c. Proses penganggaran merupakan alat alokasi sumber daya pada berbagai bagian dari organisasi agar dapat digunakan seefektif mungkin.
d. Proses penganggaran dapat mengungkapkan adanya potensi masalah sebelum terjadinya.
e. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi dengan cara mengintegrasikan rencana dari berbagai bagian penganggaran untuk ikut
memastikan agar setiap orang dalam organisasi mengarah pada sasaran yang sama.
f. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang berlaku sebagai tolak ukur benchmark untuk mengevaluasi kinerja pada waktu berikutnya.
3. Keunggulan dan Kelemahan Partisipasi Anggaran
Siegel dan Marconi 1989 dalam Winarno 2006:13 menyatakan bahwa keunggulan dari adanya partisipasi anggaran antara lain:
a. Memacu peningkatan moral dan inisiatif untuk mengembangkan ide dan informasi pada seluruh tingkatan manajemen.
b. Terbentuknya group internalization, yaitu penyatuan tujuan individu dan organisasi.
c. Menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan. d. Manajer puncak menjadi tanggap terhadap masalah-masalah sub-unit
tertentu serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan antar sub-unit.
Welsch, Hilton dan Gordon 2000:82 menyatakan bahwa proses partisipasi anggaran memberikan dua manfaat diantaranya:
a. Proses partisipasi mengurangi adanya asimetri informasi dalam organisasi.
Dengan demikian
memungkinkan manajemen
atas mendapatkan pengertian mengenai masalah lingkungan dan teknologi
dari manajer bawah yang mempunyai pengetahuan khusus. b. Proses partisipasi dapat menghasilkan komitmen yang besar dari
manajemen tingkat bawah untuk melaksanakan rencana anggaran dan memenuhi anggaran.
Selain memiliki beberapa keunggulan, partisipasi anggaran juga memiliki kelemahan. Hansen dan Mowen 2005:377 menyatakan bahwa
terdapat tiga masalah yang timbul yang menjadi kelemahan dalam partisipasi anggaran diantaranya:
a. Penetapan standar yang terlalu tinggi atau
rendah sejak yang dianggarkan menjadi tujuan bawahan. b. Kelonggaran dalam anggaran budgetary slack yang disebabkan oleh
adanya kemungkinan bawahan dalam memperkirakan pendapatan yang rendah atau menaikkan biaya sehingga dapat menurunkan resiko yang
dihadapi guna pencapaian target anggaran c. Pseudoparticipation
atau partisipasi
semu, yaitu
organisasi menggunakan partisipasi penganggaran, tetapi kenyataannya hanya
menerapkan partisipasi palsu. Atasan hanya mendapatkan persetujuan formal dari bawahan, dan bukan untuk mencari input yang sebenarnya.