Konsep Menyimak Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia

k Menyimak pasif passive listening. l Menyimak selektif selective listening. 25 Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis menyimak sebagai dikemukakan di atas, dapat diuraikan sebagai berikut: a Menyimak ekstensif extensive listening. Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Penggunaan yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk menanganinya. Pada umunya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya b Menyimak intensif intensive listening. Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid. c Menyimak sosial social listening. Menyimak sosial atau menyimak konversasional conversational listening ataupun menyimak sopan courtens listening biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik 25 Sutari. Ibid. hlm. 44 perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail- detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut. d Menyimak sekunder secondary listening. Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif casual listening dan extensive listening misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan. e Menyimak estetik aesthetic listening. Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif apreciational listening adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid. f Menyimak kritis critical listening. Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran. g Menyimak konsentratif consentrative listening. Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat. h Menyimak kreatif creative listening. Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya. i Menyimak introgatif introgative litening. Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus. j Menyimak penyelidikan exploratory listening. Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik. k Menyimak pasif passive listening. Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu. l Menyimak selektif selective listening Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan. 4 Keterampilan Menyimak Keterampilan menyimak merupakan dasar atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak. Berikut ini adalah hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain: a Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca deberikan oleh guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali. b Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan verbalized learning selama tahun-tahun permulaaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak daripada melalui membaca. c Walaupun menyimak pemahaman listening comprehension lebih unggul daripada membaca pemahaman reading comprehension, anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpanmemakaimenguasai sejumlah fakta yang mereka dengar. d Oleh karena, itu para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengajaran itu baik. e Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik. f Bagi para pelajar yang lebih besar atau tunggi kelasnya, korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak sangat tinggi, mungkin 80 atau lebih. g Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek acapkali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan membaca. h Menyimak turut membantu anak untuk menangkap ide utama yang diajukan oleh pembaca; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggu daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci. 26 5 Teknik Pembelajaran Menyimak Beberapa di antaranya teknik pembelajaran menyimak, dipaparkan di bawah ini. a Simak-Ulang Ucap Teknik simak-ulang ucap biasanya digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, ungkapan, semboyan, kata mutiara dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah itu, siswa menirukan ucapan guru. Pengucapan ulang bunyi bahasa tersebut dapat dilakukan secara klasikal, kelompok, atau individual. b Bermain Tebak-Tebakan Bermain tebak-tebakan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu. Tentu saja guru dapat memodifikasi permainan ini agar lebih menarik. c Mengidentifikasi Kata Kunci Untuk menyimak kalimat yang panjang, siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertioan kalimat. Guru menyiapkan kalimat panjang dan disampaikan secara lisan. Setelah menyimak, siswa harus menentukan beberapa kata kunci yang mewakili pengertian kalimat. 26 Henry Guntur Tarigan. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Penerbit Angkasa: Bandung, 2008.hlm.734 d Mengidentifikasi Kalimat Topik Setiap paragraf dalam wacana mengandung dua unsur, yakni kalimat topik dan kalimat pengembang. Guru memperdengarkan sebuah wacana pendek satu paragraf. Setelah menyimak, siswa disuruh menyebutkan kalimat topiknya. e Menjawab Pertanyaan Melalui teknik ini siswa dilatih untuk memahami isi bahan simakan. Setelah menyimak, siswa diminta menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi wacana yang diperdengarkan. Pertanyaan yang harus dijawab siswa tentu saja dikembangkan sesuai dengan bahan simakan. Adapun bahan simakan dapat berupa wacana nonsastra maupun wacana sastra. f Menyelesaikan Cerita Guru atau salah seorang siswa diminta menceritakan sebuah kisah yang sudah dipersiapkan, sedangkan siswa lain mendengarkan cerita tersebut. Setelah gurusiswa mengisahkan sebagian cerita, siswa lain diminta meneruskan cerita tersebut. Demikian seterusnya secara bergiliran siswa diminta melanjutkan cerita temannya sampai cerita itu berakhir. Dengan cara demikian, siswa harus menyimak jalan cerita yang disampaikan sebab pada giliran berikutnya setiap siswa mungkin ditunjuk guru untuk melanjutkan cerita. g Bisik Berantai Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya. Siswa terakhir menyebutkan pesan itu dengan suara keras dan jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai kepada siswa terakhir atau tidak. h Merangkum Merangkum atau menyingkat isi bahan simakan berarti menyimpulkan isi bahan simakan secara singkat. Siswa mencari inti bahan simakan. Bahan yang dilisankan dapat berupa wacana sastra maupun nonsastra. i Memparafrase Parafrase berarti alih bentuk. Dalam pembelajaran sastra, parafrase diwujudkan dalam bentuk memprosakan puisi. Guru mempersiapkan puisi yang sesuai. Puisi dibacakan dengan suara dan intonasi yang tepat. Siswa menyimak dan kemudian menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. 