50 51
PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
4. Faktor Psikologi Faktor ini mempunyai andil besar terhadap proses ber-
langsungnya belajar seseorang, baik potensi, keadaan maupun kemampuan yang digambarkan secara psikologi pada seorang
anak selalu menjadi pertimbangan untuk menentukan hasil belajarnya.
Menurut Andend N. Frandsen bahwa hal hal yang dapat mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai
berikut:
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan ber- keinginan untuk selalu maju.
c. Adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman temannya.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi
maupun dengan kompetisi. e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
telah menguasai pelajaran. A. N. Frandsen,1961:216.
C. Tipe Tipe Belajar
Dalam pendidikan teori-teori tentang belajar dan pem- belajaran merupakan satu rangkaian yang sangat membantu
seorang pendidik untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan pengembangan pembelajaran itu sendiri. Teori belajar
secara ideal mencakup secara luas mengenai kenapa perubahan situasi belajar. Misalnya suatu kelas sedang mengerjakan
ujian, kemudian mendengar suara anak anak ribut di samping kelas atau seseorang sedang belajar di kamar, kemudian
ada satu dua orang yang hilir mudik keluar masuk kamar itu dan banyak lagi contoh contoh lain. Faktor-faktor sosial
yang telah dikemukakan tersebut umumnya bersifat meng- ganggu situasi proses belajar dan prestasi belajar, sebab
mengganggu kosentrasi, hal ini perlu diatur agar belajar berlangsung dengan sebaik baiknya.
3. Faktor faktor fisiologis Pada faktor-faktor ini harus ditinjau, sebab bisa terjadi
yang melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan tonus jasmani, karena jasmani yang se segar dan kurang segar,
lelah, tidak lelah akan mempengaruhi situasi belajar, yang ada hubungannya dengan hal ini terdapat dua hal yaitu:
a. Cukupnya nutrisi karena kekurangan bahan makanan, ini akan mengakibatkan kekurangan tonus jasmani,
akibatnya terdapat kelesuan, lekas ngantuk, lelah dan sebagainya.
b. Adanya beberapa penyakit yang kronis umpamanya pilek, influensa sakit gigi, batuk hal lain sangat
mengganggu belajar maka perlu mendapatkan perhatian serta pengobatan.Akhyas Azhari,1996:43.
Disamping itu fungsi jasmani tertentu terutama fungsi fungsi panca indra, sebab panca indra itu merupakan pintu gerbang
masuknya pengaruh kedalam diri individu, orang dapat mengenal duni sekitarnya dan semua belajar itu dengan
mempergunakan pancaindra.
52 53
PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
5. Discomination Learning belajar membedakan
Dalam tahapan ini siswa mengadakan diskriminasi seleksi dan pemilihan atas perangsang, serta memilih respon yang
sesuaidiantara alat tulis yangh ada dapat menyebabkan mana prioritas pilihan dan mana pula yang tidak.
6. Concept Learning belajar konsep
Kemahiran mengadakan diskriminasi akan membantu siswa dalam menemukan persamaan persamaan serta menemukan
karakteristik dari stimulus yang ada. Selanjutnya berdasarkan hal ini akan diperolehnya pengertian pengertian tertentu
konsep misalnya pensil, buku, bul point dll.
7. Rule Learning belajar membuat generalisasi atau hukum
hukum dan disebut juga menghubungkan bebebrapa konsep. Pada tingkat ini siswa mengadakan kombinasi dari berbagai
konsep dengan mengapreiasikan logika induktif, deduktif, analysis, sintesa komperasi, kausalitas, sehingga siswa
dpat menemukan kesimpulan tertentu berupa dalil, aturan, hukum, prinsip dan sebagainya.
8. Problem Solving pemecahan masalah
Dengan menggunakan hukum, dalil dan prinsip yang ada, sis merumuskan dan memecahkan masalah masalah. Proses
belajar problem solving berlangsung dalam beberapa tahapan yang sistematis.
perubahan belajar terjadi namun tidak lengkap dalam hal implikasi praktisnya bagi pendidik. Nana Sudjana,1991:6.
Dekan memperhatikan aktivitas yang berlangsung dalam belajar serta tahapan tahapan perkembangan anak, Gagne
mengelompokkan belajar atas 8 tipe yakni sebagai berikut: 1. Signal Learning
Belajar isyarat tanda Tipe belajar ini merupakan tahapan pertemuan adalah proses
penguasaan pola pola tingkah laku yang bersifat involuntery tidak disengaja dan tidak disadari.
Misalnya anak menolak untuk dibawa ke dokter sebagai reaksi atas pengalaman yang kurang menyenangkan. Kondisi
yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini adalah perangsang stimulus tertentu yang diberikan secara berulang
ulang repetition.
2. Stimulus Response Learning Tipe belajar ini termasuk classical condition atau belajar
dengan trial and error. Kondisi yang diperlukan untuk ber- langsungnya tipe belajar ini adalah faktor reinpocerment.
3. Chaening mempertautkan
Tipe Chaening disebut juga belajar membentuk chaeing
Molore rangkaian tingkah laku. Proses belajar ini berlangsung
dengan menghubungkan gerakan yang satu dengan gerakan yang lain masuk ke kelas, duduk, ambil buku dan seterusnya.
4. Verbal Associateori Chaeing Verbal
Tipe ini memberikan reaksi verbal pada stimulus yang datang misalnya buku, bahasa yang disenangi, blook, makan,
catatan nomor telepon.
54 55
PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
yang ingin anak berhasil dalam belajar. Pembelajaran ternyata tidak berdiri sendiri artinya tidak
hanya dilakukan oleh anak tanpa melibatkan orang lain, keadaan lain, benda lain, akan tetapi pembelajaran berinteraksi dengan
berbagai hal. Untuk itu benar bila dikatakan bahwa pembelajaan adalah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar, dan lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Tiga kata kunci dalam pembelajaran begitu
penting, yakni; proses interaksi, sumber dan lingkungan, serta pengetahuan dan keterampilan baru.
Bila belajar ingin berhasil maka perlu sumber dan lingkungan yang tepat, mencukupi untuk menjadikan belajar memperoleh
hasil yang maksimal. Merancang pembelajaran memerlukan input sumber dan lingkungan, atau berfikir sebaliknya, sumber
dan lingkungan yang ada harus secara tepat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kemudian bila kegiatan belajar ingin efektif dan efisien, maka interaksi harus ditata sedemikian rupa. Pola pola interaksi
antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber dan lingkungan harus didasarkan pada pendekatan
psikologis. Pola interaksi yang tidak dikendalikan oleh guru, maka pembelajaran di sekolah akan mengikuti kemauan anak,
dan kondisi lingkungan. Begitu juga dengan belajar untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru, merumuskan
tujuan pembelajaran harus memperhatikan berbagai aspek, apakah dari aspek kemampuan awal anak, aspek materi yang
harus dipelajari, juga aspek dukungan sarana dan fasilitas. Pengetahuan dan keterampilan akan diperoleh anak dengan
baik dan secara permanen menjadi bagian dari kehidupannya,
D. Kedudukan Belajar dalam Strategi Pembelajaran