Pengertian dan Kedudukan Kreatifitas

160 161 PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN namun lebih didasarkan pada azas fungsional konsep untuk mendasari pembahasan yang diperlukan. Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreatifitas memperlihatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup. Anda dapat mengatasi kepadatan penduduk di kota dengan membangun rumah rumah di bawah tanah. Ini baru, tetapi sukar dilakanakan. Syarat kedua kreatifitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga kreatifitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin. Mac.Kinnon, 1962 Diawali dengan pengetahuan tentang anatomi otak, terdapat belahan otak pada kepala manusia. Otak sebagai masa jaringan syaraf pada tengkorak manusia, Chaplin, 1968:65, namun masing masing dari dua belahan otak bertanggung jawab atas cara berpikir yang berbeda beda dan mengkhususkan diri pada kemampuan kemampuan tertentu, walaupun penyilangan memang terjadi.Booby DePorter, 1992:123. Fungsi dari otak kiri adalah; logis, sekuensial, linear, dan rasional. Sementara fungsi otak kanak adalah; acak, tidak teratur, intuitif, dan holisitk. Namun demikian kombinasi dalam prosesnya akan selalu tetap terjadi. Landasan pembagian otak kiri dan kanan secara fungsional tersebut di atas, kini banyak dikembangkan sebagai dasar pengem- bangan pembelajaran seperti model Quantum Learning oleh Booby DePorter 1992, The Accelerated Learning 2000, Total Mind Learning 2008, Brain Based Teaching 2007 dan lain sebagainya. 2001:29. Dalam kegiatan pendidikan inilah ada belajar, dimana dalam belajar tersebut ada kegiatan kreativitas untuk men- dapatkan sesuatu. Karena dunia keilmuan tidak terlepas dengan dunia pendidikan, maka bagaimana pendidikan itu sendiri menjadikan kreatifitas sebagai satu bagian yang harus mendapat perhatian kita semua. Melahirkan manusia yang kreativ tentu memerlukan bentuk pendidikan yang tepat, tepat dalam hal memahami kondisi peserta didik, tetap dalam menempatkan kreatifitas sebagai satu potensi yang harus diperhatikan. Jelaslah bahwa kreatifitas mempunyai janji terhadap lahirnya manusia manusia yang lebih terampil baik untuk meningkatkan kemampuan dirinya maupun untuk membina orang lain.