27 Demikianlah sebagian dari beberapa teknik pembelajaran yang dapat dipilih dalam pembelajaran kemampuan mendengarkan. Tentu saja, dalam pelaksanaannya teknik-teknik tersebut dapat dimodifikasi, divariasi, digabungkan, ditambah, atau dikurangi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Di samping itu, teknik pembelajaran mendengarkan juga dapat dikembangkan sendiri oleh guru sesuai dengan keperluan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan teknik pembelajaran, antara lain teknik yang dipilih hendaknya: 1 relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai 2 menantang dan merangsang siswa untuk belajar 3 mengembangkan kreativitas siswa secara individualkelompok 4 memudahkan siswa memahami materi pelajaran 5 mengarahkan aktivitas belajar siswa pada tujuan pembelajaran 6 mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit, dan 7 menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 27 Farida Ariani. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2004. hlm.64 6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Murid Menyimak di Sekolah Dasar Menurut Tarigan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan kemampuan menyimak antara lain: “1 faktor keterbatasan sarana, 2 faktor kebahasaan, 3 faktor biologis, 4 faktor lingkungan, 5 faktor guru, 6 faktor metodologi, 7 faktor kurikulum, dan 8 faktor- faktor tambahan.” 28 Keterbatasan sarana yang dimaksudkan di sini adalah belum tersedianya buku-buku dan alat-alat lainnya yang memadai, kondisi ruangan belajar yang belum kondusif turut pula mempengaruhi pengajaran menyimak dan jumlah murid yang terlalu banyak di kelas serta masih kurangnya sekolah yang memiliki laboratorium bahasa. Kebahasaan yaitu mulai dari mengenal bunyi di tingkat fonologis, kata, kalimat, dan ujaran wacana sampai kepada menangkap, menyimpan isi ujaran serta kemampuan menyimpan hasil simakan. Di samping faktor-faktor ini masih ada faktor lain misalnya tanda baca serta tanda-tanda suprasegmental antara lain; tekanan, aksen, jeda, dan intonasi yang juga merupakan masalah bagi murid, terutama di dalam mempelajari bahasa asing. Biologis yang dimaksud adalah murid yang pendengarannya kurang baik, karena mungkin ada organ-organ pendengarannya tidak berfungsi dengan baik, sudah pasti akan mengalami kesulitan dalam menyimak. Dengan demikian dalam pengelolaan kelas seorang guru harus jeli memerhatikan keadaan muridnya. Murid yang kurang tajam pendengarannya, sebaiknya didudukkan di bangku paling depan atau murid yang kurang baik pendengarannya di sebelah kiri jangan di tempatkan paling kanan ruangan kelas, demikian pula sebaliknya. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah di mana sekolah itu berada. Kalau lingkungan sekolah atau kelas itu penuh dengan suara 28 Tarigan. Ibid. hlm. 48 kegaduhan, kebisingan, kehiruh-pikukan bunyi kendaraan lalu lintas di sekelilingnya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan sebaik apabila pengajaran menyimak itu dilaksanakan di dalam suasana kondusif atau lingkungan yang tenang. Guru yang penampilannya simpatik, terampil menyajikan materi pengajaran dan menguasai bahan pengajaran akan lebih berhasil di dalam mengajar menyimak daripada guru yang mempunyai sifat- sifat yang berlawanan dari sifat-sifat yang dikemukakan di atas. Jelasnya kemampuan professional berupa penguasaan bidang pengajaran yang disajikan, kemampuan personal berupa sikap mental atau akhlak pribadi yang terpuji, misalnya suka membantu murid, membimbing murid, memuji keberhasilan murid, menghargai hasil karya murid, bersifat bersahabat dengan murid serta mempunyai kemampuan sosial berupa pendekatan secara kemasyarakatan baik kepada murid-murid, maupun terhadap guru-guru lain dan juga orangtua murid. Kesemuanya ini akan turut menentukan keberhasilan pengajaran menyimak khususnya dan pengajaran- pengajaran lainnya di sekolah. Metodologi. Guru yang kurang menguasai sesuatu metode yang digunakannya pasti kurang berhasil di dalam mengajar, demikian pula guru yang hanya mengetahui dan menggunakan hanya satu metode, sudah barang tentu hasilnya akan kurang dibandingkan dengan guru yang menguasai dan menggunakan banyak metode mengajar menyimak yang lebih baik. Kurikulum yang disusun dengan baik dan jelas, akan sangat membantu guru-guru dalam mengajar menyimak. Materi menyimak di dalam kurikulum yang tidak terlalu padat atau berbelit-belit dan diorganisasikan dengan baik akan memudahkan guru mengajar menyimak. Begitu pula tingkat kesulitan bahan pengajaran menyimak dalam kurikulum hendaknya disesuaikan dengan perkembangan murid, baik perkembangan kebahasaan maupun perkembangan kematangan psikologis. Bahan pengajaran yang terlalu sukar dapat memprustasikan murid dan sebaliknya bahan pengajaran yang terlalu mudah dapat membosankan murid. Tingkat kesukaran materi penyajian sebaiknya berada pada tingkat yang biasa, disebut teacheable tingkat dapat diajarkan, artinya tingkat kesukaran dan kemudahannya sesuai dengan perkembangan kebahasaan dan psikologis murid. Dengan demikian pengajaran menyimak akan berhasil dengan baik. Faktor tambahan, yaitu faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah atau faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah; tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian; dan karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Diantaranya: 1. Miskun. E-TA. