12 15
27 5
V 15
13 27
6 VI
9 11
20 Jumlah
82 85
168
Sumber Data: MI. Al Islamiyah 01 Pagi
4. Deskripsi Data Hasil Pengamatan EfekIntervensi Tindakan
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa MI Al Islamiyah sebanyak 28 orang. Berdasarkan hasil observasi baik melalui pengamatan langsung maupun
hasil wawancara dengan siswa kelas IV empat, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS di kelas IV MI Al Islamiyah 01 Pagi masih menganut
model pembelajaran konvensional yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan
kemandirian dalam belajar tidak nampak. Pembelajaran juga cenderung hanya lebih banyak menempatkan siswa pada aktivitas mengisi LKS Lembar kerja
siswa.Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, dan terbukti saat pelajaran dimulai terdapat siswa yang melamun, mengantuk, ngobrol, dan kelihatan sekali
mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Dan diperkuat lagi oleh keterangan beberapa siswa dari hasil wawancara
bahwa mereka merasa kesulitan dalam belajar, jenuh, tidak bergairah dan bosan 62
mengikuti pelajaran,terlebih lagi guru hanya memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS Lembar Kerja Siswa, padahal materi tersebut belum
sepenuhnya disampaikan. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas sehingga siswa tidak aktif dan hasil belajar juga rendah.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut diatas maka peneliti mencoba menerapkan pembelajaran yang belum pernah digunakan oleh guru mata pelajaran
IPS, yakni pembelajaran contextual teaching learning CTL yang merupakan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa
menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif atau
pun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama- sama”.
86
Adapun implementasi dari CTL disiasati dengan strategi, metode, ataupun teknik pembelajaran yang
dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan belajar siswa agar dapat menemukan apa yang menjadi harapannya.Sehingga dapat mendorong peserta
didik untuk aktif dan berani mengemukakan pendapat serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam menguasai materi.Dengan pembelajaran seperti ini siswa
dapat melaksanakan pembelajaran dengan serius tapi juga menggembirakan sertatidak ada siswa yang merasa jenuh dan tidur serta mengobrol pada saat
pembelajaran dimulai karena dalam pembelajaran ini seluruh siswa dituntutuntuk aktif dan berani dalam setiap kegiatan pembelajarannya.
Oleh sebab
itu, objek
penelitian tindakan
ini adalah
implementasiPembelajaran Contextual Teaching Learning CTLcontextual teaching learning CTL, hasil belajar IPS, aktivitas siswa dan sikap siswa.
Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiridari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan dan refleksi.Pada
tahap perencanaan, peneliti dan guru mata pelajaran yangmenjadi kolaborator dan observer, mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil pengamatan awal
terhadap proses pembelajaran IPS dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Sebelum melakukan tindakan,pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran IPS
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, membuat kumpulan foto,
86
Masitoh Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, hal 280
63
gambar, film, video terkait dengan materiyang akan diajarkan sebagai media pembelajaran siswa, menyiapkan instrumen tes hasil belajar IPS, lembar
observasi aktifitas siswa,aktifitas guru, kegiatan pembelajaran, catatan lapangan, lembar wawancara dan lembar angket, dan melakukan uji instrumen.Selanjutnya
adalah tahap pelaksanaan tindakan, maksudnya adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan proses
pembelajaran IPS. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, dalam satu siklus terdiri dari tiga kali pertemuan.
Pada siklus pertama , proses pembelajaran diawali dengan apersepsi yang
dilanjutkan dengan melaksanakan pretest selama 15 menit, tujuannya adalah untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan dan pengetahuan
mengenai hal-hal yang akandipelajari. Selanjutnya guru menyampaikanmateri pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa
untuk tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan. Kemudian guru membagi siswa dalam 9 kelompok yang terdiri dari 3 orang, proses
pembuatankelompok ini juga dilakukan dengan cara yang menarik dan menyenangkan, setelah terbentuk sebuah kelompok-kelompok belajar kemudian
setiap kelompok mendiskusikan bersama-sama terhadap soal yang diberikan oleh guru, kemudian setiap kelompok membuat kesimpulan, selanjutnya perwakilan
dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil jawabannnya di depan kelas.
Setelah seluruh perwakilan siswa dari setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, guru dan siswa masing-masing mengoreksi dan memperkuat
jawaban tiap-tiap kelompok, kemudian guru mengulang kembali materi yang telah didiskusikan, lalu guru melakukan penelahaan pada materi dan tiap kelompok
masing-masing mengembangkan secara gamblang dan tepat materi yang sedang berlangsung.Terakhir, guru dan siswa melakukan evaluasi materi yang telah
diajarkan apakah siswa sudah mengerti atau belum materi yang diajarkan.Hal seperti ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan hingga pertemuan ketiga
diakhiri dengan postesttes akhir, tujuannya adalah untuk mengukur apakah siswa 64
telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang dirumuskan dalam indikator hasil belajar.
