Pengajaran sebagai upaya terencana membina pengetahuan sikap dan keterampilan siswa dengan lingkungan belajar yang diatur
oleh guru, pembelajaran dengan menggunakan media visual sangat penting untuk mengenal lambang-lambang verbal dan visual yang
disampaikan guru supaya dapat diketahui makna yang terkandung dalam lambang tersebut. Lambang-lambang visual memperjelas
lambang verbal sehingga siswa lebih dapat memahami makna pesan yang disampaikan.
d. Penggunaan Audio-Visual dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio- visual untuk pembelajaran yaitu:
1 Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian
baru memilih media audio-visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
2 Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya
dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran.
3 Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan
memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan
demi kelancaran pembelajaran. 4
Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
17
e. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio-Visual
Kelebihan menggunakan media audio-visual dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:
17
M. Basyirudin Usman dan Asnawir, Ibid. hlm, 97-98
1 Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka. 2
Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: a
Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau video.
b Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai,
film atau gambar. c
Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame line atau high speed photografi.
d Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan
lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
e Konsep yang terlalu luas gunung ber api, gempa bumi, iklim
dll dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
Sedangkan kekurangan menggunakan media audio-visual dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:
1 Media audio-visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan
saja, karena media audio-visual cenderung tetap di tempat. 2
Biaya pengadaannya relatif mahal. 3
Apabila guru tidak mampu berpartisipasi aktif maka siswa akan cenderung menikmati visualisasi dan suaranya saja.
18
2. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Hakekat Kurikulum Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem, artinya kurikulum merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri dari
beberapa komponen dimana antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi
dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan kurikulum menggambarkan
18
M. Basyirudin Usman dan Asnawir, Ibid. hlm, 97-98
kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan. Secara sederhana kurikulum diangggap sebagai sejumlah mata pelajaran
subject yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah. Sedangkan dalam
pengertian lebih luas kurikulum mencakup semua pengalaman belajar learning experience yang dialami siswa dan mempengaruhi
perkembangan pribadinya. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah bagi pihak pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Seperti guru, kepalas sekolah, pengawas orang
tua, masyarakat dan siswa itu sendiri. Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang digunakan untuk memperlancar proses belajar mengajar.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya,
dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1 Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara. 3
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4 Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5
Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi
pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6 Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
b. Konsep Menyimak
Menyimak merupakan suatu proses yang diawali dengan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau tidak langsung.
Menyimak juga bisa diartikan mendengarkan atau memperhatikan baik- baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.
19
Orangtua sering memberikan nasihat kepada putra-putrinya yang berbunyi, kalau orangtua
sedang bicara, jangan hanya sekedar mendengar saja, masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah baik-baik,
masukkan ke dalam hati. Apabila kita memerhatikan cuplikan di atas, maka menyimak sangat
dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian.
Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi itu.
Sedangkan menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses
menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum
19
Qonita Alya. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. PT. Indah Jaya Adi Pratama: Bandung, 2009.hlm.734
tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdap at istilah “listening
comprehension ” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.
1
Pengertian Menyimak
Sutari, menyimpulkan bahwa: “mendengar mempunyai makna,
dapat menangkap suara bunyi dengan telinga, sadar atau tidak. Kalau ada bunyi, alat pendengaran kita akan menangkap bunyi
tersebut. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan, tetapi datang secara kebetulan, mungkin juga tidak
”.
20
Menurut Poerwadarminta: “Menyimak adalah mendengar atau memerhatikan baik-baik apa
yang diucapkan atau dibaca orang.
21
Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar
adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu. Dengan kata lain menurut Tarigan:
“Dalam proses menyimak juga terdapat proses mendengar, tetapi tidak selalu terdapat proses menyimak di dalam suatu proses
mendengar”.
22
Kalau keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan membaca, maka kedua
keterampilan berbahasa ini berhubungan erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya terletak
dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan
komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi, menangkap isi, memahami
makna komunikasi.
20
Sutari. Menyimak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1998. hlm.16
21
W.J.S.Poerwadarminta.. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1984. hlm.941
22
Henry Guntur Tarigan. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1993. hlm. 19