Proses Pemberdayaan Masyarakat Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat

20 Swasta mengambil peran lebih banyak pada implementasi penentuan langkah bersama masyarakat. Peran demikian perlu ditekankan supaya terjadi variasi analisis berdasarkan kondisi khusus yang bersifat kasuistik di tingkat daerah. Dengan demikian, pemberdayaan yang dilakukan akan lebih mendekati kebutuhan lokal. Peran swasta dalam implementasi kebijakan pemberdayaan juga mencakup kontribusi dana melalui investasi swasta yang bermanfaat untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat. Sedangkan dalam monitoring dan evaluasi pihak swasta juga memberi andil dalam pemeliharaan hasil-hasil yang diperoleh melalui proyek-proyek pemberdayaan masyarakat dari sebagian keuntungan investasi swasta yang telah beroperasi. Peran masyarakat diberikan dalam bentuk partisipasi, baik pada level formulasi, implementasi , monitoring maupun evaluasi. Peran lain masyarakat yang dapat digali dan dikembangkan adalah pendaan. Partisipasi dalam pendanaan merupakan potensi internal yang dimiliki masyarakat. Pengerahan dana masyarakat untuk pembangunan sering disebut dengan swadaya masyarakat. Peran masyarakat yang lain adalah pemeliharaan kontrol sosial dalam pelestarian dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. Masyarakat hendaknya mengembangkan sistem kontrol yang sehat.

e. Ukuran Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat

Sebagian dari pemberdayaan masyarakat adalah membangun masyarakat yang berakhlak, yaitu pembangunan budaya. Untuk menciptakan 21 budaya yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, sikap budaya kerja keras, disiplin, kreatif, ingin maju, menghargai prestasi dan siap bersaing harus dikembangkan. Ukurannya tentu sangat relatif dan bersifat kualitatif. Dalam pembangunan budaya perlu dikembangkan orientasi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemberdayaan teknologi merupakan jawaban yang berjangkauan jauh ke depan dan berkesinambungan dalam membangun masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Menurut Sumodiningrat yang dikutip oleh Anwar, 2007: 77, menyatakan bahwa: “Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, sikap bertanggungjawab, pembaharuan lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya merupakan bagian dari upaya pemberdayaan.” Pemberdayaan masyarakat harus pula berarti membangkitkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang secara politik terisolasi bukanlah masyarakat yang berdaya, artinya tidak seluruh aspirasi dan potensinya tersalurkan. Maka, aspek politik juga terdapat dalam pemberdayaan masyarakat. Salah satu ukurannya adalah indikator partisipasi masyarakat dalam hak berpolitik mengikuti pemilu dan hak sipil. Menurut Hopson dan Scally seperti yang dikutip oleh Anwar, 2007: 78, menjelaskan bahwa: 22 “Individu yang lebih berdaya menampakkan sikap lebih terbuka pada perubahan, asertif, proaktif, bertanggungjawab, terarah, sensitif, suka belajar dari kesalahan, berani maju, kekinian, realistik, berfikir relatif, mencari alternatif, mengembangkan komitmen, menghargai dirinya, mengevaluasi orang, peka terhadap kebutuhan masyarakat, menyenangi orang banyak, mengacu ke gaya kehidupan selaras, serasi dan seimbang.” Pemberdayaan diri merujuk pada kemampuan mengidentifikasi alternatif-alternatif dari berbagai situasi, memilih alternatif terbaik sesuai nilai-nilai, prioritas dan komitmen yang berlaku. Prakarsa individu untuk menentukan alternatif terbaiknya merupakan prioritas utama untuk menumbuhkan pemikirannya dan merangsang hasrat dan rasa keingintahuannya. Menurut Sumodiningrat sebagaimana yang dikutip oleh Anwar, 2007: 82, menyebutkan bahwa: “Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur program pemberdayaan masyarakat adalah: 1 berkurangnya penduduk miskin, 2 berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, 3 meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya, 4 meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, dan 5 meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan.” Merujuk pada pendapat Sumodiningrat tersebut diatas, upaya pemberdayaan terhadap suatu masyarakat dikatakan berhasil apabila masyarakat telah memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan diatas. Melalui model pemberdayaan ini masyarakat disiapkan menjadi bagian dari proses transisi yang umumnya tidak tercakup dalam program pembangunan. Segenap 23 program pemberdayaan masyarakat yang dirancang merupakan bagian untuk mempercepat proses perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Berbagai upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan, salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan. Mengenai konsep pelatihan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

2. Konsep Pelatihan

a. Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek dari pada teori yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja atau suatu kelompok unit kerja dengan menggunakan pendekatan belajar orang dewasa andragogi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja. Dengan kata lain, pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek dari pada teori. Menurut Gary Dessler 1997: 263, berpendapat bahwa: “Pelatihan adalah proses mengajarkan karyawan baru tentang keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Pelatihan berfokus pada keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan sekarang, pengembangan karyawan dan manajemen mengikuti pelatihan yang bersifat jangka panjang.”