Terakhir adalah tahap analisis dan refleksi, di mana peneliti bersama guru IPS yang bertugas sebagai observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses
pembelajaran pada siklus I, tindakan yang diberikan sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Kemudian hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan
indikator keberhasilan.Tahap refleksi tujuannya untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang diberikan di siklus berikutnya. Melalui refleksi,
berbagai kendala yang muncul saat proses pembelajaran didiskusikan untuk mencari solusi yang dapat memperbaiki mutu pembelajaran IPS. Kendala yang
muncul pada saat proses pembelajaran di antaranya adalah beberapa siswa belum berperan aktif dalam kerja kelompok, sebagian kelompok tidak fokus dalam
melakukan tugas sehingga tanggung jawab setiap kelompok kurang. Pada tahap observasi guru mata pelajaran mengobservasi proses pembelajaran Contextual
Teaching Learning, sekaligus mengamati aktifitas siswa danaktifitas guru selaku pengajar dengan melakukan dokumentasi berupa foto-fotodan catatan
lapangan serta menilai hasil belajar siswa setelah dilakukan pretest dan postest. Hal ini dilakukan sesuai dengan fungsi observasi yaitu mendokumentasikan
pengaruh tindakan terkait.
Pada siklus kedua, berdasarkan penjelasan di atas mengenai hasil
penelitian di siklusI, peneliti merasa penelitiannya harus dilanjutkan ke siklus II karena dirasakan belum berhasil menerapkan pembelajaran contextual teaching
and learningpada pelajaran IPS, selain itu hasil belajar siswapun masih perlu ditingkatkan. Meski demikian, sebagian besar siswaterlihat senang dan semangat
ketika belajar IPS dengan menggunakan pembelajaran contextual teaching and learning.
Pada siklus II, peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang telah dikembangkan setelah melakukan refleksi di siklus II.Pelaksanaan
pembelajaran di siklus II juga dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama di siklus II agak sedikit berbeda dengan pembelajaran di siklus I, dengan
tujuan agar siswa tidak merasa bosan belajar IPS, pada pertemuan pertama ini 65
proses pembelajaran dilaksanakan dengan lebih variatif, proses juga diawali dengan melakukan pretest selama 15 menit, tujuannya seperti tertulis pada siklus I
adalah untuk mengukur seberapa jauh siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari. Kemudian guru menjelaskan mengenai materi pokok
yang akan dipelajari disertai dengan contoh-contoh terkait dengan pelajaran yangdiajarkan. Kemudian guru dengan siswa membuat kelompok-kelompok
diskusi kecil, setelah terbentuk sebuah kelompok diskusi kemudian setiap kelompok mendiskusikan materi atau tugas yang diberikan oleh guru.Proses
pembelajaran ini
berlangsung selama
45 menit.
Kemudian siswa
mempersentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Diakhiri dengan posttest untuk pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran contextual teaching and
learning.Tahap terakhir adalah analisis dan refleksi, di mana peneliti bersama guru pendamping menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada
sisklus II, tindakan yang telah diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Kemudian hasil penelitian siklus II dibandingkan dengan indikator
keberhasilan. Proses pembelajaran contextual teaching and learningsudah berjalan dengan baik meskipun belum mencapai kesempurnaan, akan tetapi guru
dianggap sudah berhasil. Hal tersebut sudah dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar IPS siswa.Peneliti merasa tindakannya sudah mencapai indikator
keberhasilan, sehingga penelitian dihentikan disiklus II.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan untuk menguji hasil belajar IPS siswapada masing-masing siklus yaitu siklus I berjumlah 19 soal, yang berasal dari 30 soal
dan siklus II berjumlah 13 soal yang berasal dari 25 soal, yang diujikan terlebih dahulu melalui validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran.
Proses pengambilan data hasil belajar IPS pada masing-masing instrument melalui pretes dan postes yang diambil setelah dua kali pertemuan dan
dilaksanakan pada pertemuan ketiga dalam tiap siklus.Peneliti menguji cobakan soal yang telah dibuat pada kelas yang telahmempelajari materi yang akan
diajarkan oleh peneliti pada saat penelitian,yaitu dengan menggunakan rumus 66
validitas “Point Biserial”. Pada siklus I didapatkan 19 soal yang valid yakni
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, 10, 12, 15, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 28, 29 dan 30. Sedangkan pada siklus II didapatkan 13 soal yang valid yakni nomor 2, 4, 5, 9, 10,
12, 14, 17, 19, 20, 21, 22 dan 25. Kedua instrument tersebut juga diujikan reliabilitasnya berdasarkan rumus
Kuder-Richardson K-R 20. Reliabilitas soal pada siklus I adalah 0,82 kriteria tinggi, sedangkan soal pada siklus II reliabilitasnya adalah 0,96 kriteria sangat
tinggi. Reliabilitas pada sikus I dan siklus II menunjukkan pada satupengertian bahwa instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alatpengumpul data
karena instrumen yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memangsesuai dengan kenyataannya, maka
berapa kalipun diambil akantetapsama.
C. Analisis Data
1. Hasil Belajar Siswa
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning
pada materi “Perkembangan Teknologi” bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Dari hasil belajar pretest dan postest pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siklus I
NO NAMA
PRETEST POSTEST
N-GAIN
KETERANGAN
1 Arif Rachmad Hakim
36 76
0.62 Sedang
2 Desy Fitriani
30 79
0.70 Sedang
3 Fahrurrozi
33 82
0.73 Tinggi
4 Fiki Ardiansya
26 79
0.71 Tinggi
5 Fitri Nuraini
40 69
0.49 Sedang
6 Hikmal Ramadhan
30 55
0.36 Sedang
7 Husein Aidid
26 27
0.01 Rendah
8 Inggrid
46 72
0.48 Sedang
67