B. Pengertian dan Kedudukan Kreatifitas

Berfikir kreatif sebagai sebuah sistem dapat dipandang dari berbagai sudut disiplin ilmu. Berfikir adalah aktualisasi dari cara kerja otak, dalam hal ini pengetahuan tentang anatomi otak sangat diperlukan maka lahirlah fisiologi. Kreatifitas adalah produk dari tata cara berfikir yang baik dan benar, maka lahirlah filsafat sebagai satu disiplin ilmu tentang tata cara berfikir. Kemudian sebagai satu gejala kejiwaan baik berfikir maupun kreatifitas maka lahirlah psikologi yang mencoba menjelaskan bagaimana fenomena jiwa dalam empat hal yakni; gejala mengenal kognisi, gejala merasa emosi, gejala kehendak konasi dan gejala campuran kombinasi. Atkinson:1981:26. Dalam hal pembahasan tentang berfikir kreatif ini, sesungguhnya tidak ingin membatasi hanya pada satu bidang 162 163 PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN Gambar 5 Guilford‘s theory: a factor approach Sampai di sini jelaslah bahwa berfikir kreatif sebagai satu gejala psikologis bergerak dari anatomi otak kiri kemudian melakukan silang dengan otak kanan. Lahirnya banyak tantangan yang memerlukan berbagai jawaban alternatif maka otak yang mempunyai daya rangsang tinggi akan melahirkan berbagai jawaban dan disinilah lahir kreatifitas. Bagaimana proses berfikir kreatif dalam diri seseorang, tentang hal ini juga banyak diteliti oleh para ahli. Sementara itu proses berpikir kreatif, para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif yakni: 1 Orientasi; masalah dirumuskan, dan aspek aspek masalah diidentifikasi. 2 Preparasi; pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah. Op er a tion s Evaluation Convergen thinking Devergen thinking Memory Cognition Pro d uct s Units Classes Relations Systems Transformation Implications Co n ten ts Figural Symbolic Semantic Behavioral Sementara itu menurut Coleman Berfikir kreatif adalah “thinking which produces new methods, new concepts, new understandings, new inventions, new work of art”. Guilford membedakan berpikir kreatif dengan tidak kreataif atas dasar perbedaan berpikir konvergen dan devergen. Berpikir konvergen adalah berpikir yang bersifat linier, konstanta sebagai contoh bila diberi pertanyaan maka jawabannya satu, tepat dan benar. Berpikir divergen adalah berpikir yang bersifat acak, kombinasi sebagai contoh bila diberi pertanyaan maka jawabannya dapat banyak dan memberikan pilihan pilihan. Kreatifitas berada pada bentuk berpikir divergen. Dimana berpikir seperti ini dapat diukur dengan cara fluency, flexibility dan originality. Modulasi berfikir konvergen dan divergen ini banyak memberi inspiras bagi sistem evaluasi pendidikan termasuk dinegeri kita. Dengan sistem evaluasi tersebut, maka model pembelajaranpun justru berbalik menyesuaikan dengan formula yang dikembangkan. Dalam hal pengembangan kreatifitas sebagai sebuah sistem, Guilford mencoba menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen utama untuk melihat kreatifitas pada satu individu yakni; contents, produkct, dan operation yang masing masing mempunyai bagian penting. Aktualisasikan dari proses berfikir manusia dijabarkan dengan jelas sebagaimana tampak pada gambar berikut: 164 165 PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN terikat pada konvensi konvensi sosial. Mungkin inilah sebabnya, orang orang kreatif sering dianggap “nyentrik” atau gila. Bagaimana berfikir kreatif dapat dikembangkan sebagai satu sistem dalam pendidikan, tentu hal ini memerlukan pemikiran lanjutan. Mengapa hal ini perlu karena disadari bahwa kreatifitas diduga akan menghasilkan individu yang berkemampuan kognitif tinggi, maka perlu pendidikan, dengan kreatifitas maka individu akan bersifat terbuka, maka perlu pembiasaan, dan dan kreatifitas individu akan bebas dan otonom, maka perlu kedewasaan dan bertanggungjawab. Potensi kreatif dan perwujudan ini pula yang ternyata merupakan kemungkinan dan kekuatan untuk menjalankan berbagai langkah perubahan kehidupan manusia dalam peningkatan harkat dan martabatnya. Apa yang dihayati sebagai ambisi terkandung dalam potensi itu, dan ilmu dalam hal ini adalah wahana dalam keterwujudan mencapai tujuannya. Dan pada gilirannya benarlah bahwa; kreativitas yang dimiliki manusia lahir bersamaan dengan lahirnya manusia itu. Sejak lahir, manusia memperlihatkan kecenderungan mengaktualkan dirinya yang mencakup kemampuan kreatif. Conny dkk ,1991:60. Secara konsepsional dapat ditegaskan bahwa kreatifitas dapat dibentuk lewat pengembangan filsafat ilmu yang mem- berikan tata cara berfikir radikal, universal dan sistematis. Ia tidak terikat pada satu sistem kaku akan tetapi terbuka untuk perubahan. Dengan kreatifitas akan menciptakan individu yang mampu mandiri, dinamis namun tetap menghargai perbedaan antar sesama serta tanggungjawab akan apa yang ia lakukan. 3 Inkubasi; pikiran beristirahat benar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar kita. 4 Iluminasi; masa inkubasi berakhir ketika pemikir mem- peroleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah, ini menimbulan Aha Erlebnis. 5 Verifikasi; tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat. Rangkaian proses berfikir tersebut dapat berlangsung secara baik bila rangsangan atau lingkungan pembelajaran dapat ditata sesuai dengan tahapan tahapan yang sekuensial. Namun demikian perlu juga diperhatikan bahwa keberhasilan membentuk seorang anak untuk berfikir kreatif tentu banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor faktor yang mempengaruhi berfikir kreatif menurut Coleman dan Hammen 1974 adalah: 1 Kemampuan kognitif; termasuk di sini kecerdasan di atas rata rata, kemampuan melahirkan gagasan gagasan baru, gagasan gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif. 2 Sikap yang terbuka; orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimulasi internal dan eksternal; ia memiliki minat yang beragam dan luas. 3 Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri. Orang kreatif tidak senang “digiring”, ia ingin menampil- kan dirinya semampu dan semaunya; ia tidak terlalu 166 167 PSIKOLOGI PENDIDIKAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN salah satunya adalah mengembangkan potensi yang telah dimiliki oleh individu secara hakiki, sehingga ia dapat mengenal dan mengembangkannya secara merdeka dan dapat teraktualisasi secara mandiri. Identifikasi terhadap berbagai persoalan pendidikan khususnya yang sedang dialami negeri tercinta ini, tentu sampai kapanpun tidak kunjung usai, namun upaya menyadari bahwa terdapat persoalan yang mesti diselesaikan, merupakan awal dari satu kearifan. Persoalan tidak berdiri sendiri, tanggung jawab tidak harus dipikul sendiri dan melakukan anatomi terhadap kompleksitasnya persoalan pendidikan adalah satu dari langkah yang patut dihargai. Dalam hal mencoba memberikan sumbangan terhadap pendidikan tersebutlah, bila kreatifitas berperan bagi dunia pendidikan di Indonesia perlu ditelaah lebih jauh. Pisau analisis psikologi sebagai satu keterampilan dalam berfikir akademik dapat dijadikan formula untuk menelusuri lebih jauh apa yang akan dialami. Persoalannya dapat dirumuskan sebagai berikut: Apa yang mendasari manusia untuk melaksanakan kegiatan pendidikan sehingga muncul berbagai bentuk dan alternatif? Bagaimana kreatifitas dapat dijadikan satu modulasi yang dapat membentuk manusia secara efektif? Apa implikasinya bagi upaya pembenahan dan pengembangan pendidikan di Indonesia masa depan? Berfikir kreatif tentu mempunyai epistimologi yang kompleks tetapi mapan, intinya adalah upaya menemukan dimensi kreatifitas dalam sistem pendidikan di Indonesia. Telaah dengan psikologi sebagai satu formula tetap menjadi nilai yang inheren dalam setiap pembahasan yang dilakukan. Dengan pendidikan kreatifitas akan menghantarkan misi pendidikan menciptakan masyarakat terbuka, dinamis dan mau berpartisipasi terhadap lahirnya toleransi dan bertanggung- jawab.

C. Pendidikan Kreatif