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Kalimat Majemuk dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VI SD Negeri Tambakreja 02 Kedungreja. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Sutji Wardhayani, S. Pd. M. Kes. Penelitian dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dalam dua siklus perbaikan pembelajaran. Dari hasil analisis, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini 1 Penggunaan media audio visual mampu meningkatkan hasil belajar siswa, 2 Penggunaan media audio visual mampu meningkatkan keaktifan siswa 3 Ada korelasi positif antara keaktifan belajar siswa dengan hasil belajar siswa, semakin tinggi keaktifan belajar siswa semakin tinggi pula angka keberhasilan siswa dalam belajar, 4 Penggunaan media audio visual mampu meningkatkan kaktifitas guru dalam mengajar. Setelah dilaksanakan pembelajaran, jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan menjadi 22 siswa dari 22 siswa 100 dengan nilai rerata 79,5. Sedangkan siswa yang aktif dalam belajar naik menjadi 22 siswa dari 22 siswa 100. Ini berarti ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 13,6, kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 13,6 dan kenaikan nilai rerata sebesar 8,1. Perubahan posisi tempat duduk dan diskusi dalam kelompok dengan model peraga dapat meningkatkan pemahaman dan kesungguhan belajar siswa. 2. Retno Asih. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Rangkuman Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inkuiri Melalui media audio visual Pada Siswa Kelas VIII C SMP Islam Ungaran. Jurusan Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis rangkuman siswa kelas VIIIC SMP Islam Ungaran sebanyak 40 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data tes berupa menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik, sedangkan data nontes yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, angket, dan dokumentasi foto. Analisis data meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisis data penelitian, keterampilan menulis rangkuman siswa dari pratindakan, siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan sebesar 36,26. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata kelas menulis rangkuman sebesar 54,78. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 18,46 dengan nilai rata-rata kelas 75,13. Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis rangkuman juga diikuti dengan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Siswa menjadi lebih fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Simpulan dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa kelas VIIIC SMP Islam Ungaran dalam menulis rangkuman mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis rangkuman dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri melalui media audio visual. Perilaku siswa juga mengalami perubahan menjadi lebih baik. Penulis menyarankan agar guru Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri khususnya menulis rangkuman. Selain itu, guru hendaknya dapat memilih metode yang tepat dalam menerapkan pembelajaran inkuiri dan menyesuaikannya dengan materi yang akan dibahas, karena pendekatan tersebut belum tentu sesuai diterapkan pada semua materi pelajaran. Siswa hendaknya banyak berlatih menulis agar terampil dalam menulis dan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Maknun, 809018300048; Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Audio Dan Visual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V di MI. Hidayatus Shibyan Bogor. Penelitian Tindakan Kelas. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media audio visual dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas Classroom Action Research, bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen pengamatan atau observasi, catatan lapangan, angket dan pelaksanaan tes hasil belajar pada materi kebebasan berorganisasi di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari satu pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan planning, pelaksanaan tindakan acting, pengamatan observing, dan refleksi reflecting. Penelitian dilakukan di MI. Hidayatus Shibyan Bogor, pada siswa kelas V Lima yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, Semester Genap Tahun Ajaran 20112012. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual. Pada siklus I ketercapaian indikator rata-rata pembelajaran sebesar 63,5 dengan ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 76,67 dan persentase aktivitas guru sebesar 82,14 dan kegiatan siswa sebesar 73,33. Pada siklus II ketercapaian indikator rata-rata pembelajaran sebesar 70,03 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 86,67 dan persentase aktivitas guru sebesar 94,63 dan kegiatan siswa sebesar 91,45. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pokok bahasan organisasi- organisasi di sekitar kita, khususnya siswa kelas V lima MI. Hidayatus Shibyan Ciasahan Cigudeg Bogor.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah merupakan titik tolak dari sebuah penelitin yang kebenarannya diakui oleh peneliti itu sendiri dan merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis sebagai argumentasi logis, rasional dan kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir pun tidak disusun berdasarkan pada common sense atau akal sehat si peneliti, namun berdasarkan pada hasil kajian yang handal. 29 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti merumuskan kerangka berpikir secara sederhana bahwa “Semakin baik pemanfaatan media audio visual, maka semakin tinggi pula kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”. 29 Tim Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011. hal.48

