Implementasi Hidden Curriculum dalam Pembelajaran Pendidikan

Gambar 4.7 Siswi SMP Negeri 14 Tangerang mengenakan jilbab Gambar 4.8 Siswi tetap berjilbab pada pelajaran olahraga 2 Peraturan kedua adalah setiap siswa yang ingin ikut belajar harus sudah melaksanakan shalat dhuha minimal dua raka’at. Implikasi dari peraturan tersebut adalah pertama, siswa akan berwudhu sebelum melaksanakan shalat. Berwudhu atau bersuci adalah amalan yang biasa dilaksanakan oleh Nabi Saw. Nabi Muhammad Saw. selalu menjaga diri Beliau untuk selalu dalam keadaan suci dan bersih. Kedua, jika diri dalam keadaan bersih maka insya Allah belajar akan lebih nyaman sehingga ilmu mudah masuk ke dalam pikiran dan hati. Ketiga, siswa akan terbiasa melakukan shalat dhuha, sehingga akan timbul kebiasaan mengamalkan shalat sunnah dhuha sehari-hari. Setelah melaksanakan shalat dhuha guru selalu memulai pelajaran dengan membaca doa dan tilawah Al- Qur’an. Guru ingin agar anak-anak dekat dengan Al- Qur’an dengan harapan setiap siswa dapat mencintai Al- Qur’an sebagai kitab suci mereka. Guru juga berkeyakinan bahwa siswa akan memiliki akhlak yang baik jika mereka senang membaca Al- Qur’an dan mengerti makna yang terkandung didalamnya. Pemahaman tentang agama akan menjadi tameng bagi dirinya dari kenakalan-kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, konsumsi obat-obatan terlarang, pornografi dan lain sebagainya. Pencegahan dari dalam diri sendiri akan lebih efektif dari pada pencegahan dari luar. Karena dengan kesadaran dan keimanannya, dia akan menjaga dirinya dari perbuatan- perbuatan melanggar hukum sekalipun tidak ada orang lain yang melihat dirinya melakukan pelanggaran tersebut. Melalui aturan-aturan tersebut diharapkan juga akan terbentuk karakter religious, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Selain peraturan-peraturan seperti disebutkan di atas, guru juga membiasakan siswa untuk datang ke masjidmushola. Cara yang dilakukan guru adalah dengan melangsungkan kegiatan belajar dan mengajar di dalam masjidmushola sekolah. Setiap kegiatan belajar mengajar biasanya dilakukan di dalam kelas. Kegiatan KBM agama Islam di SMP 14 Tangerang Selatan yang dilaksanakan guru PAI kelas IX berbeda dengan guru yang lainnya. Guru lebih sering melaksanakan kegiatan belajar di masjidmushola sekolah. Alasannya adalah, pertama, agar siswa tidak jenuh belajar di kelas. Kedua, guru ingin mengajarkan siswa untuk menghidupkan Masjid. Fungsi masjidmushala bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga dapat dijadikan tempat belajar, musyawarah dan sebagainya. Walaupun kegiatan KBM dilakukan di dalam masjid, kegiatan belajar yang dilakukan tetap memanfaatkan fasilitas yang maksimal. Guru tetap memanfaatkan alatteknologi yang ada untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Menurut penulis cara guru untuk mendekatkan siswa dengan masjid sangat efektif. Dengan melakukan kegiatan belajar di masjid, siswa akan terbiasa untuk datang ke masjid. Dengan begitu akan timbul suatu ikatan antara diri siswa dengan masjid.

