Hakikat Pembelajaran Contextual Teaching Learning CTL
terhadap pengetahuan baru sehingga siswa dapat lebih memahami tentang apa yang dipelajari berdasarkan pengalaman belajar yang dialaminya.
Kontruktivisme merupakan starategi pemberdayaan kompetensi dan pemberian kesempatan yang luas kepada siswa untuk lebih berperan dalam
menjadikan pembelajaran yang bermakna bagi perkembangan keilmuannya. 2
Inkuiri Menurut Oemar Hamalik “Inkuiri disebut juga penemuan adalah proses
mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atu prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan
membuat kesimpulan dan sebagainya”.
12
Menurut Nurhadi, menemukan merupakan “Bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya”.
13
Langkah-langkah dalam proses inkuiri menurut Sagala: a.
Menyadarkan peserta didik bahwa mereka memiliki keingintahuan terhadap sesuatu.
b. Perumusan masalah yang harus dipecahkan peserta didik.
c. Menetapkan jawaban sementara atau hipotesis.
d. Mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan atau hipotesis. e.
Menarik kesimpulan atau generalisasi. f.
Mengaplikasikan kesimpulan atau generaliasasi dari situasi baru.
14
12
http:www.kajianpustaka.com201307metode-inkuiri.html . Diakses pada Rabu, 2 Oktober
2013, pukul 23.00 WIB
13
Nurhadi., h. 43
14
http:www.kajianpustaka.com201307metode-inkuiri.html . ibid
10
3 Bertanya Questioning
Departemen Pendidikan Nasioanal, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
di jelaskan bahwa “Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiri,
yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang telah diketahui, dan mengarahkan pe
rhatian pada aspek yang belum diketahuinya”.
15
Menurut Nurhadi “Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan
pertanyaan. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala yang ada, belajar bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diuji,
dan belajar saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan-
penjelasan yang ada”.
16
Uraian teori yang menjelaskan tentang hakikat bertanya questioning yang terdapat pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL,
penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa penggunaan pertanyaan dalam pembelajaran memiliki makna dan kegunaan yang
varian, tidak hanya alat untuk menggali informasi dan pemahaman siswa, malainkan melatih siswa mengekplor gejalakonsep dari materi yang
dipelajari. Siswa belajar bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar saling bertanya tentang bukti, interpretasi,
dan penjelasan-penjelasan yang ada dalam pengalaman belajarnya. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa bentuk pertanyaan yang dimaksud dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL tidak sekedar pertanyaan yang muncul atau keluar dari siswa, akan tetapi pertanyaan
yang tentunya relevan berkaitan dengan fungsinya yang dijabarkan penulis di atas, karena jika pertanyaan yang tercipta tidak relevan atau hanya
merupakan pertanyaan yang tidak berdasar dalam arti tidak sinkron dengan tema yang ingin diketahui, maka fungsi pertanyaan yang ada tidak
dapat menjadi bagian proses berpikir dan refleksi dari apa yang dilakukan.
15
Depdiknas Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendekatan Kontekstual Kontextual Teaching and Learning, Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 3003, h.
11.
16
Nurhadi., h. 45
11
Dengan demikian kegiatan bertanya dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL merupakan bagian dari sistem dalam
upaya mewujudkan sebuah pembelajaran yang produktif. 4
Masyarakat Belajar Learning Community Wina Sanjaya mengemukakan bahwa “Suatu permasalah tidak mungkin
dapat dipecahkan sendirian, akan tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep masyarakat belajar learning community dalam CTL menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar
kelompok”.
17
Selanjutnya Departemen Pendidikan Nasioanal, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
menjelaskan bahwa “Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-
kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu
mengajari yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan
seterusnya”.
18
Menurut Nurhadi “Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa
segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa
setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau ketampilan
yang berbeda yang perlu dipelajari”.
19
Hal-hal yang dapat dipahami penulis berkaitan dengan learning community pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL adalah
dilatarbelakangi oleh kondusifnya kelas dalam kegiatan belajar sehingga antara siswa baik secara individu maupun kelompok dapat menciptakan
interaksi edukatif dan memiliki kesadaran untuk bersama-sama mencari, menemukan dan menginterpretasikan pengetahuaninformasi yang didapat
selama proses pembelajaran berlangsung, karena pada substansinya setiap permasalahan tidak serta merta dapat dipecahkandiselesaikan secara individu,
17
Wina Sanjaya., h. 120-121
18
Depdiknas Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah., h. 15
19
Nurhadi., h. 49
12