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoretik. Dengan demikian hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empirik. 30 Secara sederhana peneliti merumuskan hipotesis bahwa “Jika pemanfaatan media audio visual di terapkan, maka akan semakin meningkat kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”. Bagan 1.2 Bagan Kerangka Berpikir 30 Ibid. hal.48 Guru: Belum menerapkan pemanfaatan media audio visual Guru: Sudah menerapkan pemanfaatan media audio visual KONDISI AWAL TINDAKAN Siswa: Kemampuan siswa menyimak mata pelajaran SIKLUS I : menerapkan pemanfaatan media audio visual SIKLUS II : menerapkan pemanfaatan media audio visual Diduga melalui pemanfaatan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor KONDISI AKHIR

Dokumen yang terkait

Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar PKN pada siswa kelas III di MI Dakwah Islamiyah Cawang Jakarta Timur Tahun pelajaran 2013/2014

0 8 103

Penerapan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor: Penelitian Tindakan Kelas

7 30 116

PENERAPAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATA PELAJARAN Penerapan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Peserta Didik Kelas V Mi Sudirman Kaliboto Mojoge

0 3 14

PENERAPAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA Penerapan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Peserta Didik Kelas V Mi Sudirman Kaliboto

0 3 14

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL FILM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 0 14

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA SD KELAS I.

0 4 16

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA DINI.

15 65 50

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menyimak Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Karanganyar 02 Tahun Ajaran

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menyimak Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Karanganyar 02 Tahun Ajaran

1 1 16

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS IV SD NEGERI SELOMULYO

0 0 242