4. Faktor Penghambat Guru dalam Memaksimalkan Efektifitas

Hidden Curriculum di Sekolah Berdasarkan wawancara dengan guru PAI di SMPN 14 Tangerang Selatan, penulis menemukan hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam memaksimalkan hidden curriculum. Faktor penghambat tersebut adalah: a Keterbatasan waktu dan tempat Hidden curriculum dapat membentuk kepribadian siswa. Namun untuk membentuk sebuah kepribadian dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, prosesnya pun tidak instan. Perlu ada penanaman nilai-nilai kebenaran ke dalam jiwa anak didik, ini dapat dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan yang berulang- ulang. Melihat prosesnya yang tidak mudah, maka dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memaksimalkan efektifitas dari hidden curriculum yang dilaksanakan di sekolah. Selain keterbatasan waktu, guru juga memiliki keterbatasan tempat. Guru hanya bisa memantau siswa saat guru sedang dekat dengan siswa, jadi tidak selamanya guru mampu untuk memantau penuh seluruh kegiatan siswa. b Kurangnya dukungan orang tua Saat di dalam sekolah guru memiliki kekuatan untuk mengawasi dan mengontrol siswa, namun saat di luar sekolah peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi dan membimbing anak-anak mereka. Jika orang tua tidak turut serta dalam membimbing dan mendidik anak mereka, maka efektifitas pembelajaran di sekolah pun akan berkurang. c Lingkungan yang tidak mendukung Anak-anak sangat rentan terhadap virus-virus dari luar, terutama dari lingkungan bermain mereka. Mereka akan terbawa oleh kebiasaan-kebiasaan teman mereka. Jika teman mereka suka kebut-kebutan, biasanya mereka akan mengikuti kebiasaan teman-teman mereka tersebut. Selain pengaruh dari teman bermain, media informasi seperti internet juga dapat memberikan efek negative bagi anak. Melalui internet semua jenis informasi bisa didapatkan. Pornografi dengan sangat mudah dapat diakses melalui internet. Lingkungan seperti ini sangat menghambat pendidikan karakter anak. Jika tidak ada control dan pengawasan yang baik, maka pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah mungkin akan tidak efektif. 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya mengenai implementasi hidden curriculum pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pelaksanaan hidden curriculum pada saat pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan pada dasarnya sudah direncanakan. SMP 14 Tangerang selatan berkeinginan agar siswa memiliki tiga karakter utama, yakni bersih, disiplin dan religious. Berdasarkan tujuan sekolah tersebut maka guru PAI menyisipkan hidden curriculum pada saat pembelajaran berlangsung. Hidden curriculum diimplementasikan dalam bentuk tauladan guru kepada siswa, kegiatan-kegiatan yang dibiasakan, dan aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan kesepakatan bersama. Hidden curriculum yang dilaksanakan cukup efektif dan memberikan pengaruh yang positif bagi siswa, siswi SMP 14 Tangsel mulai memiliki kesadaran untuk menggunakan jilbab setiap sekolah, hal ini terlihat dari sebagian besar siswi SMP 14 Tangerang Selatan yang selalu mengenakan jilbab di sekolah. Kesadaran membuang sampah pada tempatnya bisa terlihat dari lingkungan sekolah yang selalu bersih. Tetapi sayangnya masih ada siswa yang suka keluar kelas dan pergi ke kantin sekolah saat jam pelajaran berlangsung karena guru yang mengajar tidak hadir.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas hidden curriculum memiliki pengaruh yang cukup besar pada pembentukan karakter siswa. Implikasi dari kesimpulan tersebut adalah perbaikan dan pengembangan hidden curriculum secara terencana dan sistematis melalui peranan seluruh warga sekolah dalam membentuk lingkungan belajar yang berkarakter.

C. Saran

Melihat besarnya pengaruh hidden curriculm bagi pendidikan karakter siswa, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Hidden Curriculum dapat dipandang sebagai tujuan pendidikan yang tidak tertulis tersembunyi, akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna. 2. Hidden curriculum yang telah diterapkan dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan lebih dikembangkan dan ditingkatkan lagi melalui peranan seluruh warga sekolah dalam membentuk lingkungan belajar yang mendidik dan membangun karakter. 3. Kompetensi guru perlu ditingkatkan lagi melalui berbagai training yang diselenggarakan di sekolah ataupun di luar sekolah agar kompetensi yang dimiliki oleh guru PAI terus bertambah dan berkembang mengikuti majunya dunia pendidikan. Sehingga dalam proses pembelajaran guru PAI mampu mengaktualisasikan situasi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Yatimin., Studi Akhlak dalam Perspektif Al- Qur’an. Jakarta: AMZAH, 2007. Akbar, Sa‟dun. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Al-Attas, Syed M. Naquib. Konsep Pendidikan dalam Islam. Bandung: Mizan, 1997. Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung, PT Remaja Rosyda Karya, 2011. Echols, John M., dan Hasan Syadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. XXIII, h. 297. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010. Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Kurniasih, Imas., dan Berlin Sani. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep Penerapan. Jakarta: Kata Pena, 2014. Majid , Abdul., dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Munawir, AW. Kamus Lengkap Al-Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progresive, 1984. Nasution, S. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993. Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. 71 Nata, Abudin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2009. Purwadarminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976. Rahman, Muhammad., dan Sofan Amri. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013. Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Salim, Peter ., dan Yeni Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English, 1991. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008. Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012. Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Sudirman. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta, 2012. Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja Rosyda Karya, 2007. Tafsir, Ahmad Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya, 2000. Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 66. Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Usman, Husaini., dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.