50 mendirikan BLK baru, agar keberadaan BLK baru di daerah dapat berfungsi
secara optimal dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Otonomi Daerah berdampak pada kualitas pengelolaan dan
penyelenggaraan BLK yang sangat bervariasi sesuai dengan potensi, kondisi, karakteristik masing-masing daerah. Untuk mengoptimalkan dan
mendayagunakan fungsi BLK menjadi lembaga yang credible, acceptable, dan mandiri, maka BLK perlu direvitalisasi baik sistem, metode, program, sarana dan
prasarana maupun sumber daya manusianya. Sejalan dengan revitalisasi BLK tersebut, maka diperlukan manajemen lembaga pelatihan kerja yang mampu
mengelola dan mendaya gunakan sumber daya pelatihan secara optimal dan menerapkan program pelatihan berbasis kompetensi, sarana dan prasarana yang
terstandar, serta instruktur tenaga kepelatihan yang kompeten. Jenis pelatihan yang ada di BLK merupakan berbagai kejuruan pelatihan
yang masih bersifat makro dan terfokus pada bidang industri, belum disesuaikan dengan potensi lapangan usaha yang ada, sehingga belum mampu memenuhi
kebutuhan angkatan kerja akan berbagai keterampilan yang sangat dibutuhkan. BLK sebaiknya dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi
cakupan pelayanan, maupun jenis pelatihan yang harus disesuaikan dengan potensi yang ada sangat mendasar, mutlak dan diperlukan segera untuk dapat
dibangun agar bersama BLK dapat saling melengkapi dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya.
51 Pembangunan BLK bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan sarana
pelatihan tenaga kerja yang lebih baik peran dan fungsinya dalam berbagai bidang, kualitas fisik dan non fisik, fasilitas serta pengelolaannya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar angka pengangguran dapat ditekan dan kesejahteraan tenaga kerja pun semakin meningkat. Hal ini berarti
bagi generasi muda dapat meng-upgrade diri dalam berbagai ketrampilan pekerjaan.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suci Rohaniyah pada tahun 2005 yang berjudul “Pola
Pemberdayaan Pemuda dengan Pelatihan Budidaya Ayam Arab Di BPPLSP Regional III Jawa Tengah”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemberdayaan
pemuda dengan pelatihan budi daya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pola
pemberdayaan pemuda dengan pelatihan budi daya ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu pola
pemberdayaan pemuda dalam pembinaan kecakapan hidup life skills di BPPLSP Ungaran dibagi menjadi empat tahapan, meliputi: a Penetapan tujuan pemberdayaan, b
Proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, c Hasil pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, d Evaluasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan. Faktor pendukung
pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi: lingkungan sosial masyarakat, sumber-sumber belajar yang meliputi sumber material maupun non material, serta nara sumber
52 teknistutor yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Sedangkan faktor
penghambat pelaksanaan pola pemberdayaan meliputi: belum adanya nara sumber teknis dari pihak BPPLSP yang berkompeten dibidang peternakan dan budidaya ayam Arab
sehingga masih bekerjasama dengan instansi lain, aspek pendampingan dalam kelompok binaan yang tidak berlanjut secara kontinyu, serta sikap dan mental dari sebagian warga
belajar yang tidak mau bekerja keras dan hanya menginginkan hasil yang cepat. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sugestiyadi pada tahun 2009 berjudul “Pemberdayaan Anak Jalanan di Malioboro Yogyakarta dengan Pelatihan Komputer”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengenalkan komputer dan memberikan materi pembelajaran dan pelatihan penggunaan komputer program MS-Word kepada anak
jalanan di Malioboro Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah: 1 Pemberdayakan anak jalanan tidak cukup hanya diberikan stimulan berupa uang dan makan yang cukup, tetapi
harus diberikan ”kail ” untuk meningkatkani kemampuan ketrampilan, 2 Salah satu bentuk kemampuan ketrampilan yang perlu di berikan kepada anak jalanan adalah
pengoperasian dan penggunaan komputer dalam bentuk pendidikan informal, 3 Hasil pelatihan telah berjalan dengan baik, berupa hasil cetakan printer tugas naskah tulisan
dan pembuatan tabel dari setiap peserta pelatihan. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Suparno, Haryanto dan Gustami pada tahun 2008 yang berjudul “Pengembangan Model Pendidikan Seni Kerajinan Batik Tulis bagi Penyandang
Cacat Korban Gempa Bumi Usia Produktif ke Arah Usaha Hidup Mandiri di Pedesaan”. Tujuan penelitian ini adalah: 1 untuk memperoleh informasi tentang kondisi dan
kebutuhan penyandang cacat korban gempa bumi, 2 dihasilkannya suatu model